Ada seorang ustadz Salafi yang bilang bahwa bersatu tidak
mesti banyak. Statement itu muncul ketika ormas islam bersatu dalam acara
parade tauhid beberapa tahun yang lalu. Tapi benarkah pernyataan tersebut?
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda,
ان الله لا يجمع أمتي على ضلالة , و يد
الله على الجماعة , من شد شد الى النار , رواه الترمذي , زاد ابن ماجه : فاذا وقع الاختلاف
, فعليك بالسواد الأعظم , مع الحق و أهله…
Sesungguhnya Allah tidak akan menyesatkan umatku secara
keseluruhan. Tangan Allah berada diatas Jama’ah. Barangsiapa yang keluar
(berpisah dari jama’ah kaum muslimin), maka ia akan terjerumus ke dalam api
neraka”.
(HR. Imam Tirmidzi)
Ibnu Majah menambahkan: “jika terjadi perbedaan (di antara
kalian), maka hendaklah kalian berpegang tegung pada “As-Sawad Al-Adhzam” (KAUM
MAYORITAS) beserta al-haq dan ahlinya…”
Hadits ini menerangkan kepada kita bahwa kaum mayoritas
tidak mungkin sepakat diatas kesesatan. Namun, Al-Quran mencela jumlah
mayoritas (kebanyakan), tetapi pada konteks yang bagaimana dulu. Disinilah
letak pentingnya kita mempelajari tafsir para ulama terkait ayat-ayat dan juga
asbab nuzul (sebab turunnya) ayat-ayat itu.
Jika statemen seorang
ustadz salafi itu dianggap mutlak benar, yakni bahwa bersatu tidak mesti
banyak, maka:
Ahmadiyyah juga tidak banyak, mereka sedikit…
Syi’ah di indonesia juga tidak banyak, mereka sedikit…
Aliran Gafatar juga tidak banyak, mereka sedikit…
LDII alias Islam Jama’ah juga tidak banyak, mereka sedikit…
Aliran sesat Inkar Sunnah juga tidak banyak, mereka sangat
sedikit…
Aliran Lia Eden juga tidak banyak, mereka sangat sedikit…
Lantas, apakah mereka yang bersatu dalam jumlahnya yang
sedikit ini berada dalam AL-HAQ (kebenaran) ?
Janganlah memanipulasi atau memonopoli “ghuroba” (kaum
asing) itu hanya kelompok anda sendiri. Sebab, “ghuroba” itu sejatinya terasing
karena ia diasingkan oleh pembenci ajaran Islam, musuh-musuh islam, yakni kaum
musyrikin dan para penyembah thoghut. Bukan karena mengasingkan diri dari kaum
muslimin lalu menyebut diri dan kelompok sendiri sebagai “ghuroba” (yakni kaum
terasing yang berpegang teguh diatas Sunnah). Orang cerdas akan mampu
membedakan antara ghuroba’ sejati (kaum yang dianggap asing) dengan kaum yang
sengaja mengasingkan diri. Hitungan ghuroba adalah seluruh kaum muslimin
sedunia, siapapun dia.. bukan hanya kaum persiradja (pendengar setia Radio
Rodja) atau para pecinta ‘ustadz recommended’.
Duhai Salafi, Tolong Jangan Sakiti Hati Saudaramu
Dulu saat ummat islam dari berbagai ormas bersatu menggelar
Parade Tauhid di Jakarta, kalian pun mengadakan Tabligh Akbar di masjid
Istiqlal dengan mengundang Syaikh Ali Hasan Al-Halabi (ulama BNPT) dari Yordan.
Apa maksudnya ini, wahai saudaraku ?
Dulu saat ummat islam sedunia (termasuk para Ulama timur
tengah) berbela sungkawa atas musibah yang menimpa Syaikh DR. A’idh Al-Qarni
yang di tembak oleh oknum Syi’ah di philipina, kalian sebarluaskan artikel Abu
Yahya Badrussalam yang isinya mengatakan bahwa Syaikh A’idh Al-Qarni itu
khawarij. Apa maksudnya ini, wahai saudaraku ?
Dulu saat ummat islam DKI Jakarta mengkritik Ahok dan
bersatu melawan kezoliman Ahok (china kafir) secara terang-terangan, kalian
sebarluaskan statement “Ahok itu ulil amri yang wajib di taati” lewat website
Aslibumiayu. Apa maksudnya ini, wahai saudaraku ?
Dulu saat kaum muslimin bersama Front Pembela Islam (FPI)
berdemo menuntut agar Ahok di periksa KPK, kalian sebarluaskan ceramah Riyadh
Bajery yang mengatakan bahwa para demonstran itu halal darahnya. Apa maksudnya
ini, wahai saudaraku ?
Dulu saat seorang da’i muda alumni LIPIA (yaitu Ustad Oemar
Mita) mulai ‘naik daun’ di dunia dakwah dan kajian-kajiannya di gandrungi kaum
ummahat, kalian sebarluaskan fitnah dan omongan-omongan kotor terhadap dirinya
lewat broadcast dan jejaring sosial lainnya. Kalian sebut ia khawarij, hizbi,
sesat, dst. Tidak sampai disitu, bahkan Indadari (istri Cesar Aditya mantan
raja joget) mengadu bahwa dirinya diprovokasi untuk tidak mengaji ke Ustadz
Oemar Mita. Apa maksudnya ini, wahai saudaraku ?
Dulu ketika ummat islam berkumpul di Istiqlal jakarta,
menanggalkan atribut harokah dan bendera organisasi mereka, menyatukan suara
untuk tidak memilih orang kafir jadi pemimpin, kalian malah menyebarluaskan
pernyataan Abu Yahya Badrussalam bahwa “bersatu tidak mesti banyak”. Apa maksud
semua ini, wahai saudaraku ?
Artikel ini disadur dengan perubahan dari >> https://aribarkan.wordpress.com/2016/11/18/salafi-tolong-jangan-sakiti-hati-ummat-islam/
No comments:
Post a Comment