Beberapa waktu yang lalu ada wacana tentang aturan volume
suara adzan karena dianggap mengganggu. Tapi, disini kita bukan tempatnya untuk
membahas hal itu. Tapi di sini kita akan mencoba menyelami makna dan filosofi
adzan untuk kehidupan kita.
Mungkin ada yang bertanya, mengapa adzan harus dikumandangkan
keras-keras? Mengapa adzan harus dikumandangkan dengan memakai speaker?
Bukankah hal itu bisa mengganggu umat agama yang lain? Bukankah yang
mendengarkan bukan hanya orang muslim?
Ada sebuah cerita menarik yang diceritakan seorang teman
melalui aplikasi perbincangan di grup WhatsApp.
Ia bercerita bahwa ada seorang teman non-muslim yang bertanya
kepada dia, “Kenapa kalau adzan harus dibunyikan dengan keras dan memakai
speaker?”
Kemudian teman kita itu berpikir sejenak untuk mencari
jawaban yang mudah dicerna. Tapi pada akhirnya dia menemukan sebuah tamsil yang
bagus untuk menjawabnya. Dia menjawab, “Sahabatku, adzan itu adalah panggilan
sholat, pasti dong namanya panggilan tidak mungkin dengan cara yang sama
seperti berbicara atau berbisik-bisik”.
Tapi teman non-muslim itu kembali bertanya, “Tapi kan
orang-orang di sekitar tidak semuanya muslim?”
Maka teman muslim kita menjawab, “Sahabatku, marilah kita
membuat sebuah perumpamaan, anggaplah kita sekarang berada di sebuah bandara.
Dengarkan pengumuman di bandara yang selalu memberikan panggilan boarding.”
“Apakah kamu juga mempertanyakan ke mereka mengapa melakukan
panggilan boarding pesawat yang lain keras-keras padahal bukan panggilan
pesawatmu?”
Teman non muslim itu tersenyum dan kemudian bertanya lagi, “tapi
kan sekarang semua orang sudah tahu teknologi. Kita sudah tahu jam berapa waktu
shalat tiap 5 waktu. Bahkan ada aplikasi yang memberitahu jadwal sholat. Apa
masih diperlukan adzan keras-keras?”
Maka teman kita pun menjawab, “"Ya setiap penumpang juga
kan sudah tahu jadwal penerbangannya sejak pesan dan memegang tiket, kemudian
check-in, sudah tercetak jadwal keberangkatannya di boarding pass, sudah masuk
ruang tunggu, tapi tetap bandara melakukan panggilan boarding bukan?"
"Dan ada satu hal lagi mengapa adzan harus
dikumandangkan,”tambah teman kita dengan mantap, “itu bukan hanya sebagai
penanda sudah masuk waktu sholat, tapi juga sebagai penanda untuk siap-siap
melaksanakan sholat dan menyegerakan shalat, kemudian meninggalkan kesibukan.”
“Sama halnya semua penumpang harus menyegerakan masuk pesawat
setelah panggilan boarding, walaupun masih ada waktu naik pesawat sampai
pesawat tutup pintu."
Setelah itu, teman non-muslimnya tersenyum lebar dan memuji
jawaban sahabat muslimnya.
Marilah kita mengambil pelajaran dari kisah tersebut.
Masih banyak orang yang tidak rela ketinggalan pesawat
dibanding ketinggalan sholat. Bahkan mereka lebih rela menunggu pesawat yang
belum datang dibanding menunggu adzan datang. padahal, sholat itu panggilan
Allah subhanahu wata'ala yang selayaknya dimuliakan. Ada lagi sebagian orang
yang berpagi-pagi berangkat kerja. Subuh sendirian di rumah dan langsung
berlari ke stasiun atau halte. Tak berpikir shalat berjamaah atau dzikir pagi.
Semua demi dunia.
Padahal Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam pernah
berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib yang artinya, “Wahai Ali, ada tiga perkara
yang tidak boleh engkau tunda, yakni shalat jika telah tiba waktunya, jenazah
apabila telah hadir, dan wanita apabila telah ada calon suami yang sekufu”
Semoga kita termasuk diantara mereka yang selalu menjaga
sholat. Semoga panggilan adzan mampu menggerakan kita untuk menghentikan diri
dari kesibukan yang menenggelamkan kita.
Semoga menginspirasi
Wallahu a’lam
No comments:
Post a Comment