Khairun nas anfa’uhum linnas. Sebaik-baik manusia adalah yang
bermanfaat bagi manusia yang lainnya. Kita tentunya sudah tidak asing dengan
hadits yang satu ini. Dan hadits ini sering dijadikan sebagai slogan motivasi
dan motto hidup bagi kebanyakan orang.
Termasuk aku salah satunya.
Tapi bagaimana pun juga, aku belum merasakan hakikat yang
sebenarnya dari hadits tersebut sampai benar-benar saya merasakannya ketika
bergabung dengan sebuah LSM Non Provit bernama Cinta Remaja Bangsa.
Baiklah, sebelumnya saya akan sekilas bercerita tentang Cinta
Remaja Bangsa. Cinta Remaja Bangsa adalah sebuah LSM yang didirikan sebagai
bentuk kepedulian terhadap remaja-remaja kita. Sebagaimana kita tahu bahwa
dunia remaja adalah dunia yang penuh dengan nuansa dan tentunya sarat dengan
berbagai macam problem. Remaja adalah pribadi yang rentan yang berada dalam
masa transisi antara anak-anak dan dewasa yang membutuhkan bimbingan dan
tuntunan. Specially tuntunan spiritual berbasis Quran dan Sunnah.
Cinta Remaja Bangsa hadir dengan menjadi yang terdepan dalam
mengajak remaja indonesia untuk berkarya, aktif dan kreatif. Membimbing mereka
dengan bingkai ajaran islam yang syumul
Latar belakang saya bergabung dengan Cinta Remaja Bangsa dalah
murni karena ada ‘kepentingan’ di baliknya. Saya mendaftar kepada sebuah
lembaga beasiswa pendidikan untuk melanjutkan S1. Tapi rupaya beasiswa yang
diberikan memiliki syarat-syarat yang harus kita penuhi. Salah satunya kita
harus menjadi relawan dakwah yang siap diterjunkan ke lapangan. Saya pikir, ini
bukan masalah bagi saya. Apa salahnya mencoba.
Maka, mulailah saya mengawali hari-hari saya menjadi seorang
aktifis yang berbaur dengan para remaja.
Saya bersama ratusan teman-teman saya dipecah menjadi beberapa
kelompok dan diterjunkan ke berbagai daerah untuk menjadi relawan Cinta Remaja
Bangsa. Mendirikan kantor-kantor Cabang dengan pusat di Bogor.
Tugas pertama saya sebagai relawan cinta Remaja Bangsa adalah di
daearah Depok. Saat itu bersama empat orang teman saya, memulai kegiatan kami
yang perdana. Kami memiliki beberapa agenda kegiatan yang harus kami eksekusi
di setiap minggunya dan melaporkan kegiatan kami ke kantor pusat.
Diantara agenda kegiatan kami adalah melaksanakan acara bedah buku
untuk para remaja, kajian islam remaja atau KIR, menyebarkan kartu dakwah
(sejeinis bulletin dengan ukuran mini) kepada ribuan pelajar, membuat majalah
elektronik dan membagikannya secara Cuma-Cuma kepada member cinta remaja
bangsa.
Dengan bermodal sepeda ontel kami mendatangi sekolah demi sekolah
menengah untuk menyebarkan brosur berisi informasi tentang kegiatan kami kepada
para siswa. Biasanya kami akan mendatangi kepala sekolahnya, atau Bagian
Kesiswaan, atau ketua OSISnya untuk memperkenalkan kegiatan-kegiatan kami.
Dan dari semua upaya yang kami lakukan, banyak cerita yang sangat
sayang untuk tidak diceritakan kepada kalian.
Cerita pertama adalah ketika kami harus dicurigai oleh mereka yang
merasa ragu dengan visi dan misi kami.
“Ini nggak ada hubungannya dengan organisasi terlarang atau
ideologi terlarang semacam ISIS itu?” tanya seorang kepala sekolah dengan
tatapan penuh tanya.
Kami hanya tersenyum mendengar kekhawatirannya. “Tidak pak, kami
LSM yang memiliki kepedulian terhadap remaja yang mencoba untuk bisa memberi nuansa
baru untuk para remaja.” Terang salah satu temanku. Kemudian kata demi kata
kami rangkai lagi untuk meyakinkan sang kepala sekolah.
Cukup beralasan memang ketika kepala sekolah itu mencurigai kami.
Mungkin ada beberapa sebab yang menjadi persoalan mereka.
Yang pertama, jenggot kami yang tidak dipangkas menjadi identitas
kami yang begitu kentara plus celana cingkrang yang kami kenakan. Jika mereka
tidak menyebut kami kader ‘wahabi’ maka besar kemungkinan mereka memandang kami
sebagai ‘kader’ teroris’.
Tapi bagi kami itu bukan soal yang serius, kami tidak perlu
mencukur jenggot kami atau megganti celana cingkrang kami demi pengakuann dan
demi menghilangkan syak wasangka dari mereka kepada kami. Karena kami memiliki
prinsip yang jelas. Dann kami hanya perlu menjelaskannya kepada mereka.
Kedua, lembaga kami mengadakan berbagai macam kegiatan dan mencetak
ribuan buletin dan kartu dakwah. Maka timbul pertanyaan dari mereka, “Dari mana
kami mendapatkan biaya, yang tentunya biasaya yang digunakan tidaklah sedikit.”
Pertanyaan ini tentu saja berangkat dari kecurigaan mereka yang
berlebih. Maka kami katakan bahwa semua biaya operasional kami dapatkan dari
para donatur yang loyal.
Dan bagi saya, semua kecurigaan itu bukan masalah yang menghambat
kami untuk bergerak. Penolakan dan pengakuan itu adalah sunnatullah yang akan
selalu ada. Ada sekolah yang begitu antusias dengan semua kegiatan yang kami
tawarkan. Bahkan mewajibkan para siswanya untuk mengikuti kegiatan kami, di
lain waktu mengundang kami untuk mengisi kajian dan pembinaan di sekolah. Ada
juga sekolah yang menolak, baik menolak secara halus atau menolak dengan cara
frontal. Yang jelas, kami sudah ‘terlatih’ untuk menghadapi berbagai macam
kemungkinan.
Salah satu kegiatan andalan kami adalah Kajian Islam Remaja atau
KIR yang kami laksanakan setiap hari Ahad di masjid yang strategis. Dan
lagi-lagi tantangan baru harus kami hadapi. Tidak semua masjid di daerah depok
‘welcome’ terhadap kegiatan kami. Kecurigaan dengan jenggot atau celana
cingkrang kami mungkin boleh dianggap sebagai lagu lama yang terus diputar
ulang.
Tapi tak sedikit masjid yang menerima. Alhamdulillah ala kulli hal.
Yang jelas, kami merasa tak akan pernah sia-sia dengan segala upaya kami.
Beberapa hari sebelum kegiatan dimulai, kami biasanya menyebarkan poster kegiatan kami di
mading-mading masjid daerah sekitar dan sekolah-sekolah. Alhamdulillah, banyak
para remaja yang antusias dan bisa hadir di acara kajian kami.
Karena melihat antusiasme yang bagus dari para remaja, kami
memiliki ide untuk mengikat loyalitas para remaja terhadap kegiatan kami.
Selain menyarankan mereka untuk memberikan informasi kegiatan kami ke
teman-teman mereka, kami juga melakukan cara lain untuk ‘mengikat’ mereka.
Salahsatunya adalah dengan memberikan
e-magazine secara rutin lewat grup WA kepada mereka, selain dengan memberikan
mereka hadiah-hadiah berupa buku bacaan selepas kajian selesai. Biasanya kami
akan mengajukan beberapa pertanyaan dengan hadiah beberapa eksemplar buku remaja yang telah
kami sediakan untuk para siswa yang menjawab dengan tepat. Atau mereka yang berani mengutarakan opini mereka
berkaitan dengan tema yang kita bicarakan.
Darimana kami mendapatkan buku-buku hadiah tersebut? Tentu saja
dari kocek kami sendiri. Saya dan teman-teman saya menyisihkan uang saku kami
untuk membeli buku yang cocok untuk para remaja. Kami tidak membeli buku-buku
tersebut dari toko-toko buku bonafide mengingat biaya yang terbatas. Kami
menyiasati anggaran yang tidak seberapa tersebut dengan bergerilya dari satu
lapak buku ke lapak buku yang lain di pinggiran jalan daerah Margonda. Yup,
kami begitu akrab dengan lapak-lapak buku loang. Buktinya kami bisa menemukan
banyak buku dengan kualitas bagus tapi dengan harga yang miring. Yang penting,
kami bisa memberikan sesuatu yang berharga untuk adik-adik remaja kami.
Setiap dua bulan sekali, secara rutin kami akan kembali ke Bogor
untuk mengadakan rapat rutin bersama Cinta Remaja Bangsa Pusat. Ratusan relawan
Cinta Remaja Bangsa akan berkumpul bersama. Disinilah moment yang begitu berkesan
bagi kami, karena kami bisa mendapatkan berbagai macam cerita menarik dan unik
dari teman-teman relawan dari daerah lainnya.
Diantara mereka ada yang hendak diusir dari kontrakan oleh
masyarakat hanya karena kecurigaan yang berlebihan. Tuduhan dan tudingan wahabi
menyebabkan teman-teman ini mengalami hal buruk tersebut. Tapi qodarullah,
pengusiran itu tidak jadi karena diantara mereka berinisiatif untuk mencoba
memahami kecurigaan masyarakat.
“Darimana bapak tahu kami ini ‘wahabi’? tanya salah seorang
diantara mereka.
“Dari Habaib.” Jawab seorang bapak dengan intonasi keras.
“Tolong pertemukan kami dengan Habaib. Diantara kami juga ada
santrinya habaib dari bogor.” Bantah teman saya itu.
Dan benar saja, hari berikutnya mereka menyambangi rumah habaib
yang dimaksud. Berbekal alamat yang mereka dapatkan dari warga. Habaib yang
dimaksud paham apa yang terjadi dan berjanji untuk berbicara kepada masyarakat.
Benar saja, besoknya warga komplek minta maaf kepada teman-teman CRB.
Dan tentunya masih banyak kisah-kisah menarik yang tak mungkin kami
ceritakan di sini. Yang jelas, kami relawan Cinta Remaja Bangsa merasa inilah
‘rumah dakwah’ kami sebagai ladang amal kami.
Ketua lembaga kami pernah mengatakan kepada kami bahwa setiap tetes
keringat yang kami kucurkan selama menyebarkan buletin, brosur dan kartu dakwah
kepada sekolah-sekolah akan menjadi saksi di akhirat kelak. Setiap debu dan
asap knalpot yang menempel di wajah-wajah kami akan memberatkan timbangan amal
kami. Ya Allah, istiqomahkanlah kami di jalan dakwah ini.
Bogor, 122917
No comments:
Post a Comment