14 Apr 2017

[8] The Wild Man

Amina datang tiga puluh menit kemudian. Ia tidak memerlukan waktu yang begitu lama untuk bisa sampai ke rumah Emily. Seperti biasa, Sara ikut dengannya, karena rumah mereka berdekatan. Lagi pula mereka bekerja di apotek dan supermarket milik muslim Pakistan dari sore hari sampai jam sepuluh malam . Jadi mereka memiliki banyak waktu di pagi hari. Setidaknya Emily bisa mendiskusikan masalah ini dengan mereka.

Amina sendiri yang membawa mobil mustang milik suaminya, Zaheed. Emily menyambut mereka berdua dengan senyuman yang merekah. “Assalamu alaikum Amina, Sara.”

“Wa alaikum Emily. Bagaimana kabarmu?”

“Alhamdulillah, aku baik-baik saja.”

Sara tertawa mendengar ungkapan pujian muslim yang diucapkan Emily,”Sejak kapan kau mahir mengucapkan hamdalah.”

“Sejak berteman denganmu tentu saja.”jawab Emily enteng.”Oke, mari masuk. Aku akan buatkan menu sarapan jika kalian belum sarapan.”

“Oh, kami sudah sarapan sejak sejam yang lalu. Buatkan kami teh manis saja.”jawab Amina.

“Oh, aku kopi saja.”celetuk Sara sembari mengempaskan pantatnya di sofa.
“Oke.” Emily beranjak ke dapur.

***

”Mulai malam nanti aku ingin menginap di rumah kalian. Aku merasa takut tidur sendiri di sini.”

“Tentu dengan senang hati kami menerimamu Emlily. Setidaknya kau tidak kesepian di rumah sendirian.”

“Ini bukan masalah kesepian atau aku butuh teman. Ini masalah ancaman. Semalam ada seseorang yang masuk ke rumahku. Tidak sampai ke dalam rumah sih, hanya saja dia membuka garasi yang lupa aku gembok dan masuk ke bunker.”

Amina dan Sara tampak terkejut.

Kemudian Emily menceritakan hasil analisanya sendiri mengenai naskah-naskah kuno dan hubungannya dengan kakek buyutnya Mason yang menurut Mom seorang abnormal-sexual dan penganut okultisme.”Besar kemungkinan orang itu mengincar naskah-naskah kuno tersebut. Ayo, akan aku tunjukan kepada kalian.”

Amina dan Sara tampak bersemangat dan mengangguk berbarengan. Kemudian mereka beranjak ke kamar Emily untuk melihat naskah yang dimaksud.

“Ini dia.”Emily menyodorkan buku The Glory of Masonic. Amina meraihnya dan mulai berkomentar sebelum dia membuka halaman pertama,”Ini lambang kaum freemason dan penyembah setan.” Serunya. Kemudian tangannya mulai membuka lembar demi lembar dengan seksama. Sara tak kalah antusiasnya. Dia duduk di samping Amina dan mencondongkan tubuhnya sehingga setiap halaman itu jelas di matanya. Ah! Dia lupa membawa kacamatanya. Dia biasa memakai kacamata ketika membaca dan menonton film. Selebihnya matanya terbebas dari bingkai kaca.

“Banyak terdapat lambang-lambang penyembah setan di sini, dan juga dewa-dewa yunani yang menjadi legenda.”tambah Amina. Aku tak heran dia bisa menganalisis lebih dalam. dia kuliah di bidang Sejarah dan mengambil pascasarjana di kajian naskah kuno. Jadi Emily memang sengaja mengundangnya ke rumah.

Sara menatap Emily penuh arti.”Jadi sebaiknya kau melelangnya atau menjualnya ke museum kota. Kau akan mendapatkan uang yang banyak.”

Amina menatap Sara dengan tatapan yang seakan berkata; aku-kurang-setuju-dengan-pendapatmu. “Kita berarti telah mengakui dan mendukung aliran kepercayaan penyembah setan jika kita melelangnya.”

“Jadi?” Tanya Emily penasaran.”Apa yang harus kita lakukan?”

“Memusnahkannya. Paling tidak kau membakarnya.”saran Amina tampa pikir panjang.

“Jangan!” seru Emily.” Aku akan menyimpannya. Bagaimana pun juga ini bisa kita teliti lebih jauh lagi.”

“Terserah kamu Emily. Toh naskah ini milik keluargamu. Tapi jika aku yang memilikinya, aku akan memusnahkannya.”

Emily terdiam. Tapi di dalam hatinya ia tidak yakin bisa menyingkirkan naskah-naskah itu. ada banyak hal yang ingin ia ketahui. Ia ingin mengungkap ajaran kakek buyutnya lebih dalam. jadi, tak akan ia biarkan naskah itu lenyap atau dicuri oleh seseorang.

Sara menatap Amina dan Emily secara bergantian.”Tunggu, ada sesuatu yang terlewat kita pikirkan.”

“Apa?”Tanya Emily penasaran.

“Maaf ini membuatmu sedih Emily. Ini tentang pembunuhan April. Kau mungkin tahu dari hasil pemeriksaan Forensik. Dan aku juga tahu setelah membaca halaman utama di Koran yang kemarin aku baca.”

“Tentang apa?”

“kau ingat, April terbunuh dengan leher yang seakan diisap vampire. Banyak pembuluh darah yang menggumpal di leher dan tengkuknya. Jadi, ini mirip seperti apa yang kau ceritakan tadi tentang kelainan seksual yang diderita oleh kakek buyutmu yang bernama Mason. Bisa jadi, April korban dari pemerkosaan penganut kepercayaan tersebut. Walau pun mungkin ini tidak ada sangkut pautnya. Tapi ini hasil analisaku saja.”

Amina dan Emily terbelalak. Kini di benak mereka ada satu hal yang lebih urgent untuk dibicarakan.”Kau jenius Sara.” Seru Amina.

Emily mendesah.”Ini bisa saja kebetulan, bisa juga memang kenyataan.”

“Dan seseorang yang datang ke rumahmu semalam setelah kematian April adalah orang yang membunuh April pada hari sebelumnya.” Kini analisa Sarah semakin dalam.

Emily semakin mendesah.”Aku tak mau lagi membahasnya. Aku pening.”

“Maafkan aku Emily.”desah Sara dengan perasaan bersalah.

***

Jadi, Emily akhirnya menginap di rumah Amina. Sara juga datang tepat setelah dia pulang dari apotek dimana dia bekerja. Amina membawa lahmacun dan Kebab turki untuk makan malam mereka.

Emily merasakan kehangatan dan rasa bahagia. Tapi tetap saja ia khawatir seseorang yang datang pada malam kemarin akan datang pada malam ini ke rumahnya; mengambil naskah-naskah kuno itu dari lemarinya yang terkunci.
Emily juga masih memikirkan analisa Sara. Diam-diam hatinya mengakui bahwa memang ada satu benang merah yang bisa menyimpulkan adanya hubungan antara okultisme dan kematian April.

Emily beranjak mendekati Sara yang tengah membaca majalah di ruang depan.”Dengar, aku sependapat dengan apa yang kau katakana pagi tadi. Bisa saja orang yang datang ke rumahku kemarin adalah orang yang sama yang membunuh April.”

Sara menatap Emily prihatin.”Kau jangan terlalu banyak berpikir tentang masalah itu. oke, lupakan saja kata-kataku dan lupakan mengenai kakakmu. Kau harus menerima kenyataan ini dan kau harus memulai hari yang baru yang_

“Sara.” Emily cepat memotong sebelum Sara menuntaskan ‘ceramah’nya.”Bagaimana pun juga April meninggal dengan tidak wajar. Dan boleh jadi ancaman itu mengintaiku. Aku menerima kenyataan dan takdir. Hanya saja aku perlu hati-hati. Jadi, terimakasih atas analisamu kemarin.”


Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment