16 Oct 2018

Filosofi Adzan



Beberapa waktu yang lalu ada wacana tentang aturan volume suara adzan karena dianggap mengganggu. Tapi, disini kita bukan tempatnya untuk membahas hal itu. Tapi di sini kita akan mencoba menyelami makna dan filosofi adzan untuk kehidupan kita.

Mungkin ada yang bertanya, mengapa adzan harus dikumandangkan keras-keras? Mengapa adzan harus dikumandangkan dengan memakai speaker? Bukankah hal itu bisa mengganggu umat agama yang lain? Bukankah yang mendengarkan bukan hanya orang muslim?

Ada sebuah cerita menarik yang diceritakan seorang teman melalui aplikasi perbincangan di grup WhatsApp.

Ia bercerita bahwa ada seorang teman non-muslim yang bertanya kepada dia, “Kenapa kalau adzan harus dibunyikan dengan keras dan memakai speaker?”

Kemudian teman kita itu berpikir sejenak untuk mencari jawaban yang mudah dicerna. Tapi pada akhirnya dia menemukan sebuah tamsil yang bagus untuk menjawabnya. Dia menjawab, “Sahabatku, adzan itu adalah panggilan sholat, pasti dong namanya panggilan tidak mungkin dengan cara yang sama seperti berbicara atau berbisik-bisik”.

Tapi teman non-muslim itu kembali bertanya, “Tapi kan orang-orang di sekitar tidak semuanya muslim?”

Maka teman muslim kita menjawab, “Sahabatku, marilah kita membuat sebuah perumpamaan, anggaplah kita sekarang berada di sebuah bandara. Dengarkan pengumuman di bandara yang selalu memberikan panggilan boarding.”

“Apakah kamu juga mempertanyakan ke mereka mengapa melakukan panggilan boarding pesawat yang lain keras-keras padahal bukan panggilan pesawatmu?”

Teman non muslim itu  tersenyum dan kemudian bertanya lagi, “tapi kan sekarang semua orang sudah tahu teknologi. Kita sudah tahu jam berapa waktu shalat tiap 5 waktu. Bahkan ada aplikasi yang memberitahu jadwal sholat. Apa masih diperlukan adzan keras-keras?”

Maka teman kita pun menjawab, “"Ya setiap penumpang juga kan sudah tahu jadwal penerbangannya sejak pesan dan memegang tiket, kemudian check-in, sudah tercetak jadwal keberangkatannya di boarding pass, sudah masuk ruang tunggu, tapi tetap bandara melakukan panggilan boarding bukan?"
"Dan ada satu hal lagi mengapa adzan harus dikumandangkan,”tambah teman kita dengan mantap, “itu bukan hanya sebagai penanda sudah masuk waktu sholat, tapi juga sebagai penanda untuk siap-siap melaksanakan sholat dan menyegerakan shalat, kemudian meninggalkan kesibukan.”

“Sama halnya semua penumpang harus menyegerakan masuk pesawat setelah panggilan boarding, walaupun masih ada waktu naik pesawat sampai pesawat tutup pintu."

Setelah itu, teman non-muslimnya tersenyum lebar dan memuji jawaban sahabat muslimnya.
Marilah kita mengambil pelajaran dari kisah tersebut.

Masih banyak orang yang tidak rela ketinggalan pesawat dibanding ketinggalan sholat. Bahkan mereka lebih rela menunggu pesawat yang belum datang dibanding menunggu adzan datang. padahal, sholat itu panggilan Allah subhanahu wata'ala yang selayaknya dimuliakan. Ada lagi sebagian orang yang berpagi-pagi berangkat kerja. Subuh sendirian di rumah dan langsung berlari ke stasiun atau halte. Tak berpikir shalat berjamaah atau dzikir pagi. Semua demi dunia.

Padahal Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam pernah berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib yang artinya, “Wahai Ali, ada tiga perkara yang tidak boleh engkau tunda, yakni shalat jika telah tiba waktunya, jenazah apabila telah hadir, dan wanita apabila telah ada calon suami yang sekufu”
Semoga kita termasuk diantara mereka yang selalu menjaga sholat. Semoga panggilan adzan mampu menggerakan kita untuk menghentikan diri dari kesibukan yang menenggelamkan kita.
Semoga menginspirasi

Wallahu a’lam

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment