6 Dec 2017

Rantai Gajah

Suatu ketika ada sang pawang gajah bercerita tentang bagaimana ia bisa membuat gajah bisa tunduk patuh. Si pawang tidak takut gajahnya akan melarikan diri. Padahal tali yang dipakaikan ke gajah hanyalah seutas tali ijuk.

Pawang gajah mengkisahkan bahwa sejak kecil gajah-gajah diikat kakinya dengan rantai baja yang sangat kuat. Rantai itu pun dikaitkan pada sebuag tonggak baja yang besar dan kuat tertanam. Oleh karenanya, sang gajah kecil hanya bisa berjalan sepanjang rantai terbentang. Jikapun ia ingin melarikan diri, rantainya akan menahannya. Sekuat apapun gajah kecil itu mencoba, tentu akan sangat sia-sia usahanya lepas dari cengkraman rantai baja yang memang sangat kuat. Atau mungkin karena kekuatan sang gajah kecil yang masih lemah untuk lepas dari rantai itu.

Usaha sang gajah kecil pun sepertinya selalu sia-sia. Hal ini berlangsung sampai sang gajah beranjak dewasa.

Apa yang terjadi? Ternyata gajah tersebut menyerah dengan keadaan. Di benaknya apa yang berada di pergelangan kakinya itu adalah rantai baja yang sama, yang kekuatannya jauh lebih besar darinya. Ia pun pasrah dengan apa yang harus ia kerjakan. Di benaknya pula apa yang dilakukan adalah semata-mata perintah dari sang pawang yang mengikatnya, tanpa berpikir panjang bahwa ia bisa lolos dan menjadi seperti yang ia inginkan.

Dengan demikian, sang pawang tidak pernah khawatir lagi akan gajahnya. Baginya mengikat gajah dengan rantai tak jauh beda dengan tali ijuk. Setiap hari, sang gajah hanya pasrah untuk dibawa ke ladang atau hutan untuk bekerja.
***
Sahabat, banyak dari kita yang mungkin merasa ada seutas rantai baja yang sangat kuat membelenggu diri kita. Mungkin saja rantai itu adalah kebodohan, kemiskinan, atau keadaan yang tidak mendukung dalam kehidupan kita.

Kita merasa dididik dalam suasana yang tidak mungkin membuat kita menjadi baik dan sukses di kemudian hari. Lihat saja, kemiskinan dan pola pikir orang-orang disekeliling kita begitu kuat tertanam dalam benak kita yang menjadikan kita optimis akan masa depan. Mungkin kita menganggap nasib sudah begini adanya. Tidak ada kata lain untuk bisa merubahnya.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment