Alkisah, sebuah perusahaan
pembuat sepatu berniat melebarkan sayap perusahaan mereka hingga ke daerah
pedalaman Papua. Untuk membuat segalanya lebih jelas, maka perusahaan mengutus
dua orang ke papua dalam rangka studi kelayakan dan mengukur tentang prospek
para konsumen.
Dua bulan kemudian, dua utusan
perusahaan itu pulang dengan membawa laporannya masing-masing. Meski tempat
studi kelayakan mereka sama, tetapi laporan mereka cenderung berbeda.
Utusan pertama berkata, “Bos, Tak
ada gunanya kita membuka cabang baru di Papua. Sepatu produksi kita tidak akan
laku di daerah pedalaman sana. Karena masyarakat di sana tidak pernah memakai
sepatu.”
Kemudian di tempat terpisah
utusan kedua menyampaikan laporannya, “Bos, saya yakin prospek penjualan sepatu
di Papua akan bagus dan sesuai dengan harapan kita. Karena disana mereka tidak
memakai sepatu. Jika kita menjual sepatu disana, pasti orang-orang akan
membelinya.”
Supaya lebih mengena, mari kita
simak satu kisah lagi tentang sikap optimisme.
Ada seorang nenek yang selalu
menangis di setiap musim. Jika cahaya matahari bersinar terang dia menangis,
dan jika hujan turun dia menangis. Tak ada hari tanpa menangis. Maka
orang-orang merasa heran dan bertanya. “Ada apa nek?”
Maka nenek itu menjawab, “Putra
sulungku berdagang es dan si bungsu berjualan payung dan jas hujan. Jika cuaca
cerah berarti dagangan si bungsu tidak laku. Jika hujan, berarti dagangan si
sulung tidak laku. Maka setiap hari saya diliputi kesedihan dan kerisauan.”
Maka orang-orang pun menasihati,
“Kamu salah nek, harusnya nenek berbahagia setiap hari. Bila cuaca cerah,
dagangan es si sulung laku, dan sebaliknya jika hujan turun dagangan si bungsu
laku juga. Ini baru benar. Tak ada alasan untuk sedih. Lihat yang positif,
jangan lihat yang negative.”
Demikianlah, sejak saat itu si
nenek selalu bahagia.
Masih ada satu kisah lagi tentang
optimisme
Dikisahkan ada dua orang sahabat
yang tersesat di padang pasir. Tak lama kemudian mereka menemukan satu pohon
yang tumbuh di tengah-tengah gurun. Mereka pun berteduh di bawahnya.
Orang pertama berkata, “Sungguh
tidak bermanfaat pohon ini. Dia tidak berbuah sehingga kita bisa makan dari
buahnya.”
Orang kedua membalas, “Bagaimana
kamu ini, kamu sekarang sedang berteduh di bawah bayangan pohon ini dan kamu mencacinya.”
Dari tiga kisah ilustrasi di atas
kita bisa mengambil beberapa pelajaran berharga
Pelajaran pertama, keadaan
mungkin sama, tapi cara pandang kita bisa saja berbeda. Ada dua cara pandang
dalam menyikapi ujian dan masalah. Cara pandang
yang positif dan cara pandang yang negatif. Dan pilihan ada di tangan
kita. Tapi hendaknya kita selalu berpikir positif karena dengan berpikir
negatif tidak akan pernah mengubah keadaan. Yang ada akan membuat kita
menderita.
Pelajaran yang kedua, para
optimis dan pesimis hanya permainan perasaan belaka. Sama halnya ketika
seseorang disuguhi air yang hanya setengah gelas. Maka si pesimis akan berkata,
‘hanya tinggal setengah gelas, kenapa nggak dikasih penuh sekaligus.’ Tapi si
optimis akan berkata, ‘Tak apa-apa, masih tersisa setengah gelas untuk diminum.
Begitu juga ketika melihat donat, jangan melihat bolongnya, tapi lihat donat
yang mengelilingi lubangnya.
Hidup di dunia ini tidak akan
pernah lepas dari namanya ujian dan berbagai halang rintang yang menghadang.
Alur kehidupan tidak selamanya lurus, akan tetapi terkadang ada belokan yang
harus kita lalui. Tidak selamanya jalan kehidupan menurun, akan ada jalan
terjal dan tanjakan yang membuat kita lelah dan butuh waktu rehat sejenak.
Oleh karena hal inilah kita perlu
optimis dalam menghadapi episode kehidupan. Karena jika rasa optimisme ini
hilang, maka kita akan selalu diliputi kesedihan dan rasa putus asa ketika
ujian selalu datang.
Semoga kita selalu menjadi
pribadi yang optimis dalam menghadapi segala rintangan Musibah dan ujian
Sumber gambar: Pixabay
No comments:
Post a Comment