Pernahkah kita mengeluh atas apa yang kita alami? Pernahkah
kita merintih atas segala penderitaan yang kita jalani di dalam kehidupan ini?
Kita menganggap seakan-akan kita adalah orang yang paling menderita di dunia
dan kita melihat orang-orang yang beruntung dari kita. Lalu kita merutuk nasib
kita. Kita menggugat Allah subhanahu wata'ala. Kita merasa Allah subhanahu
wata'ala tidak adil terhadap kehidupan kita.
Maka terlontarlah kalimat yang jauh dari adab dan kesopanan.
Terlontarlah kalimat yang seakan-akan mempertanyakan keadilan Allah subhanahu
wata'ala, “Ya Allah, kenapa harus aku? Kenapa?
Stop! Jangan katakana kalimat tersebut, atau kalimat lain
yang semisalnya. Allah subhanahu wata'ala yang memiliki seluruh kehidupan kita.
Maka Allah subhanahu wata'ala berhak melakukan apa pun yang Dia ingin lakukan
untuk kehidupan kita. Kita adalah ciptaaan-Nya yang harus menerima dan pasrah
atas Kehendak Allah subhanahu wata'ala.
Yang jelas, Allah subhanahu wata'ala tidak akan pernah
mengecewakan hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Allah sebagai pemilik kehidupan
Maha Tahu mana yang terbaik dan mana yang buruk bagi hamba-Nya.sementara kita
sendiri tidak pernah tahu. Jangankah kehidupan orang lain, kehidupan diri kita
sendiri pun masih misteri bagi kita.
Kita kira siapa diri kita? Sampai berani menggugat Allah
subhanahu wata'ala dengan nasib yang kita jalani? Kita kira siapa diri kita
sehingga merasa kita adalah orang paling sial? Kita kira kita siapa sehingga
tidak layak mendapatkan penderitaan ?
Ingatlah,
Nabi Adam alaihi salam merasa kelelahan karena terusir dari
surga, dan Adam tidak pernah menggugat Allah subhanahu wata'ala. Alih-alih Adam
alaihi salam bertaubat kepada Allah subhanahu wata'ala.
Nabi Nuh alaihi salam menangis karena dakwahnya tidak disambut
baik oleh kaumnya. Tapi Nuh alaihi salam tidak pernah menggugat tugas yang dia emban.
Karena dia tahu memang itulah tugasnya.
Ibrahim alaihi salam dilemparkan ke dalam api dan tidak tahu
api akan menjadi dingin. Tapi dia tidak pernah menggugat Allah dengan semua
itu. Dia sabar dan dia tawakal. Dia yakin Allah akan menolongnya.
Nabi Ismail alaihi salam dibaringkan untuk disembelih dan
tidak tahu akan ada ganti berupa domba. tapi dia ikhlas. Dia tidak pernah
menggugat perintah Allah yang mungkin jika kita yang mengalaminya, kita anggap
itu perintah aneh dan tidak masuk akal. Tapi tidak bagi Nabi Ibrahim alaihi
salam dan bagi Ismail alaihi salam.
Nabi Yusuf alaihi salam dilempar ke sumur dan tidak pernah
tahu akan ada kafilah yang mengangkatnya, dijual sebagai budak, dirayu wanita
cantik dan dijebloskan ke penjara. Semua penderitaan itu tidak membuatnya benci
dengan takdirnya. Dia juga tidak dendam kepada saudara-saudara yang telah
membuangnya.
Nabi Zakaria alaihi salam digergaji tubuhnya hingga terpotong
purna. Yahya alaihi salam disembelih oleh rezim dzalim. Ayub alaihi salam menderita sakit kronis
selama sekian lama setelah keluarga dan harta lenyap darinya. Yunus ditelan
oleh ikan, merintih dalam kegelapan perut ikan hingga kulitnya kering kerontangIsa
berjalan dengan gangguan. Semua mereka jalani dengan ikhlas. Mereka manusia
mulia tapi mereka juga menderita dan menerima ujian yang menyakitkan.
Bahkan Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam tercinta
dilempari batu dan kotoran hewan ternak, bagaimana beliau dicekik dan bagaimana
bermacam-macam gangguan dan ancaman menghampirinya.
Lalu, seberat apa derita kita? Dan betapa naifnya kita
menggugat Sang Pencipta dengan sucuil penderitaan yang tidak ada apa-apanya
jika dibandingkan penderitaan mereka.
Mari kita jalani kehidupan kita dengan syukur, sabar, ikhlas
dan tawakal. Semoga Allah subhanahu wata'ala memberi kita taufik dan kesabaran
yang sempurna.
Semoga menginspirasi
No comments:
Post a Comment