Maka datanglah seseorang yang tak dikenal oleh beliau, lalu
mencaci maki beliau. Caciannya panjang dan menyakitkan.
Al-Hasan bin Ali hanya diam saja, sementara Muhammad hanya
mendengar tanpa komentar. Hingga orang tersebut selesai dengan umpatan yang
keluar dari mulutnya.
Bertanya Muhammad, sang anak pada ayahnya, "Duhai
ayahku, mengapa engkau tak membalas atau membela diri?", tanyanya dengan
penuh kebingungan, mencari penjelasan.
Jawaban Al-Hasan sangatlah indah, "Sebab aku tak tahu
bagaimana cara membalasnya". MasyaAllah, keindahan akhlak cucu Nabi,
pelajaran bagi kita semua.
Sebab al-Hasan tidak menemukan kata-kata kotor yang bisa
digunakan untuk membalas cacian yang dialamatkan kepadanya. Bahkan sekedar
berkata,”kamu pun tidak lebih baik dariku” kepada orang yang mencacinya dia
tidak sanggup.
Begitulah keagungan akhlak yang dibentuk Islam, bila yang
memenuhi hati adalah ayat Allah dan hadits Rasul-Nya, lalu mana lagi tempat
untuk kata-kata kotor?.
Bila yang dibaca tiap masanya adalah firman Allah yang
indah, dan penguatnya adalah lisan Rasulullah yang mulia, maka membalas
caci-maki pun jadi tak berselera.
Padahal Al-Hasan cucunya Nabi, nasabnya tinggi, , senantiasa
murah hati, semenjak kecil dididik Nabi juga sangat disayangi, surga pun sudah
menanti.
Lalu siapa kita? Yang bukan keluarga nabi, amal berantakan,
hisab menegangkan, surga belumlah jaminan, lantas kita tak bersabar dengan
akhlak penuh keindahan?.
Bilapun orang mencaci dengan kata dan cara yang paling
kotor, biarkanlah. Kita tidak dihisab dengan ucapan mereka, tapi kita dihisap
atas sikap kita terhadap mereka.
Maka siapkan diri kita, perbanyak interaksi dengan Al-Quran
dan Sunnah, walau kita mungkin tak semulia Al-Hasan, tapi kita bisa berusaha
mengisi jiwa hanya dengan kebaikan.
[dari chanel telegram velix siauw dengan sedikit perubahan]
No comments:
Post a Comment