Dulu saya
punya teman yang mengidap SSA (Same Sex Attraction) yang berusaha untuk berubah
dan kembali ke fitroh. Alhamdulillah, terakhir kali saya berinterksi
dengannnya, dia telah berubah dan merasa bahagia dengan perubahannya.
Sebelum saya
melanjutkan kisahnya, ada baiknya saya menjelaskan apa itu SSA. Kamu juga pasti
bertanya-tanya kan?
Same Sex
Attraction atau ketertarikan orientasi seksual terhadap sesama jenis adalah
sebuah kecenderungan seseorang untuk menyukai sesama jenisnya, atau biasa
disebut dengan homoseksual.
‘Apakah SSA
ini termasuk perbuatan dosa?’
Belum tentu.
Kalau hanya orientasinya saja yang menyimpang, dan seorang SSA masih bisa
menyimpan hasratnya, bahkan berusaha untuk kembali kepada fitrahnya, tentu ini
tidak termasuk perbuatan dosa.
Kenapa
demikian?
Karena suatu
kejahatan dianggap sebagai sebuah dosa jika sudah dilaksanakan, sementara jika
masih sebatas niat, Allah tidak menghitungnya sebagai sebuah dosa.
Sekarang
coba bandingkan, jika seorang SSA ini sudah tidak bisa mengendalikan dirinya,
tidak mau memperbaiki diri, menganggap bahwa kelainan orientasi seksualnya
sebagai sebuah anugrah, menuruti hawa nafsu, bahkan sampai bermaksiat,
perbuatan inilah yang masuk kategori dosa.
‘Kenapa SSA
dilarang? Padahalkan itu bukan keinginan seseorang untuk menyukai sesama
jenisnya.’
Sebagai
seorang muslim, tentunya kita tahu, bahwa setiap manusia terlahir sesuai
fitrahnya. Tidak ada yang sengaja Allah ciptakan untuk memiliki kecenderungan
SSA.
Firman Allah
SWT:
“Dan
bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita”
(QS.An-Najm : 45)
Juga dalam
ayat-ayatnya yang lain Allah sudah menjelaskan bahwa DIA menciptakan segala
sesuatu berpasang-pasangan.
Semua orang
memang berhak menjadi apa ia, tetapi kita juga tidak boleh lupa, bahwa
pertanggungjawaban kepada Allah, juga merupakan tanggungjawab pribadi, tidak
bisa dialihkan ke orang lain.
Jadi disini
kita katakana bahwa SSA adalah penyakit yang harus disembuhkan sebagaimana
penyakit-penyakit psikis lainnya. Tidak sedikit kok mereka yang pada awalnya
seorang pengidap SSA bisa kembali hidup normal. Bahkan menikah dan punya anak. Saya
sering membaca curhatan para pengidap SSA yang sembuh total di blog kak Sinyo
Egi, seorang aktifis yang berjuang menyembuhkan para SSA dengan komunitas ‘Peduli
Sahabat’ yang dia dirikan.
Jadi perlu
kita ketahui beda antara Gay dan SSA. Jika mereka yang menyebut diri mereka
sebagai gay biasanya merasa bangga dengan orientasi sesat mereka. Mereka bangga
menyebut dirinya sebagai gay, minta diakui pemerintah, membentuk komunitas
bahkan dengan sombongnya berkoar-koar atas nama HAM. Bahkan mengatakan
orientasi sesat mereka sebagai anugerah tuhan.
Tapi mereka
pengidap SSA, -memang mereka sama-sama memiliki kecenderungan suka sesama
jenis- tapi mereka tidak mau menyebut diri mereka gay. Mereka malu dengan hal
itu dan menganggap ada yang salah dengan diri mereka.
Disinilah perlu
adanya bantuan psikiater dan orang-orang terpercaya untuk menyembuhkan mereka. Baik
dengan penanganan medis atau psikis. Jika penyakit SSA tersebut dikarenakan
kelainan hormonal, maka perlu adanya tindakan medis, tapi jika karena faktor
psikis, maka perlu adanya mentoring dan pengarahan hingga sembuh total.
Termasuk cerita
sahabat saya yang saya sebut di awal
artikel. Sebut saja namanya Z. kami dekat satu sama lain karena kami
memiliki hobi yang sama dan di kelas yang sama ketika sama-sama mondok di
sebuah boarding school. Kami sama-sama menyukai dunia literasi dan sama-sama bekerja sama untuk menyelundukpakn novel dan majalah ke dalam 'kobong'. :)
Sebelumnya saya tidak menyangka dia menderita SSA, mengingat bapaknya boleh dibilang seorang ustadz di kampungya, itu menurut apa yang dia tuturkan kepada saya. Hingga pada suatu hari seorang adik kelas melapor kelakukannya yang menggeranyangi ‘korban’ di malam hari.
Sebelumnya saya tidak menyangka dia menderita SSA, mengingat bapaknya boleh dibilang seorang ustadz di kampungya, itu menurut apa yang dia tuturkan kepada saya. Hingga pada suatu hari seorang adik kelas melapor kelakukannya yang menggeranyangi ‘korban’ di malam hari.
Tak menunggu
lama Z di-DO dari pesantren dan saya hilang kontak dengan dia selama dua tahun
lamanya.
Hingga setelah
kelulusan, jejaring facebook kembali mempertemukan kami. Alhamdulillah dia
mengatakan sudah berubah. Semoga saja benar adanya. Terinspirasi dari kisah
tersebut, maka saya menulis kisah yang dimuat di majalah ar-Risalah dan majalah
elfata berjudul ‘Jalan Tobat Seorang Gay.’
Baca Artikel Terkait
Jalan Tobat Seorang Gay
Gay, Revolusi Sesat Pemuja Syahwat
Saya pernah mengatakan kepada Z” Boleh jadi Allah subhanahu
wata'ala mengujimu dengan SSA. Apakah kamu akan menuruti kecenderungannya atau
berjuang untuk berubah. Setiap orang memiliki ujian masing-masing dan Allah
menakdirkanmu dengan kelainan ini. Jika kamu berubah, maka Allah akan memuliakan
dan memudahkan jalanmu.”
Baca Artikel Terkait
Jalan Tobat Seorang Gay
Gay, Revolusi Sesat Pemuja Syahwat
No comments:
Post a Comment