Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya
di sebuah perusahaan perumahan. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada
pemilik perusahaan. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan
penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.
Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang
pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan
sebuah rumah untuk yang terakhir kalinya.
Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik
perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti.
Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek
itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya.
Akhirnya selesailah rumah yang diminta oleh tuannya. Hasilnya
bukanlah sebuah rumah yang baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya
dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.
Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang
dimintanya, ia menyerahkan kunci rumah yang baru dibangun tersebut pada si
tukang kayu. “Ini adalah rumahmu” katanya, “hadiah dari kami.”
Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan
menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan
rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain
sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil
karyanya sendiri.
****
Sahabat, itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadang,
banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan dan
kurang bertanggung jawab. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang
mengupayakan yang baik.
Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak
memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa
yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah ‘rumah’
yang kita ciptakan sendiri. Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan
menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.
Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan 'rumah'
yang sedang kita bangun adalah kehidupan kita. Setiap hari kita memukul paku,
memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan 'rumah' kita
dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur
hidup. Supaya kita tidak menyesal di kemudian hari.
No comments:
Post a Comment