30 Dec 2017

Relawan Remaja Bangsa

Khairun nas anfa’uhum linnas. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya. Kita tentunya sudah tidak asing dengan hadits yang satu ini. Dan hadits ini sering dijadikan sebagai slogan motivasi dan motto hidup bagi kebanyakan  orang. Termasuk aku salah satunya.

Tapi bagaimana pun juga, aku belum merasakan hakikat yang sebenarnya dari hadits tersebut sampai benar-benar saya merasakannya ketika bergabung dengan sebuah LSM Non Provit bernama Cinta Remaja Bangsa.

Baiklah, sebelumnya saya akan sekilas bercerita tentang Cinta Remaja Bangsa. Cinta Remaja Bangsa adalah sebuah LSM yang didirikan sebagai bentuk kepedulian terhadap remaja-remaja kita. Sebagaimana kita tahu bahwa dunia remaja adalah dunia yang penuh dengan nuansa dan tentunya sarat dengan berbagai macam problem. Remaja adalah pribadi yang rentan yang berada dalam masa transisi antara anak-anak dan dewasa yang membutuhkan bimbingan dan tuntunan. Specially tuntunan spiritual berbasis Quran dan Sunnah.

Cinta Remaja Bangsa hadir dengan menjadi yang terdepan dalam mengajak remaja indonesia untuk berkarya, aktif dan kreatif. Membimbing mereka dengan bingkai ajaran islam yang syumul

Latar belakang saya bergabung dengan Cinta Remaja Bangsa dalah murni karena ada ‘kepentingan’ di baliknya. Saya mendaftar kepada sebuah lembaga beasiswa pendidikan untuk melanjutkan S1. Tapi rupaya beasiswa yang diberikan memiliki syarat-syarat yang harus kita penuhi. Salah satunya kita harus menjadi relawan dakwah yang siap diterjunkan ke lapangan. Saya pikir, ini bukan masalah bagi saya. Apa salahnya mencoba.

Maka, mulailah saya mengawali hari-hari saya menjadi seorang aktifis yang berbaur dengan para remaja.

Saya bersama ratusan teman-teman saya dipecah menjadi beberapa kelompok dan diterjunkan ke berbagai daerah untuk menjadi relawan Cinta Remaja Bangsa. Mendirikan kantor-kantor Cabang dengan pusat di Bogor.

Tugas pertama saya sebagai relawan cinta Remaja Bangsa adalah di daearah Depok. Saat itu bersama empat orang teman saya, memulai kegiatan kami yang perdana. Kami memiliki beberapa agenda kegiatan yang harus kami eksekusi di setiap minggunya dan melaporkan kegiatan kami ke kantor pusat.

Diantara agenda kegiatan kami adalah melaksanakan acara bedah buku untuk para remaja, kajian islam remaja atau KIR, menyebarkan kartu dakwah (sejeinis bulletin dengan ukuran mini) kepada ribuan pelajar, membuat majalah elektronik dan membagikannya secara Cuma-Cuma kepada member cinta remaja bangsa.

Dengan bermodal sepeda ontel kami mendatangi sekolah demi sekolah menengah untuk menyebarkan brosur berisi informasi tentang kegiatan kami kepada para siswa. Biasanya kami akan mendatangi kepala sekolahnya, atau Bagian Kesiswaan, atau ketua OSISnya untuk memperkenalkan kegiatan-kegiatan kami.

Dan dari semua upaya yang kami lakukan, banyak cerita yang sangat sayang untuk tidak diceritakan kepada kalian.

Cerita pertama adalah ketika kami harus dicurigai oleh mereka yang merasa ragu dengan visi dan misi kami.

“Ini nggak ada hubungannya dengan organisasi terlarang atau ideologi terlarang semacam ISIS itu?” tanya seorang kepala sekolah dengan tatapan penuh tanya.

Kami hanya tersenyum mendengar kekhawatirannya. “Tidak pak, kami LSM yang memiliki kepedulian terhadap remaja yang mencoba untuk bisa memberi nuansa baru untuk para remaja.” Terang salah satu temanku. Kemudian kata demi kata kami rangkai lagi untuk meyakinkan sang kepala sekolah.

Cukup beralasan memang ketika kepala sekolah itu mencurigai kami. Mungkin ada beberapa sebab yang menjadi persoalan mereka.

Yang pertama, jenggot kami yang tidak dipangkas menjadi identitas kami yang begitu kentara plus celana cingkrang yang kami kenakan. Jika mereka tidak menyebut kami kader ‘wahabi’ maka besar kemungkinan mereka memandang kami sebagai ‘kader’ teroris’.

Tapi bagi kami itu bukan soal yang serius, kami tidak perlu mencukur jenggot kami atau megganti celana cingkrang kami demi pengakuann dan demi menghilangkan syak wasangka dari mereka kepada kami. Karena kami memiliki prinsip yang jelas. Dann kami hanya perlu menjelaskannya kepada mereka.

Kedua, lembaga kami mengadakan berbagai macam kegiatan dan mencetak ribuan buletin dan kartu dakwah. Maka timbul pertanyaan dari mereka, “Dari mana kami mendapatkan biaya, yang tentunya biasaya yang digunakan tidaklah sedikit.”

Pertanyaan ini tentu saja berangkat dari kecurigaan mereka yang berlebih. Maka kami katakan bahwa semua biaya operasional kami dapatkan dari para donatur yang loyal.

Dan bagi saya, semua kecurigaan itu bukan masalah yang menghambat kami untuk bergerak. Penolakan dan pengakuan itu adalah sunnatullah yang akan selalu ada. Ada sekolah yang begitu antusias dengan semua kegiatan yang kami tawarkan. Bahkan mewajibkan para siswanya untuk mengikuti kegiatan kami, di lain waktu mengundang kami untuk mengisi kajian dan pembinaan di sekolah. Ada juga sekolah yang menolak, baik menolak secara halus atau menolak dengan cara frontal. Yang jelas, kami sudah ‘terlatih’ untuk menghadapi berbagai macam kemungkinan.

Salah satu kegiatan andalan kami adalah Kajian Islam Remaja atau KIR yang kami laksanakan setiap hari Ahad di masjid yang strategis. Dan lagi-lagi tantangan baru harus kami hadapi. Tidak semua masjid di daerah depok ‘welcome’ terhadap kegiatan kami. Kecurigaan dengan jenggot atau celana cingkrang kami mungkin boleh dianggap sebagai lagu lama yang terus diputar ulang.

Tapi tak sedikit masjid yang menerima. Alhamdulillah ala kulli hal. Yang jelas, kami merasa tak akan pernah sia-sia dengan segala upaya kami.

Beberapa hari sebelum kegiatan dimulai, kami biasanya  menyebarkan poster kegiatan kami di mading-mading masjid daerah sekitar dan sekolah-sekolah. Alhamdulillah, banyak para remaja yang antusias dan bisa hadir di acara kajian kami.

Karena melihat antusiasme yang bagus dari para remaja, kami memiliki ide untuk mengikat loyalitas para remaja terhadap kegiatan kami. Selain menyarankan mereka untuk memberikan informasi kegiatan kami ke teman-teman mereka, kami juga melakukan cara lain untuk ‘mengikat’ mereka. Salahsatunya adalah dengan  memberikan e-magazine secara rutin lewat grup WA kepada mereka, selain dengan memberikan mereka hadiah-hadiah berupa buku bacaan selepas kajian selesai. Biasanya kami akan mengajukan beberapa pertanyaan dengan hadiah  beberapa eksemplar buku remaja yang telah kami sediakan untuk para siswa yang menjawab dengan tepat. Atau  mereka yang berani mengutarakan opini mereka berkaitan dengan tema yang kita bicarakan.

Darimana kami mendapatkan buku-buku hadiah tersebut? Tentu saja dari kocek kami sendiri. Saya dan teman-teman saya menyisihkan uang saku kami untuk membeli buku yang cocok untuk para remaja. Kami tidak membeli buku-buku tersebut dari toko-toko buku bonafide mengingat biaya yang terbatas. Kami menyiasati anggaran yang tidak seberapa tersebut dengan bergerilya dari satu lapak buku ke lapak buku yang lain di pinggiran jalan daerah Margonda. Yup, kami begitu akrab dengan lapak-lapak buku loang. Buktinya kami bisa menemukan banyak buku dengan kualitas bagus tapi dengan harga yang miring. Yang penting, kami bisa memberikan sesuatu yang berharga untuk adik-adik remaja kami.

Setiap dua bulan sekali, secara rutin kami akan kembali ke Bogor untuk mengadakan rapat rutin bersama Cinta Remaja Bangsa Pusat. Ratusan relawan Cinta Remaja Bangsa akan berkumpul bersama. Disinilah moment yang begitu berkesan bagi kami, karena kami bisa mendapatkan berbagai macam cerita menarik dan unik dari teman-teman relawan dari daerah lainnya.

Diantara mereka ada yang hendak diusir dari kontrakan oleh masyarakat hanya karena kecurigaan yang berlebihan. Tuduhan dan tudingan wahabi menyebabkan teman-teman ini mengalami hal buruk tersebut. Tapi qodarullah, pengusiran itu tidak jadi karena diantara mereka berinisiatif untuk mencoba memahami kecurigaan masyarakat.

“Darimana bapak tahu kami ini ‘wahabi’? tanya salah seorang diantara mereka.

“Dari Habaib.” Jawab seorang bapak dengan intonasi keras.

“Tolong pertemukan kami dengan Habaib. Diantara kami juga ada santrinya habaib dari bogor.” Bantah teman saya itu.

Dan benar saja, hari berikutnya mereka menyambangi rumah habaib yang dimaksud. Berbekal alamat yang mereka dapatkan dari warga. Habaib yang dimaksud paham apa yang terjadi dan berjanji untuk berbicara kepada masyarakat. Benar saja, besoknya warga komplek minta maaf kepada teman-teman CRB.

Dan tentunya masih banyak kisah-kisah menarik yang tak mungkin kami ceritakan di sini. Yang jelas, kami relawan Cinta Remaja Bangsa merasa inilah ‘rumah dakwah’ kami sebagai ladang amal kami.
Ketua lembaga kami pernah mengatakan kepada kami bahwa setiap tetes keringat yang kami kucurkan selama menyebarkan buletin, brosur dan kartu dakwah kepada sekolah-sekolah akan menjadi saksi di akhirat kelak. Setiap debu dan asap knalpot yang menempel di wajah-wajah kami akan memberatkan timbangan amal kami. Ya Allah, istiqomahkanlah kami di jalan dakwah ini.
Bogor, 122917
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment