1. Penyimpangan Aqidah
Kita akan tetap berada dalam jalur yang benar selama kita
berpegang teguh kepada al-quran dan as-Sunnah. Dengan keduanya, hati kita
menjadi bersih dari keyakinan-keyakinan dan faham yang menyimpang. Sebagaimana
difirmankan oleh Allah swt,
لَقَدْ مَنَّ اللّهُ عَلَى الْمُؤمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْأَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُالْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُّبِينٍ
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan
mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan
(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al Hikmah (As
Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah
benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (QS. Ali ‘Imran: 164).
Akan tetapi, orang-orang yang cenderung terhadap hawa nafsu,
kemudian mencampakan al-Quran dan as-Sunnah lebih memilih jalan yang sesuai
dengan keinginan dan persangkaannya.
Dan mencampur adukan ajaran tauhid dengan ajaran
filsafat-filsafat yang keluar dari manhaj islam. Salah satu contohnya adalah
faham sesat kalangan sufi ekstrim.
Penyimpangan orang-orang tasawuf yang ekstrim adalah dengan
adanya kepercayaan al-hulul. Yakni berkeyakinan bahwa Allah azza wa jalla bisa
bertempat atau menitis dalam diri manusia.
Keyakinan ini diserukan oleh beberapa tokoh-tokoh ekstrem
ahli Tasawuf, seperti Hasan bin Manshur Al Hallaj, yang karenanya para Ulama
memfatwakan kafirnya orang ini dan dia harus dihukum mati, yang kemudian dia
dibunuh dan disalib karena penyimpangannya tersebut pada tahun 309 Hijriyah.
Menurut al-halaj dan orang-orang yang sefaham dengannya,
beranggapan bahwa Allah memiliki dua tabiat, yaitu tabiat ketuhanan (al-lahut)
dan tabiat atau unsur kemanusiaan atau kemakhlukan, yang kemudian al-lahut
menitis ke dalam an-Nasut. Maka ruh manusia adalah elemen dari Tuhan sementara
jasadnya adalah makhluk. Maha suci Allah dari apa yang mereka sangkakan.
Selain faham alhulul, ada juga yang disebut faham Wihdatul
Wujud, keyakinan bahwa semua yang ada pada hakikatnya adalah satu. Segala
sesuatu di alam semesta pada hakikatnya merupakan penampakan atau perwujudan
dari Zat Allah. Dedengkot sekte ini adalah Ibnu Arabi al-Hatimi.
Sehingga tak heran jika faham ini membenarkan keyakinan
orang-orang kafir yang menyembah berhala, karena menurut mereka, pada
hakikatnya apa yang mereka sembah adalah perwujudan dari Tuhan.
Bahkan orang-orang tasawuf meyakini bahwa ketauhidan yang
benar adalah ketika seseorang melihat hakikat alam semesta bahkan dirinya
sendiri sebagai perwujudan dari zat Tuhan yang Esa atau biasa disebut al-fana
fit tauhid (telah melebur ke dalam tauhid)
Maka jelaslah bagi kita semua bahwa ajaran Tasawuf adalah
ajaran sesat yang menyimpang sangat jauh dari petunjuk Al Quran dan As Sunnah,
yang dengan mengamalkan ajaran ini –na’udzu billah min dzalik– seseorang
bukannya makin dekat kepada Allah ‘azza wa jalla, tapi malah semakin jauh
dari-Nya, dan hatinya bukannya makin bersih, akan tetapi malah semakin kotor
dan penuh noda.
No comments:
Post a Comment