14 Oct 2018

Gay, Revolusi Sesat Pemuja Syahwat


Jika dulu kita takut sehingga protektif terhadap anak perempuan, maka sekarang lebih takut lagi menjaga anak laki-laki. Ya, kita takut anak laki-laki kita kena goda para penyuka anus.

Akhir-akhir ini ramai berita tentang terungkapnya grup facebook ‘kaum Sodom modern’ dengan anggota mencapai ribuan orang. Lebih miris lagi, hampir di setiap daerah ditemukan grup semacam itu. Berdasar data yang saya dapatkan dari koran lokal, di Bogor saja ada lebih dari 2.500 gay. Sementara itu di Banten ada sekitar 5.400 gay. Belum lagi di wilayah lainnya seperti di Garut, Cianjur dan Tasikmalaya yang juga terungkap di media. Yang lebih miris lagi, kebanyakan anggotanya diduga adalah pelajar.

Kita jadi mikir jangan-jangan gempa yang sering mengguncang berbagai wilayah indonesia akhir-akhir ini adalah peringatan Allah subhanahu wata'ala kepada kita semua, karena kita abai terhadap ‘kaum pelangi’ yang gerakannya semakin massif di sekitar kita. Maka tak heran ada yang mengasosiasikan akronim LGBT dengan ‘Lansung Gemba Bumi dan Tsunami.’

Memang boleh jadi gempa sebagai bentuk peringatan. Karena toh kaum Nabi Luth yang konon penyuka sesama jenis juga mengalami siksaan berupa diguncangkannya negeri mereka dan dijungkir balikan hingga hancur.

Bukan saya hiperbolis kaetika mengatakan kaum gay adalah kaum Sodom abad modern. Karena tak ada bedanya antara kaum Nabi Luth dengan fenomena LGBT zaman sekarang. Silakan saja simak quran surat Al-A’raf ayat 80 dan 81 berikut

وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ

Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?"

إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ ۚ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ

Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.

Dan pada akhirnya kita tahu mereka dibinasakan dengan gempa dahsyat dan hujan batu yang mengerikan.

Surat Huud ayat 82  disebutkan,

{فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ} [هود: 82]
Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi”

Sebelum Gempa, Allah telah Menurunkan Adzab Dalam Bentuk Lain

Oke, mungkin banyak diantara kita yang kurang setuju yang mengasosiasikan bahwa gempa yang terjadi akhir-akhir ini adalah bentuk adzab Allah subhanahu wata'ala  terhadap merebaknya fenomena kaum LGBT. Tapi sebelum gempa terjadi, Allah subhanahu wata'ala telah menurunkan adzab dalam bentuk lain. Penyakit kelamin menular adalah bentuk adzab Allah terhadap para pemuja syahwat, termasuk kaum gay.

Dr. Ani Hasibuan, seorang dokter ahli saraf di RSCM menyatakan kesaksian sekaligus fakta yang mengerikan. Dia pengatakan bahwa pelaku penikmat seks sesama jenis beresiko besar terhadap berbagai penyakit berbahaya. Diantaranya adalah HIV/AIDS, Kripto, tokso, TB, Pnemonia, Kandida dan sebagainya.

Kriptokus meningitis adalah penyakit berupa infeksi jamur di otak yang menyerang seseorang karena gaya hidup tidak sehat. Dan diantara mereka yang beresiko besar terkena penyakit ini adalah kaum gay yang melakukan –maaf- anak seks atau seks lewat anus.

Selain itu, diungkapkan bahwa kaum gay memiliki kebiasaan berganti pasangan sehingga besar kemungkinan penularan penyakit bisa semakin massif. Bahkan resiko itu bukan hanya menimpa sesama kaum gay, tapi juga orang-orang tidak berdosa sekalipun. Orang dengan orientasi biseks (suka lelaki dan perempuan sekaligus) bisa menularkan penyakit kepada istrinya. Lalu bagaimana jika yang ditularkan adalah virus HIV? Istrinya mengandung dan anaknya juga positif HIV.

Akhir kalam, tak ada ceritanya kisah cinta sesama jenis berakhir dengan happy ending layaknya kisah Cinderella. Happily ever after… kisah para gay berakhir mengerikan dengan penyakit tokso, kripto, TB, HIV dan ujungnya mati dalam kesendirian dan penyesalan. Tak ada sesama kaum gay yang mau mengurusnya.

Yang ada hanyalah orang-orang sekitar yang dibuat repot dan keluarga yang sedih karena sakit yang dideritanya.

Tidak Hanya Itu Saja

Sebenarnya bukan hanya resiko penyakit mengerikan dan adzab Tuhan yang mengintai. Tapi juga bagaimana kaum gay menjalani kehidupan sosial mereka.

Kaum gay tentu saja tidak akan diterima dimasyarakat karena memang itu adalah penyimpangan yang menjijikan. Dan mereka akan dengan sombongnya meneriakan tentang HAM.
Bahkan ada seorang tokoh pro LGBT yang mengatakan Negara tidak perlu mengurus urusan ranjang rakyatnya.

Sekilas itu tanpak masuk akal. Tapi bagi kita itu bentuk kebodohan diatas kebodohan.
Ada baiknya kita menyimak penjelasan dari seorang psikolog  dan aktifis yang berjuang menyembuhkan para pengidap SSA (Same sex attraction), Sinyo Egi yang saya kutip dari akun facebooknya.

"Seks itu urusan pribadi, ngapain negara atau masyarakat ikutan atur-atur sampai urusan ranjang segala dibahas?"

Heh....bro, kalau lo kena AIDS yang nanggung obatnya tuh negara, bukan pasanganmu apalagi si ranjang. Belum kalau ente nikah terus nular ke istri dan anak-anak, negara juga yang nanggung ceuy...jadi ya wajar lah negara gak mau rugi bandar buang-buang duit buat para pezina.
Bebas gih sono mau muasin seks dengan cara apa saja tapi juga kalau kenapa-kenapa jangan libatkan negara lah, egois kok parah.

HAM? Lah emang neh negara isinya binatang gitu? Kita juga manusia punya hak jugalah dan mana kewajiban asasimu? Bicara HAM tapi lupa KAM!

Parahnya lagi kalau sampai wafat, tuh komunitas lari ke mana? Apalagi pasangan ranjangmu tadi yang tentu ogah dan jijik ngebantu nguburin elu jika sudah kena AIDS, kita-kita masyarakat umum dan keluarga yang kebanyakan buta AIDS malah diminta mandiin jenazah hingga mengantar sampai ke liang lahat, Ikhlas broer karena kemanusiaan.

Terus situ masih ngeyel dan keukeuh kalau seks itu bukan urusan pemerintah atau masyarakat? Negara ini masih berdasarkan Pancasila woy...bukan yang lain.

Intinya sih, seanjing-anjingnya anjing jantan, tak ada anjing jantan yang kawin dengan anjing jantan. (maaf kalau terkesan kasar dalam beranalogi, tapi itulah faktanya). Hanya manusia yang tidak normal yang membela kaum LGBT.

Baca Artikel Terkait;

Beda Antara S.S.A dan Gay

Jalan Tobat Seorang Gay
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment