Jika dulu kita takut sehingga protektif terhadap anak perempuan, maka sekarang lebih takut lagi menjaga anak laki-laki. Ya, kita takut anak laki-laki kita kena goda para penyuka anus.
Akhir-akhir
ini ramai berita tentang terungkapnya grup facebook ‘kaum Sodom modern’ dengan
anggota mencapai ribuan orang. Lebih miris lagi, hampir di setiap daerah
ditemukan grup semacam itu. Berdasar data yang saya dapatkan dari koran lokal,
di Bogor saja ada lebih dari 2.500 gay. Sementara itu di Banten ada sekitar
5.400 gay. Belum lagi di wilayah lainnya seperti di Garut, Cianjur dan
Tasikmalaya yang juga terungkap di media. Yang lebih miris lagi, kebanyakan
anggotanya diduga adalah pelajar.
Kita jadi
mikir jangan-jangan gempa yang sering mengguncang berbagai wilayah indonesia
akhir-akhir ini adalah peringatan Allah subhanahu wata'ala kepada kita semua,
karena kita abai terhadap ‘kaum pelangi’ yang gerakannya semakin massif di
sekitar kita. Maka tak heran ada yang mengasosiasikan akronim LGBT dengan ‘Lansung
Gemba Bumi dan Tsunami.’
Memang boleh
jadi gempa sebagai bentuk peringatan. Karena toh kaum Nabi Luth yang konon
penyuka sesama jenis juga mengalami siksaan berupa diguncangkannya negeri
mereka dan dijungkir balikan hingga hancur.
Bukan saya
hiperbolis kaetika mengatakan kaum gay adalah kaum Sodom abad modern. Karena tak
ada bedanya antara kaum Nabi Luth dengan fenomena LGBT zaman sekarang. Silakan saja
simak quran surat Al-A’raf ayat 80 dan 81 berikut
وَلُوطًا
إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ
مِنَ الْعَالَمِينَ
Dan (Kami
juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata
kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang
belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?"
إِنَّكُمْ
لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ ۚ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ
Sesungguhnya
kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita,
malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.
Dan pada
akhirnya kita tahu mereka dibinasakan dengan gempa dahsyat dan hujan batu yang
mengerikan.
Surat Huud
ayat 82 disebutkan,
{فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا
سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ} [هود: 82]
Maka tatkala
datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami
balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan
bertubi-tubi”
Sebelum Gempa,
Allah telah Menurunkan Adzab Dalam Bentuk Lain
Oke, mungkin
banyak diantara kita yang kurang setuju yang mengasosiasikan bahwa gempa yang
terjadi akhir-akhir ini adalah bentuk adzab Allah subhanahu wata'ala terhadap merebaknya fenomena kaum LGBT. Tapi
sebelum gempa terjadi, Allah subhanahu wata'ala telah menurunkan adzab dalam
bentuk lain. Penyakit kelamin menular adalah bentuk adzab Allah terhadap para
pemuja syahwat, termasuk kaum gay.
Dr. Ani
Hasibuan, seorang dokter ahli saraf di RSCM menyatakan kesaksian sekaligus
fakta yang mengerikan. Dia pengatakan bahwa pelaku penikmat seks sesama jenis
beresiko besar terhadap berbagai penyakit berbahaya. Diantaranya adalah
HIV/AIDS, Kripto, tokso, TB, Pnemonia, Kandida dan sebagainya.
Kriptokus
meningitis adalah penyakit berupa infeksi jamur di otak yang menyerang
seseorang karena gaya hidup tidak sehat. Dan diantara mereka yang beresiko
besar terkena penyakit ini adalah kaum gay yang melakukan –maaf- anak seks atau
seks lewat anus.
Selain itu,
diungkapkan bahwa kaum gay memiliki kebiasaan berganti pasangan sehingga besar
kemungkinan penularan penyakit bisa semakin massif. Bahkan resiko itu bukan
hanya menimpa sesama kaum gay, tapi juga orang-orang tidak berdosa sekalipun. Orang
dengan orientasi biseks (suka lelaki dan perempuan sekaligus) bisa menularkan
penyakit kepada istrinya. Lalu bagaimana jika yang ditularkan adalah virus HIV?
Istrinya mengandung dan anaknya juga positif HIV.
Akhir kalam,
tak ada ceritanya kisah cinta sesama jenis berakhir dengan happy ending
layaknya kisah Cinderella. Happily ever after… kisah para gay berakhir
mengerikan dengan penyakit tokso, kripto, TB, HIV dan ujungnya mati dalam
kesendirian dan penyesalan. Tak ada sesama kaum gay yang mau mengurusnya.
Yang ada
hanyalah orang-orang sekitar yang dibuat repot dan keluarga yang sedih karena
sakit yang dideritanya.
Tidak Hanya
Itu Saja
Sebenarnya bukan
hanya resiko penyakit mengerikan dan adzab Tuhan yang mengintai. Tapi juga
bagaimana kaum gay menjalani kehidupan sosial mereka.
Kaum gay
tentu saja tidak akan diterima dimasyarakat karena memang itu adalah
penyimpangan yang menjijikan. Dan mereka akan dengan sombongnya meneriakan
tentang HAM.
Bahkan ada
seorang tokoh pro LGBT yang mengatakan Negara tidak perlu mengurus urusan
ranjang rakyatnya.
Sekilas itu
tanpak masuk akal. Tapi bagi kita itu bentuk kebodohan diatas kebodohan.
Ada baiknya
kita menyimak penjelasan dari seorang psikolog
dan aktifis yang berjuang menyembuhkan para pengidap SSA (Same sex
attraction), Sinyo Egi yang saya kutip dari akun facebooknya.
"Seks
itu urusan pribadi, ngapain negara atau masyarakat ikutan atur-atur sampai
urusan ranjang segala dibahas?"
Heh....bro,
kalau lo kena AIDS yang nanggung obatnya tuh negara, bukan pasanganmu apalagi
si ranjang. Belum kalau ente nikah terus nular ke istri dan anak-anak, negara
juga yang nanggung ceuy...jadi ya wajar lah negara gak mau rugi bandar
buang-buang duit buat para pezina.
Bebas gih
sono mau muasin seks dengan cara apa saja tapi juga kalau kenapa-kenapa jangan
libatkan negara lah, egois kok parah.
HAM? Lah
emang neh negara isinya binatang gitu? Kita juga manusia punya hak jugalah dan
mana kewajiban asasimu? Bicara HAM tapi lupa KAM!
Parahnya
lagi kalau sampai wafat, tuh komunitas lari ke mana? Apalagi pasangan ranjangmu
tadi yang tentu ogah dan jijik ngebantu nguburin elu jika sudah kena AIDS,
kita-kita masyarakat umum dan keluarga yang kebanyakan buta AIDS malah diminta
mandiin jenazah hingga mengantar sampai ke liang lahat, Ikhlas broer karena
kemanusiaan.
Terus situ
masih ngeyel dan keukeuh kalau seks itu bukan urusan pemerintah atau
masyarakat? Negara ini masih berdasarkan Pancasila woy...bukan yang lain.
Intinya sih,
seanjing-anjingnya anjing jantan, tak ada anjing jantan yang kawin dengan
anjing jantan. (maaf kalau terkesan kasar dalam beranalogi, tapi itulah
faktanya). Hanya manusia yang tidak normal yang membela kaum LGBT.
Baca Artikel Terkait;
Beda Antara S.S.A dan Gay
Jalan Tobat Seorang Gay
Baca Artikel Terkait;
Beda Antara S.S.A dan Gay
Jalan Tobat Seorang Gay
No comments:
Post a Comment