21 Oct 2018

Bersatu Tidak Mesti Banyak?



Ada seorang ustadz Salafi yang bilang bahwa bersatu tidak mesti banyak. Statement itu muncul ketika ormas islam bersatu dalam acara parade tauhid beberapa tahun yang lalu. Tapi benarkah pernyataan tersebut?

Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda,
ان الله لا يجمع أمتي على ضلالة , و يد الله على الجماعة , من شد شد الى النار , رواه الترمذي , زاد ابن ماجه : فاذا وقع الاختلاف , فعليك بالسواد الأعظم , مع الحق و أهله
Sesungguhnya Allah tidak akan menyesatkan umatku secara keseluruhan. Tangan Allah berada diatas Jama’ah. Barangsiapa yang keluar (berpisah dari jama’ah kaum muslimin), maka ia akan terjerumus ke dalam api neraka”.
(HR. Imam Tirmidzi)

Ibnu Majah menambahkan: “jika terjadi perbedaan (di antara kalian), maka hendaklah kalian berpegang tegung pada “As-Sawad Al-Adhzam” (KAUM MAYORITAS) beserta al-haq dan ahlinya…”

Hadits ini menerangkan kepada kita bahwa kaum mayoritas tidak mungkin sepakat diatas kesesatan. Namun, Al-Quran mencela jumlah mayoritas (kebanyakan), tetapi pada konteks yang bagaimana dulu. Disinilah letak pentingnya kita mempelajari tafsir para ulama terkait ayat-ayat dan juga asbab nuzul (sebab turunnya) ayat-ayat itu.

Jika statemen  seorang ustadz salafi itu dianggap mutlak benar, yakni bahwa bersatu tidak mesti banyak, maka:

Ahmadiyyah juga tidak banyak, mereka sedikit…
Syi’ah di indonesia juga tidak banyak, mereka sedikit…
Aliran Gafatar juga tidak banyak, mereka sedikit…
LDII alias Islam Jama’ah juga tidak banyak, mereka sedikit…
Aliran sesat Inkar Sunnah juga tidak banyak, mereka sangat sedikit…
Aliran Lia Eden juga tidak banyak, mereka sangat sedikit…
Lantas, apakah mereka yang bersatu dalam jumlahnya yang sedikit ini berada dalam AL-HAQ (kebenaran) ?

Janganlah memanipulasi atau memonopoli “ghuroba” (kaum asing) itu hanya kelompok anda sendiri. Sebab, “ghuroba” itu sejatinya terasing karena ia diasingkan oleh pembenci ajaran Islam, musuh-musuh islam, yakni kaum musyrikin dan para penyembah thoghut. Bukan karena mengasingkan diri dari kaum muslimin lalu menyebut diri dan kelompok sendiri sebagai “ghuroba” (yakni kaum terasing yang berpegang teguh diatas Sunnah). Orang cerdas akan mampu membedakan antara ghuroba’ sejati (kaum yang dianggap asing) dengan kaum yang sengaja mengasingkan diri. Hitungan ghuroba adalah seluruh kaum muslimin sedunia, siapapun dia.. bukan hanya kaum persiradja (pendengar setia Radio Rodja) atau para pecinta ‘ustadz recommended’.


Duhai Salafi, Tolong Jangan Sakiti Hati Saudaramu

Dulu saat ummat islam dari berbagai ormas bersatu menggelar Parade Tauhid di Jakarta, kalian pun mengadakan Tabligh Akbar di masjid Istiqlal dengan mengundang Syaikh Ali Hasan Al-Halabi (ulama BNPT) dari Yordan. Apa maksudnya ini, wahai saudaraku ?

Dulu saat ummat islam sedunia (termasuk para Ulama timur tengah) berbela sungkawa atas musibah yang menimpa Syaikh DR. A’idh Al-Qarni yang di tembak oleh oknum Syi’ah di philipina, kalian sebarluaskan artikel Abu Yahya Badrussalam yang isinya mengatakan bahwa Syaikh A’idh Al-Qarni itu khawarij. Apa maksudnya ini, wahai saudaraku ?

Dulu saat ummat islam DKI Jakarta mengkritik Ahok dan bersatu melawan kezoliman Ahok (china kafir) secara terang-terangan, kalian sebarluaskan statement “Ahok itu ulil amri yang wajib di taati” lewat website Aslibumiayu. Apa maksudnya ini, wahai saudaraku ?

Dulu saat kaum muslimin bersama Front Pembela Islam (FPI) berdemo menuntut agar Ahok di periksa KPK, kalian sebarluaskan ceramah Riyadh Bajery yang mengatakan bahwa para demonstran itu halal darahnya. Apa maksudnya ini, wahai saudaraku ?

Dulu saat seorang da’i muda alumni LIPIA (yaitu Ustad Oemar Mita) mulai ‘naik daun’ di dunia dakwah dan kajian-kajiannya di gandrungi kaum ummahat, kalian sebarluaskan fitnah dan omongan-omongan kotor terhadap dirinya lewat broadcast dan jejaring sosial lainnya. Kalian sebut ia khawarij, hizbi, sesat, dst. Tidak sampai disitu, bahkan Indadari (istri Cesar Aditya mantan raja joget) mengadu bahwa dirinya diprovokasi untuk tidak mengaji ke Ustadz Oemar Mita. Apa maksudnya ini, wahai saudaraku ?

Dulu ketika ummat islam berkumpul di Istiqlal jakarta, menanggalkan atribut harokah dan bendera organisasi mereka, menyatukan suara untuk tidak memilih orang kafir jadi pemimpin, kalian malah menyebarluaskan pernyataan Abu Yahya Badrussalam bahwa “bersatu tidak mesti banyak”. Apa maksud semua ini, wahai saudaraku ?

Artikel ini disadur dengan perubahan dari >> https://aribarkan.wordpress.com/2016/11/18/salafi-tolong-jangan-sakiti-hati-ummat-islam/


Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment