14 Oct 2018

Beda antara gay dan SSA



Dulu saya punya teman yang mengidap SSA (Same Sex Attraction) yang berusaha untuk berubah dan kembali ke fitroh. Alhamdulillah, terakhir kali saya berinterksi dengannnya, dia telah berubah dan merasa bahagia dengan perubahannya.

Sebelum saya melanjutkan kisahnya, ada baiknya saya menjelaskan apa itu SSA. Kamu juga pasti bertanya-tanya kan?

Same Sex Attraction atau ketertarikan orientasi seksual terhadap sesama jenis adalah sebuah kecenderungan seseorang untuk menyukai sesama jenisnya, atau biasa disebut dengan homoseksual.
‘Apakah SSA ini termasuk perbuatan dosa?’

Belum tentu. Kalau hanya orientasinya saja yang menyimpang, dan seorang SSA masih bisa menyimpan hasratnya, bahkan berusaha untuk kembali kepada fitrahnya, tentu ini tidak termasuk perbuatan dosa.

Kenapa demikian?

Karena suatu kejahatan dianggap sebagai sebuah dosa jika sudah dilaksanakan, sementara jika masih sebatas niat, Allah tidak menghitungnya sebagai sebuah dosa.

Sekarang coba bandingkan, jika seorang SSA ini sudah tidak bisa mengendalikan dirinya, tidak mau memperbaiki diri, menganggap bahwa kelainan orientasi seksualnya sebagai sebuah anugrah, menuruti hawa nafsu, bahkan sampai bermaksiat, perbuatan inilah yang masuk kategori dosa.
‘Kenapa SSA dilarang? Padahalkan itu bukan keinginan seseorang untuk menyukai sesama jenisnya.’
Sebagai seorang muslim, tentunya kita tahu, bahwa setiap manusia terlahir sesuai fitrahnya. Tidak ada yang sengaja Allah ciptakan untuk memiliki kecenderungan SSA.

Firman Allah SWT:
“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita” (QS.An-Najm : 45)

Juga dalam ayat-ayatnya yang lain Allah sudah menjelaskan bahwa DIA menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan.

Semua orang memang berhak menjadi apa ia, tetapi kita juga tidak boleh lupa, bahwa pertanggungjawaban kepada Allah, juga merupakan tanggungjawab pribadi, tidak bisa dialihkan ke orang lain.

Jadi disini kita katakana bahwa SSA adalah penyakit yang harus disembuhkan sebagaimana penyakit-penyakit psikis lainnya. Tidak sedikit kok mereka yang pada awalnya seorang pengidap SSA bisa kembali hidup normal. Bahkan menikah dan punya anak. Saya sering membaca curhatan para pengidap SSA yang sembuh total di blog kak Sinyo Egi, seorang aktifis yang berjuang menyembuhkan para SSA dengan komunitas ‘Peduli Sahabat’ yang dia dirikan.

Jadi perlu kita ketahui beda antara Gay dan SSA. Jika mereka yang menyebut diri mereka sebagai gay biasanya merasa bangga dengan orientasi sesat mereka. Mereka bangga menyebut dirinya sebagai gay, minta diakui pemerintah, membentuk komunitas bahkan dengan sombongnya berkoar-koar atas nama HAM. Bahkan mengatakan orientasi sesat mereka sebagai anugerah tuhan.
Tapi mereka pengidap SSA, -memang mereka sama-sama memiliki kecenderungan suka sesama jenis- tapi mereka tidak mau menyebut diri mereka gay. Mereka malu dengan hal itu dan menganggap ada yang salah dengan diri mereka.

Disinilah perlu adanya bantuan psikiater dan orang-orang terpercaya untuk menyembuhkan mereka. Baik dengan penanganan medis atau psikis. Jika penyakit SSA tersebut dikarenakan kelainan hormonal, maka perlu adanya tindakan medis, tapi jika karena faktor psikis, maka perlu adanya mentoring dan pengarahan hingga sembuh total.

Termasuk cerita sahabat saya yang saya sebut di awal  artikel. Sebut saja namanya Z. kami dekat satu sama lain karena kami memiliki hobi yang sama dan di kelas yang sama ketika sama-sama mondok di sebuah boarding school. Kami sama-sama menyukai dunia literasi dan sama-sama bekerja sama untuk menyelundukpakn novel dan majalah ke dalam 'kobong'. :)

Sebelumnya saya tidak menyangka dia menderita SSA, mengingat bapaknya boleh dibilang seorang ustadz di kampungya, itu menurut apa yang dia tuturkan kepada saya. Hingga pada suatu hari seorang adik kelas melapor kelakukannya yang menggeranyangi ‘korban’ di malam hari.

Tak menunggu lama Z di-DO dari pesantren dan saya hilang kontak dengan dia selama dua tahun lamanya.  

Hingga setelah kelulusan, jejaring facebook kembali mempertemukan kami. Alhamdulillah dia mengatakan sudah berubah. Semoga saja benar adanya. Terinspirasi dari kisah tersebut, maka saya menulis kisah yang dimuat di majalah ar-Risalah dan majalah elfata berjudul ‘Jalan Tobat Seorang Gay.’


Saya pernah mengatakan kepada Z” Boleh jadi Allah subhanahu wata'ala mengujimu dengan SSA. Apakah kamu akan menuruti kecenderungannya atau berjuang untuk berubah. Setiap orang memiliki ujian masing-masing dan Allah menakdirkanmu dengan kelainan ini. Jika kamu berubah, maka Allah akan memuliakan dan memudahkan jalanmu.”



Baca Artikel Terkait

Jalan Tobat Seorang Gay

Gay, Revolusi Sesat Pemuja Syahwat
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment