9 Sept 2018

Filosofi Oksigen dan Kebahagiaan



 Ketersediaan oksigen di bumi ini sangatlah berlimpah dan selalu tersedia dengan gratis. Oleh karena itu, inilah alasannya kenapa kita jarang menyadari nikmat yang begitu besar ini. Ini karena sejak kita lahir ke dunia hingga detik ini kita tidak pernah terpikir untuk membeli oksigen. Terkadang, nikmat yang sudah kadung melekat dalam hidup kita tak pernah kita sadari dan jarang kita syukuri.

Cobalah kita renungkan bersama, betapa kita merasa sangat bersyukur dan terus menerus memuji Allah subhanahu wata'ala ketika kita mendapatkan THR yang datang setahun sekali. Tapi kita jarang atau bahkan tidak pernah bersyukur terhadap karunia oksigen yang kita hirup setiap hari.

Jika mau tahu harga oksigen, tanyalah pada pasien yang harus membeli oksigen untuk membantu pernapasan mereka di rumah sakit. Mereka harus membayar mahal untuk satu tabung oksigen.

Syukurilah karunia yang seringkali kita lupakan. Syukurilah karunia yang setiap hari kita nikmati tanpa kita sadari. Kesehatan, tubuh yang kuat dan bugar, keluarga yang utuh dan keamanan. Semua adalah kenikmatan harian yang sering kita abaikan.

Jika seseorang mengalami kesulitan menghirup oksigen, pasti bukan karena oksigennya yang sudah langka, melainkan karena telah terjadinya gangguan di dalam sistem pernapasannya.

Demikian pula jika kita kesulitan untuk merasakan bahagia, pasti bukan karena persediaan kebahagiaan sudah langka, tetapi karena telah terjadinya gangguan di dalam pribadi atau rohani kita.
Langkah Pertama untuk menikmati kebahagiaan adalah belajar untuk qonaah. Belajar untuk rela dan merasa cukup dengan apa yang telah Allah anugerahkan setelah kita mengerahkan segenap ikhtiar. Langkah kedua untuk menikmati kebahagiaan adalah berhenti membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain.

Syukuri yang telah kita miliki, bukan malah membandingkan dengan apa yang tidak kita miliki, agar kebahagiaan selalu mengisi kehidupan kita.

Alih-alih mengeluh tidak punya sepatu baru, lihatlah orang yang jangankan memikirkan sepatu, kaki pun dia tidak punya. Alih-alih mengeluh karena tidak juga dikaruniai momongan setelah bertahun-tahun menikah, lihatlah orang yang bertahun-tahun mencari pasangan hidup dan hingga sekarang belum dikaruniai pendamping hidup. Alih-alih mengeluh tentang anak-anak yang bandel dan sulit diatur, lihatlah mereka yang bertahun-tahun berharap memiliki anak. Alih-alih mengeluh karena mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai harapan, lihatlah mereka yang masih menganggur dan menginginkan pekerjaan. Bisa jadi mereka mengharapkan posisi yang selama ini kamu miliki.

Intinya lihatlah orang yang berada di bawah kita, jangan lihat orang yang berada di atas kita. Inilah yang diwasiatkan Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam tercinta di dalam sabdanya yang masyhur.
Pandanglah orang yang berada di bawahmu dalam masalah harta dan dunia dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu dalam masalah ini. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.”

Hadits riwayat Bukhori dan Muslim

Sebagaimana pepatah melayu mengatakan, rumput tetangga lebih hijau maka begitulah keadaannya ketika kita selalu melihat orang lain. Di mata kita orang lain begitu bahagia dan beruntung. Padahal, boleh jadi kita iri dengan kehidupan mereka, mereka pun iri dengan kehidupan kita. Kita tidak tahu masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan mereka, pun mereka tidak tahu masalah yang ada dalam hidup kita. Mereka pun hanya melihat hal-hal yang indah dalam hidup kita.

Bukan kejadian yang membuat kita bahagia, tapi sikap kita terhadap kejadian itu yang menentukan bahagianya kita.

Terkadang kita berpikir kita akan bahagia ketika kita bisa memiliki, bisa mengambil dan bisa dilayani oleh orang lain. Padahal justru kebahagiaan itu muncul ketika kita bisa memberi dan melayani orang lain.

Akhir kata, Semoga kita senantiasa bersyukur sehingga kita selalu berbahagia.

Wallahu a’lam
Wassalamu alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment