28 Oct 2018

Stop Mengatakan, 'Kenapa Harus Aku?'



Pernahkah kita mengeluh atas apa yang kita alami? Pernahkah kita merintih atas segala penderitaan yang kita jalani di dalam kehidupan ini? Kita menganggap seakan-akan kita adalah orang yang paling menderita di dunia dan kita melihat orang-orang yang beruntung dari kita. Lalu kita merutuk nasib kita. Kita menggugat Allah subhanahu wata'ala. Kita merasa Allah subhanahu wata'ala tidak adil terhadap kehidupan kita.
Maka terlontarlah kalimat yang jauh dari adab dan kesopanan. Terlontarlah kalimat yang seakan-akan mempertanyakan keadilan Allah subhanahu wata'ala, “Ya Allah, kenapa harus aku? Kenapa?
Stop! Jangan katakana kalimat tersebut, atau kalimat lain yang semisalnya. Allah subhanahu wata'ala yang memiliki seluruh kehidupan kita. Maka Allah subhanahu wata'ala berhak melakukan apa pun yang Dia ingin lakukan untuk kehidupan kita. Kita adalah ciptaaan-Nya yang harus menerima dan pasrah atas Kehendak Allah subhanahu wata'ala.
Yang jelas, Allah subhanahu wata'ala tidak akan pernah mengecewakan hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Allah sebagai pemilik kehidupan Maha Tahu mana yang terbaik dan mana yang buruk bagi hamba-Nya.sementara kita sendiri tidak pernah tahu. Jangankah kehidupan orang lain, kehidupan diri kita sendiri pun masih misteri bagi kita.
Kita kira siapa diri kita? Sampai berani menggugat Allah subhanahu wata'ala dengan nasib yang kita jalani? Kita kira siapa diri kita sehingga merasa kita adalah orang paling sial? Kita kira kita siapa sehingga tidak layak mendapatkan penderitaan ?
Ingatlah,
Nabi Adam alaihi salam merasa kelelahan karena terusir dari surga, dan Adam tidak pernah menggugat Allah subhanahu wata'ala. Alih-alih Adam alaihi salam bertaubat kepada Allah subhanahu wata'ala.  
Nabi Nuh alaihi salam menangis karena dakwahnya tidak disambut baik oleh kaumnya. Tapi Nuh alaihi salam  tidak pernah menggugat tugas yang dia emban. Karena dia tahu memang itulah tugasnya.
Ibrahim alaihi salam dilemparkan ke dalam api dan tidak tahu api akan menjadi dingin. Tapi dia tidak pernah menggugat Allah dengan semua itu. Dia sabar dan dia tawakal. Dia yakin Allah akan menolongnya.
Nabi Ismail alaihi salam dibaringkan untuk disembelih dan tidak tahu akan ada ganti berupa domba. tapi dia ikhlas. Dia tidak pernah menggugat perintah Allah yang mungkin jika kita yang mengalaminya, kita anggap itu perintah aneh dan tidak masuk akal. Tapi tidak bagi Nabi Ibrahim alaihi salam dan bagi Ismail alaihi salam.
Nabi Yusuf alaihi salam dilempar ke sumur dan tidak pernah tahu akan ada kafilah yang mengangkatnya, dijual sebagai budak, dirayu wanita cantik dan dijebloskan ke penjara. Semua penderitaan itu tidak membuatnya benci dengan takdirnya. Dia juga tidak dendam kepada saudara-saudara yang telah membuangnya.
Nabi Zakaria alaihi salam digergaji tubuhnya hingga terpotong purna. Yahya alaihi salam disembelih oleh rezim dzalim.  Ayub alaihi salam menderita sakit kronis selama sekian lama setelah keluarga dan harta lenyap darinya. Yunus ditelan oleh ikan, merintih dalam kegelapan perut ikan hingga kulitnya kering kerontangIsa berjalan dengan gangguan. Semua mereka jalani dengan ikhlas. Mereka manusia mulia tapi mereka juga menderita dan menerima ujian yang menyakitkan.
Bahkan Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam tercinta dilempari batu dan kotoran hewan ternak, bagaimana beliau dicekik dan bagaimana bermacam-macam gangguan dan ancaman menghampirinya.
Lalu, seberat apa derita kita? Dan betapa naifnya kita menggugat Sang Pencipta dengan sucuil penderitaan yang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan penderitaan mereka.
Mari kita jalani kehidupan kita dengan syukur, sabar, ikhlas dan tawakal. Semoga Allah subhanahu wata'ala memberi kita taufik dan kesabaran yang sempurna.
Semoga menginspirasi

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment