Setiap diri kita memiliki kesempatan yang sama untuk bisa
sukses. Tentunya sukses disini sukses menjadi pribadi yang bertakwa dan
bernilai disisi Allah. Meski sukses di dunia pun bukan menjadi hal yang
tercela, karena memang kita sedang menjalani kehidupan di dunia.
Kenapa ada orang yang celaka sehingga berakhir di neraka dan
kenapa ada orang yang masuk ke surga? Karena mereka berbeda menjalani kehidupan
mereka.
Marilah kita membuat sebuah perumpamaan
.
Dikisahkan ada sebuah pabrik yang memproduksi botol. Kemudian
setelah itu botol-botol itu didistribusikan ke tiga perusahaan yang berbeda.
botol pertama didistribusikan ke perusahaan air mineral. Kemudian botol
selanjutnya didistribuskan ke perusahaan pengolah madu murni dan yang terakhir
didistribuskan ke perusahaan minyak wangi.
Ketika botol-botol itu sampai ke tiga perusahaan tersebut,
maka ketiga botol tersebut diisi sesuai dengan fungsinya. Botol pertama
digunakan untuk menampung air, botol di perusahaan kedua digunakan untuk madu
dan yang terakhir digunakan untuk menampung minyak wangi. Setelah itu
botol-botol itu dijual ke pasaran.
Botol air mineral dibanderol dengan harga 10 ribu rupiah, sementara
botol madu murni dibanderol seharga 100 ribu, dan botol minyak wangi mewah
dibanderol seharga 200 ribu rupiah.
Cobalah kita renungkan. Ketiga botol itu diproduksi di pabrik
yang sama tapi setelah itu harganya berbeda. nah, botol-botol itu berbeda harga
tergantung pada isi dan merknya.
Begitu juga dengan kita, berharga atau tidak berharganya diri
kita tergantung dari branded atau merk yang kita miliki. Lalu apa merk yang
bisa menjadikan manusia itu berharga dan memiliki nilai lebih dibanding yang
lainnya? Merk itu adalah akhlak yang baik, keimanan dan ketakwaan serta
pengetahuan.
Sekarang pilihan ada di tangan kita. Apakah kita akan menjadi
seperti botol minuman air mineral, atau mencukupkan diri seperti botol madu
atau ingin menjadi sebotol minyak wangi yang mahal?
Mari kita mengambil satu analogi atau perumpamaan yang lain.
Tentunya di setiap rumah kita ada teko. Hati di diumpamakan
seperti teko. Mulut teko hanya mengeluarkan apa yang kita isi ke dalamnya. Jika
kita isi teko itu dengan madu, maka yang keluar madu. Begitu juga dengan kopi,
teh, susu. Dan ketika kita mengisi teko dengan –maaf-air comberan, maka teko
itu hanya mengeluarkan air comberan.
Begitu juga hati kita. Ketika hati kita kotor dan negatif,
maka yang keluar dari mulut kita kata-kata kotor. Begitu juga sebaliknya, jika
hati kita bersih dan rendah hati, maka yang keluar dari mulut kita adalah
kata-kata yang baik dan sopan. Kata-kata yang lembut dan menentramkan. Oleh
karena itu, kata-kata yang diucapkan oleh lidah kita adalah cerminan dari
kondisi hati kita. Sebagaimana mulut teko yang hanya mengeluarkan apa yang ada
di dalamnya.
Akhir kata, mari kita perbaiki diri kita dan muhasabah
sudahkah kita memberi merk diri kita? Sudahkah kita memberi harga yang pantas
bagi diri kita? Sudahkah kita mengisi hati kita dengan hal-hal yang positif
sehingga kita bisa mengontrol lidah dan pikiran kita?
Semoga bermanfaat
No comments:
Post a Comment