Para peneliti
telah melakukan sebuah eksperimen dengan beberapa ekor monyet. Mereka ingin
melihat bagaimana aturan serta adat istiadat
yang telah mengakar di masyarakat membentuk masyarakat tanpa adanya
kompromi.
Mereka menaruh
delapan monyet di sebuah ruangan. Kemudian di tengah ruangan mereka menyimpan
tangga yang mengarah kepada setandan pisang yang tergantung di langit-langit
ruangan.
Setiap kali monyet-monyet mencoba menaiki tangga, semua monyet disemprot dengan air
es, yang membuat mereka menderita. Peneliti terus menerus menyemprotkan air es
setiap kali ada seekor monyet yang mencoba mengambil pisang melalui tangga.
Pada akhirnya,
setiap kali ada monyet yang mencoba menaiki tangga, sebagian teman-temannya
memukulinya karena tidak mau disemprot oleh air es. Di dalam otak monyet
tersebut telah terkonsep bahwa jika mencoba mengambil pisang, maka akan
mendapatkan semprotan air yang sangat dingin.
Kemudian para
peneliti memasukan monyet baru ke dalam ruangan dan melepaskan satu monyet yang
lama. Melihat pisang di atas tangga, monyet baru tersebut langsung memanjatnya.
Mungkin juga monyet itu merasa heran karena tidak ada satu pun monyet yang mau
menyentuh pisang itu. Tapi sebelum monyet yang baru dimasukan itu memanjat
tangga, monyet-monyet yang lainnya sudah memukulinya dan menjauhkannya dari
tangga.
Setelah beberapa
lama, monyet yang baru kembali dimasukan ke dalam kandang dan monyet yang lama
dilepaskan. Monyet yang baru ini menaiki tangga, dan monyet yang lama, termasuk
monyet yang pertama, memukuli monyet yang kedua, tanpa pernah tahu sebab kenapa
dia harus memukul monyet itu ketika tertarik dengan pisang.
Begitu seterusnya
sehingga setiap kali monyet baru dimasukan, dan semua monyet yang tahu penyebab
kenapa mereka tidak mau mengambil pisang
dikeluarkan. Anehnya, semua monyet baru yang telah lama ‘ditraining’ oleh
monyet-monyet lama akan memukuli monyet baru yang berusaha mengambil pisang. Mereka
tidak tahu kenapa pisang itu tidak boleh diambil. Yang jelas, mereka
melanjutkan ‘tradisi’ monyet-monyet lama yang selalu memukul mereka.
Begitulah adat
istiadat selalu diikuti. Oleh karena itulah, tak heran jika adat isiadat sangat
sulit diubah.
No comments:
Post a Comment