7 Sept 2018

Selalu Optimis



Alkisah, sebuah perusahaan pembuat sepatu berniat melebarkan sayap perusahaan mereka hingga ke daerah pedalaman Papua. Untuk membuat segalanya lebih jelas, maka perusahaan mengutus dua orang ke papua dalam rangka studi kelayakan dan mengukur tentang prospek para konsumen.

Dua bulan kemudian, dua utusan perusahaan itu pulang dengan membawa laporannya masing-masing. Meski tempat studi kelayakan mereka sama, tetapi laporan mereka cenderung berbeda.

Utusan pertama berkata, “Bos, Tak ada gunanya kita membuka cabang baru di Papua. Sepatu produksi kita tidak akan laku di daerah pedalaman sana. Karena masyarakat di sana tidak pernah memakai sepatu.”

Kemudian di tempat terpisah utusan kedua menyampaikan laporannya, “Bos, saya yakin prospek penjualan sepatu di Papua akan bagus dan sesuai dengan harapan kita. Karena disana mereka tidak memakai sepatu. Jika kita menjual sepatu disana, pasti orang-orang akan membelinya.”

Supaya lebih mengena, mari kita simak satu kisah lagi tentang sikap optimisme.

Ada seorang nenek yang selalu menangis di setiap musim. Jika cahaya matahari bersinar terang dia menangis, dan jika hujan turun dia menangis. Tak ada hari tanpa menangis. Maka orang-orang merasa heran dan bertanya. “Ada apa nek?”

Maka nenek itu menjawab, “Putra sulungku berdagang es dan si bungsu berjualan payung dan jas hujan. Jika cuaca cerah berarti dagangan si bungsu tidak laku. Jika hujan, berarti dagangan si sulung tidak laku. Maka setiap hari saya diliputi kesedihan dan kerisauan.”

Maka orang-orang pun menasihati, “Kamu salah nek, harusnya nenek berbahagia setiap hari. Bila cuaca cerah, dagangan es si sulung laku, dan sebaliknya jika hujan turun dagangan si bungsu laku juga. Ini baru benar. Tak ada alasan untuk sedih. Lihat yang positif, jangan lihat yang negative.”
Demikianlah, sejak saat itu si nenek selalu bahagia.

Masih ada satu kisah lagi tentang optimisme

Dikisahkan ada dua orang sahabat yang tersesat di padang pasir. Tak lama kemudian mereka menemukan satu pohon yang tumbuh di tengah-tengah gurun. Mereka pun berteduh di bawahnya.
Orang pertama berkata, “Sungguh tidak bermanfaat pohon ini. Dia tidak berbuah sehingga kita bisa makan dari buahnya.”

Orang kedua membalas, “Bagaimana kamu ini, kamu sekarang sedang berteduh di bawah bayangan pohon ini dan kamu mencacinya.”

Dari tiga kisah ilustrasi di atas kita bisa mengambil beberapa pelajaran berharga

Pelajaran pertama, keadaan mungkin sama, tapi cara pandang kita bisa saja berbeda. Ada dua cara pandang dalam menyikapi ujian dan masalah. Cara pandang  yang positif dan cara pandang yang negatif. Dan pilihan ada di tangan kita. Tapi hendaknya kita selalu berpikir positif karena dengan berpikir negatif tidak akan pernah mengubah keadaan. Yang ada akan membuat kita menderita.

Pelajaran yang kedua, para optimis dan pesimis hanya permainan perasaan belaka. Sama halnya ketika seseorang disuguhi air yang hanya setengah gelas. Maka si pesimis akan berkata, ‘hanya tinggal setengah gelas, kenapa nggak dikasih penuh sekaligus.’ Tapi si optimis akan berkata, ‘Tak apa-apa, masih tersisa setengah gelas untuk diminum. Begitu juga ketika melihat donat, jangan melihat bolongnya, tapi lihat donat yang mengelilingi lubangnya.

Hidup di dunia ini tidak akan pernah lepas dari namanya ujian dan berbagai halang rintang yang menghadang. Alur kehidupan tidak selamanya lurus, akan tetapi terkadang ada belokan yang harus kita lalui. Tidak selamanya jalan kehidupan menurun, akan ada jalan terjal dan tanjakan yang membuat kita lelah dan butuh waktu rehat sejenak.

Oleh karena hal inilah kita perlu optimis dalam menghadapi episode kehidupan. Karena jika rasa optimisme ini hilang, maka kita akan selalu diliputi kesedihan dan rasa putus asa ketika ujian selalu datang.

Semoga kita selalu menjadi pribadi yang optimis dalam menghadapi segala rintangan Musibah dan ujian

Sumber gambar: Pixabay
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment