Ketersediaan oksigen di bumi ini
sangatlah berlimpah dan selalu tersedia dengan gratis. Oleh karena itu, inilah
alasannya kenapa kita jarang menyadari nikmat yang begitu besar ini. Ini karena
sejak kita lahir ke dunia hingga detik ini kita tidak pernah terpikir untuk
membeli oksigen. Terkadang, nikmat yang sudah kadung melekat dalam hidup kita
tak pernah kita sadari dan jarang kita syukuri.
Cobalah kita renungkan bersama,
betapa kita merasa sangat bersyukur dan terus menerus memuji Allah subhanahu
wata'ala ketika kita mendapatkan THR yang datang setahun sekali. Tapi kita
jarang atau bahkan tidak pernah bersyukur terhadap karunia oksigen yang kita
hirup setiap hari.
Jika mau tahu harga oksigen,
tanyalah pada pasien yang harus membeli oksigen untuk membantu pernapasan
mereka di rumah sakit. Mereka harus membayar mahal untuk satu tabung oksigen.
Syukurilah karunia yang
seringkali kita lupakan. Syukurilah karunia yang setiap hari kita nikmati tanpa
kita sadari. Kesehatan, tubuh yang kuat dan bugar, keluarga yang utuh dan
keamanan. Semua adalah kenikmatan harian yang sering kita abaikan.
Jika seseorang mengalami kesulitan
menghirup oksigen, pasti bukan karena oksigennya yang sudah langka, melainkan
karena telah terjadinya gangguan di dalam sistem pernapasannya.
Demikian pula jika kita kesulitan
untuk merasakan bahagia, pasti bukan karena persediaan kebahagiaan sudah
langka, tetapi karena telah terjadinya gangguan di dalam pribadi atau rohani
kita.
Langkah Pertama untuk menikmati kebahagiaan
adalah belajar untuk qonaah. Belajar untuk rela dan merasa cukup dengan apa
yang telah Allah anugerahkan setelah kita mengerahkan segenap ikhtiar. Langkah
kedua untuk menikmati kebahagiaan adalah berhenti membanding-bandingkan diri
sendiri dengan orang lain.
Syukuri yang telah kita miliki,
bukan malah membandingkan dengan apa yang tidak kita miliki, agar kebahagiaan
selalu mengisi kehidupan kita.
Alih-alih mengeluh tidak punya
sepatu baru, lihatlah orang yang jangankan memikirkan sepatu, kaki pun dia
tidak punya. Alih-alih mengeluh karena tidak juga dikaruniai momongan setelah
bertahun-tahun menikah, lihatlah orang yang bertahun-tahun mencari pasangan hidup
dan hingga sekarang belum dikaruniai pendamping hidup. Alih-alih mengeluh
tentang anak-anak yang bandel dan sulit diatur, lihatlah mereka yang
bertahun-tahun berharap memiliki anak. Alih-alih mengeluh karena mendapatkan
pekerjaan yang tidak sesuai harapan, lihatlah mereka yang masih menganggur dan
menginginkan pekerjaan. Bisa jadi mereka mengharapkan posisi yang selama ini
kamu miliki.
Intinya lihatlah orang yang
berada di bawah kita, jangan lihat orang yang berada di atas kita. Inilah yang
diwasiatkan Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam tercinta di dalam sabdanya
yang masyhur.
Pandanglah orang yang berada di
bawahmu dalam masalah harta dan dunia dan janganlah engkau pandang orang yang
berada di atasmu dalam masalah ini. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu
tidak meremehkan nikmat Allah padamu.”
Hadits riwayat Bukhori dan Muslim
Sebagaimana pepatah melayu
mengatakan, rumput tetangga lebih hijau maka begitulah keadaannya ketika kita
selalu melihat orang lain. Di mata kita orang lain begitu bahagia dan
beruntung. Padahal, boleh jadi kita iri dengan kehidupan mereka, mereka pun iri
dengan kehidupan kita. Kita tidak tahu masalah yang mereka hadapi dalam
kehidupan mereka, pun mereka tidak tahu masalah yang ada dalam hidup kita.
Mereka pun hanya melihat hal-hal yang indah dalam hidup kita.
Bukan kejadian yang membuat kita
bahagia, tapi sikap kita terhadap kejadian itu yang menentukan bahagianya kita.
Terkadang kita berpikir kita akan
bahagia ketika kita bisa memiliki, bisa mengambil dan bisa dilayani oleh orang
lain. Padahal justru kebahagiaan itu muncul ketika kita bisa memberi dan
melayani orang lain.
Akhir kata, Semoga kita
senantiasa bersyukur sehingga kita selalu berbahagia.
Wallahu a’lam
Wassalamu alaikum warohmatullahi
wabarokatuh
No comments:
Post a Comment