Kita diberi akal pikiran oleh Allah supaya bisa merenungi
dan memahami hikmah yang berserak di alam semesta. Hikmah bertebaran di
sekeliling kita. Hanya saja, kita kadang abai dan tidak pernah mau
memikirkannya.
Hidup adalah sekumpulan makna dan filosofi bagi orang-orang
yang mengetahui arti dari ; untuk apa dia diciptakan. Mereka merenungkan
ayat-ayat Allah, baik ayat yang tersurat (al-Quran dan as-Sunnah) maupun
ayat-ayat yang tersirat yang berupa kauniyah-Nya yang begitu melimpah.
Baiklah sahabat, marilah kita menemukan filosofi-silosofi
indah dalam kehidupan kita.
Pernahkah kita berpikir untuk hidup seperti padi, semakin
berisi semakin merunduk. Maka muncul istilah, pakailah ilmu padi. Semakin banyak
ilmu semakin rendah hati dan tawadhu.
Pernahkah kita berpikir untuk hidup seperti semut. Hidup dalam
koloni yang solid dan memiliki komitmen untuk selalu bersama dan tolong
menolong. Maka, besatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Nyatanya, tidak pernah
kita temukan ada semut yang menyendiri dan menjauhi koloninya. Kecuali semut
itu tersesat tanpa disengaja atau kita memisahkannya. Maka, disinilah kita bisa
mengambil faidah yang begitu besar. Perlunya kita berjamaah dalam kebaikan. Tentunya
jangan sampai berjamaah dalam keburukan.
Pernahkah kita berpikir seperti lebah. Hinggap di tempat
yang baik dan tidak memakan kecuali yang baik-baik. Sayangnya kita kadang tidak
peduli. Hinggap pada yang kotor-kotor dengan melakukan pekerjaan yang haram,
dan memakan hasil pekerjaan haram. Out putnya pun semakin amburadul. Jauh dari
Allah dan hati menjadi sempit karena harta haram yang mewujud dalam aliran
darah.
Pernahkah kita berpikir seperti air yang mengalir. Terus menerobos
halang rintang dan bebatuan tanpa pernah berhenti hingga berlabuh di muara dan
lautan yang luas. Kadang kita abai, kita begitu gampang menyerah dengan segala
yang menghalangi kita. Asal jangan sampai kita mengambil filosofi ‘mengalir
seperti air’ dalam maksud yang salah. Mengalir tanpa adanya visi dan misi,
mengalir seperti orang yang linglung dan bermimpi sambil mengigau.
No comments:
Post a Comment