Pernah ada
seorang pemuda yang temperamental. Dia selalu marah dan tak pernah sabar jika
menemukan sesuatu hal yang tidak membuatnya senang.
Ayahnya
memutuskan untuk memberinya pelajaran yang berharga. Suatu hari dia memberikan
anaknya sekantong paku sembari berkata, “Nak, ketika kamu marah, ambil satu
paku dan tancapkan ke dinding belakang rumah. Kamu akan merasa lebih baik
setelah menancapkan paku itu.”
Maka, setiap kali
marah pemuda itu akan menancapkan paku di dinding. Benar apa yang dikatakan
ayahnya, setiap kali dia memukul paku itu dengan palu, seakan amarahnya
tersalurkan.
Hingga beberapa bulan
kemudian, sekantong paku itu habis dan tertancap semua di dinding belakang
rumah.
Setelah sang ayah
mengetahui bahwa paku itu habis, dia mendatangi anaknya sembari berkata, “Sekarang,
tarik paku itu dari dinding.”
Sehari kemudian, anak laki-laki itu mendatangi ayahnya dan
mengatakan kepadanya bahwa masing-masing paku telah dikeluarkan dari dinding.
“Nah, sekarang
dengarkan apa yang ayah akan katakan. Ketika kau melampiaskan amarahmu kepada
orang-orang disekitarmu, maka kau telah menusuk hati orang tersebut. Sama
seperti paku yang menusuk dinding.”
“Mungkin disuatu
hari kamu insaf dan meminta maaf kepada orang-orang yang pernah kamu sakiti
akibat kemarahanmu, tapi bekas dari lubang itu akan terus ada. Luka itu akan
selalu ada, mungkin bisa sembuh tapi membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena
itu, hendaklah kamu menjadi orang yang baik, penyayang dan tidak mudah
melampiaskan marah.”
No comments:
Post a Comment