2 May 2017

Penyesalan

Sesal adalah ekspresi dari keterlambatan yang tidak dikehendaki. Mengharap waktu bisa kembali dan mengulang semua yang telah terlewat. Semua yang telah hilang dan berlalu, kemudian memang mustahil untuk diulang. Tidak ada yang bisa diulang.
Benarlah kata pepatah, nasi sudah menjadi bubur. Semuanya sudah berlalu, tiada guna kita menyesal.

Tapi tetap saja rasa sesal dan penyesalan itu selalu timbul.

Banyak penyesalan yang mengungkung setiap jiwa karena apa yang dia harapkan tidak tercapai. Apa yang dicita-citakan tidak kunjung datang.

Menyesal karena gagal mempersunting wanita jelita yang menjadi idaman.

Menyesal karena hasil panen gagal.

Menyesal karena telah menikah dengan pasangan yang tidak memuaskan.

Dan beribu-ribu jenis penyesalan yang menyempitkan pikiran, menyesakan dada, dan membuat perih kenangan.

Tapi,

Sedikit sekali diantara kita yang bisa menyesal tentang hari-harinya yang hilang, sementara dia tidak beramal, atau amalnya stagnan.

Maka sahabat,

Berbenahlah sebelum hari yang penuh penyesalan itu tiba. Intropeksi dirilah sebelum kita benar-benar tidak bisa merubah keadaan dan semuanya sudah terlambat.

» ÙƒَØ£َÙ†َّÙ‡ُÙ…ْ ÙŠَÙˆْÙ…َ ÙŠَرَÙˆْÙ†َÙ‡َا Ù„َÙ…ْ ÙŠَÙ„ْبَØ«ُوا Ø¥ِÙ„َّا عَØ´ِÙŠَّØ©ً Ø£َÙˆْ ضُØ­َاهَا «
“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.” (QS. An-Nazi’at: 46).

Abdullah bin Mas'ud ra pernah bertutur,
"Tiada penyesalan yang lebih aku rasakan dalam hidup ini, daripada penyesalan saat ku saksikan matahari telah terbenam (di ufuk barat). Di mana jatah usiaku telah berkurang (pada petang itu), namun amal (shalih)-ku tidak bertambah karenanya." (Kaifa tuthilu umraka al intaji, DR. Muhammad Ibrahim al-Na'im).

Penyesalan terhadap kegagalan dunia itu wajar, tapi jangan sampai kebablasan. Seakan-akan dunia adalah segalanya.

Tidak ada penyesalan bagi perkara dunia. Yang ada adalah keikhlasan dan kerelaan, ketawakalan, ikhtiar dan kesabaran. Sesalnya adalah fitrah, tapi tidak menghilangkan harapan. Karena harapan terbesar kita adalah surga. Maka jadilah penyesalan kita hanya untuk amal-amal kita yang menjadi penentu dimana kita tinggal nanti.

Tanamkanlah rasa sesal yang sangat ketika kita terlambat beramal. Tanamkanlah rasa sesak ketika kita tidak juga bisa menambah kualitas ibadah kita, dan selalu berbuat kesalahan.

Maka, penyesalan seperti itu tidak sia-sia. Bahkan berpotensi pahala.

Semoga kita tidak menjadi jiwa yang menyesal dengan penyesalan yang besar, sebagaimana digambarkan oleh Alloh swt di dalam ayat berikut,


 “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih?." (QS. Al-Munafiqun: 10).
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment