28 Sept 2018

Filosofi Botol


Setiap diri kita memiliki kesempatan yang sama untuk bisa sukses. Tentunya sukses disini sukses menjadi pribadi yang bertakwa dan bernilai disisi Allah. Meski sukses di dunia pun bukan menjadi hal yang tercela, karena memang kita sedang menjalani kehidupan di dunia.

Kenapa ada orang yang celaka sehingga berakhir di neraka dan kenapa ada orang yang masuk ke surga? Karena mereka berbeda menjalani kehidupan mereka.

Marilah kita membuat sebuah perumpamaan
.
Dikisahkan ada sebuah pabrik yang memproduksi botol. Kemudian setelah itu botol-botol itu didistribusikan ke tiga perusahaan yang berbeda. botol pertama didistribusikan ke perusahaan air mineral. Kemudian botol selanjutnya didistribuskan ke perusahaan pengolah madu murni dan yang terakhir didistribuskan ke perusahaan minyak wangi.

Ketika botol-botol itu sampai ke tiga perusahaan tersebut, maka ketiga botol tersebut diisi sesuai dengan fungsinya. Botol pertama digunakan untuk menampung air, botol di perusahaan kedua digunakan untuk madu dan yang terakhir digunakan untuk menampung minyak wangi. Setelah itu botol-botol itu dijual ke pasaran.

Botol air mineral dibanderol dengan harga 10 ribu rupiah, sementara botol madu murni dibanderol seharga 100 ribu, dan botol minyak wangi mewah dibanderol seharga 200 ribu rupiah.

Cobalah kita renungkan. Ketiga botol itu diproduksi di pabrik yang sama tapi setelah itu harganya berbeda. nah, botol-botol itu berbeda harga tergantung pada isi dan merknya.

Begitu juga dengan kita, berharga atau tidak berharganya diri kita tergantung dari branded atau merk yang kita miliki. Lalu apa merk yang bisa menjadikan manusia itu berharga dan memiliki nilai lebih dibanding yang lainnya? Merk itu adalah akhlak yang baik, keimanan dan ketakwaan serta pengetahuan.

Sekarang pilihan ada di tangan kita. Apakah kita akan menjadi seperti botol minuman air mineral, atau mencukupkan diri seperti botol madu atau ingin menjadi sebotol minyak wangi yang mahal?
Mari kita mengambil satu analogi atau perumpamaan yang lain.

Tentunya di setiap rumah kita ada teko. Hati di diumpamakan seperti teko. Mulut teko hanya mengeluarkan apa yang kita isi ke dalamnya. Jika kita isi teko itu dengan madu, maka yang keluar madu. Begitu juga dengan kopi, teh, susu. Dan ketika kita mengisi teko dengan –maaf-air comberan, maka teko itu hanya mengeluarkan air comberan.

Begitu juga hati kita. Ketika hati kita kotor dan negatif, maka yang keluar dari mulut kita kata-kata kotor. Begitu juga sebaliknya, jika hati kita bersih dan rendah hati, maka yang keluar dari mulut kita adalah kata-kata yang baik dan sopan. Kata-kata yang lembut dan menentramkan. Oleh karena itu, kata-kata yang diucapkan oleh lidah kita adalah cerminan dari kondisi hati kita. Sebagaimana mulut teko yang hanya mengeluarkan apa yang ada di dalamnya.

Akhir kata, mari kita perbaiki diri kita dan muhasabah sudahkah kita memberi merk diri kita? Sudahkah kita memberi harga yang pantas bagi diri kita? Sudahkah kita mengisi hati kita dengan hal-hal yang positif sehingga kita bisa mengontrol lidah dan pikiran kita?
Semoga bermanfaat

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment