Dikisahkan ada seorang lelaki penjual susu yang bermimpi
ingin memperbaiki kehidupannya yang melarat dengan menjual susu.
Seperti biasanya, lelaki pemerah susu itu berangkat ke pasar
untuk menjual susu hasil perahan sapinya. Lelaki itu membawa beberapa botol
berisi susu yang akan ia jual sesampainya di pasar nanti. Di tengah perjalanan,
ia berangan - angan tentang apa yang akan ia perbuat dengan uang hasil jualan
susunya itu.
"Dengan uang hasil penjualan susu nanti, aku akan
membeli seratus ekor anak ayam yang akan aku pelihara di halaman belakang
rumahku. Aku akan memelihara mereka sampai mereka besar, dan setelah itu aku
akan menjualnya dengan harga yang mahal" gumam si lelaki sambil membayangkan lembaran uang hasil penjualan ayamnya kelak.
Sambil terus berjalan, ia melanjutkan angan-angannya,
"Kemudian aku akan membeli 2 ekor anak kambing, dan akan kugembalakan di
padang rumput di balik bukit belakang gubuk. Dan ketika mereka besar, aku bisa
mengambil susunya untuk aku jual kembali, dan setelah itu aku akan menjualnya
dengan harga yang lebih mahal lagi. Nah, setelah itu, aku akan mendapatkan uang
banyak dan akan kubelikan sapi. Sehingga aku bisa menjual susu lebih banyak
lagi dan tentunya aku akan mendapatkan uang yang lebih banyak pula!"gumamnya dalam hati sembari membayangkan produksi susunya yang semakin banyak. Dia
juga membayangkan kambing dan sapinya yang melimpah memenuhi bukit di belakang
gubuknya.
Lelaki itu amat kegirangan dengan angan-angannya itu. Ia
melompat-lompat sembari membayangkan betapa banyak uang yang akan didapatkan
nantinya. Karena saking gembiranya, ia lupa bahwa ia tengah melewati sebuah
jembatan, dan jembatan itu masih licin karena hujan tadi malam. Ia pun
terpeleset jatuh. Malang nian nasibnya, bejana susu yang dia pikul ikut jatuh,
tumpah ke sungai yang mengalir deras.
Lelaki itu pun terduduk sambil menangis, semua angan-angannya
seakan ikut hanyut ke sungai bersama air susu yang tumpah dan larut bersama air
sungai yang keruh.
Cerita tersebut adalah tamsil dari orang-orang yang terlena
dengan angan-angan dan impiannya. Alih-alih melakukan kerja keras untuk
menggapai cita-citanya, dia sibuk berangan-angan tanpa aksi. Istilahnya No
action talk only.
Memiliki harapan, atau mimpi atau cita-cita itu boleh saja,
bahkan harus untuk menegaskan planning kita di masa depan. Memiliki misi dan
harapan juga bisa membuat kita termotivasi. Akan tetapi kita harus hati-hati
dalam melangkah dan bertingkah laku agar tidak terpeleset dan jatuh sebagaimana tokoh si lelaki dalam
kisah tamsil tadi. Sehingga pada akhirnya semua harapan itu sirna.
Ada orang yang sibuk berangan-angan tapi tidak mempedulikan
kerja dan perencanaan. Betapa banyak orang yang sibuk dengan angan-angan, dia
bekerja, tapi bekerja dengan jalan dan cara yang haram sehingga dia jatuh. Dia
hanya memikirkan bagaimana saya memperolehnya, tanpa berpikir cara
memperolehnya. Padahal, apalah arti sukses kalau didapat dengan jalan yang
tidak benar.
Mari kita bermimpi, dan berusahalah untuk mendapatkannya
dengan kerja keras, kerja yang benar dan kerja yang diridoi dan diberkahi oleh
Allah subhanahu wata'ala. Insya Allah, Allah akan membuka jalannya.
Wallahu a’lam
No comments:
Post a Comment