Jodoh dan cinta itu sama persis seperti kita menunggu sebuah
bis di sebuah halte atau di pinggir jalan raya. Ketika sebuah bis datang, kita
ingin menaikinya tapi dalam hati kita menggerutu dan merasa tidak puas dengan
bis tersebut, “Bis ini terlalu penuh, sumpek dan aku yakin aku tidak akan
mendapatkan tempat duduk di dalamnya.”
Bis itu berhenti tapi kita tetap bergeming. Menggelengkan kepala
dan mengibaskan tangan memberi isyarat bahwa kita tidak berniat menaikinya. Sementara
kita yakin bahwa bis berikutnya akan segera tiba dan kita berharap bis
berikutnya tidak sesumpek bis yang pertama.
Tentu saja bis kedua akan datang karena kamu tahu itu akan
terjadi. Tapi ternyata bis ini tidak sesuai apa yang kamu harapkan. Kamu bilang,
“wah, bisnya kurang asyik nih. Tunggu bis yang ketiga aja.”
Dan bis itu pun berlalu meninggalkanmu yang masih berharap
bis selanjutnya akan segera datang. dan ternyata benar, bis selanjutnya datang
dan kali ini kamu berminat untuk menaikinya. Tapi sang kondektur tidak melihat
lambaian tanganmu. Bis itu lewat begitu saja, tidak mempedulikan lambaian
tanganmu yang terus menerus kamu kibaskan dan teriakanmu untuk berhenti. Kamu menggerutu
di pinggir jalan karena bis itu tidak berhenti.
Tak berapa lama kemudian bis keempat datang dan berhenti
tepat di depan kamu. Bis itu masih agak kosong, cukup bagus. Tapi kamu masih
kurang puas karena kamu tahu bi situ tidak memiliki AC. Kamu membayangkan akan
merasa kepanasan dan gerah sepanjang perjalanan nanti. Maka kamu menggeleng dan
membiarkan bis itu berlalu.
Saat itu kamu berpikir bahwa kamu masih memiliki banyak
waktu. Kamu berpikir kamu tidak akan terlambat datang ke tempat tujuan karena
waktu masih begitu lapang. Akan tetapi kamu mulai menyadari bahwa bis yang
keempat itu adalah bis terakhir yang lewat di jalan tersebut sekaligus bis
terakhir yang akan membawa penumpang ke tempat tujuan.
Kamu sadar bahwa waktu terus berlalu dan kamu bisa terlambat
datang ke tempat yang dituju. Ditengah kegalauan itu tiba-tiba bis kelima
datang. tanpa pikir panjang, kamu langsung melompat ke dalam. Dan beberapa jam
kemudian kamu baru tersadar bahwa kamu salah menaiki bis. Bis tersebut
jurusannya bukan menuju tempat yang kamu tuju. Dan kamu sadar bahwa kamu telah
menyia-nyiakan waktu sekian lama.
Seringkali seseorang menunggu orang yang benar-benar ideal
untuk menjadi pasangan hidupnya. Padahal tidak ada orang yang 100% memenuhi
kriteria yang kita inginkan. Dan kita pun sekali-kali tidak akan pernah menjadi
seorang yang 100% seperti yang dia inginkan.
Maka, sebelum usia merambat menuju waktu senja, pikirkanlah
untuk menikah dan jangan pernah mempersulitnya dengan syarat-syarat konyol yang
akan membuatmu semakin jauh dan semakin menyesal dari tujuan yang paling kamu
inginkan; sebuah keluarga yang bahagia.
No comments:
Post a Comment