8 Jan 2017

BERLOMBA-LOMBA DALAM KEBAIKAN

Pendengar yang dirahmati Alloh l/ pernahkah kita melihat perlombaan atau olimpiade di televise atau media masa?// bagaimana para atlet begitu bersemangat berlatih dan berlatih// setelah itu mereka selalu menjaga kebugaran tubuh mereka// mereka melakukan semua disiplin dan penderitaan hanya untuk mencapai satu tujuan// medali emas atau paling tidak medali perak mereka bawa// ketika pertandingan telah usai dan mereka kalah/ tak sedikit yang merasa sedih/ membayangkan semua yang dia lakukan sia-sia// ketika dia memenangkan medali yang ia impi-impikan/ betapa bahagia dan merasa senang dengan sanjungan orang-orang di sekitarnya//
Pendengar/ apa yang digambarkan barusan bisa kita umpamakan dengan kehidupan kita di dunia// hidup ini adalah usaha/ perjuangan dan perlombaan// adapun medali emasnya adalah surga dan ridho Alloh l/ siapa yang tidak menginginkan surga dan keridhoan Alloh l?// lalu kenapa masih banyak orang yang leha-leha dalam beribadah/ bahkan sebaliknya/ bersemangat dalam mengerjakan keburukan// mereka merasa terlena dengan pujian manusia/ tapi tidak ingin menggapai pujian dan ridho Alloh l//
Namun pendengar/Cobalah saja perhatikan bagaimana orang-orang lebih senang menghafal berbagai tembangan ‘nyanyian’ daripada menghafalkan Al Qur’an Al Karim// Bahkan lebih senang menjadi nomor satu dalam hal tembangan/ lagu apa saja yang dihafal/ daripada menjadi nomor satu dalam menghafalkan Kalamullah// Di dalam shalat jama’ah pun/ kita dapat saksikan sendiri bagaimana ada yang sampai menyerahkan shaf terdepan pada orang lain.//“Monggo, Bapak saja yang di depan// Akhirat diberikan pada orang lain// Padahal shaf terdepan adalah shaf utama dibanding yang di belakangnya bagi kaum pria// Demikianlah karena tidak paham dalam hal menjadi nomor satu dalam kebaikan akhirat sehingga rela jadi yang terbelakang//
Pendengar yang berbahagia/ dengan contoh tersebut/ sudah sepantasnya kita selalu istiqomah dalam kebenaran// bukan stagnan pada prestasi amal yang itu-itu saja/ kita sudah perlu bahkan harus/ meningkatkan amalan-amalan kita dan berlomba-lomba dalam perkara akhirat//
Berkaitan dengan tema kita kali ini/ yakni berlomba-lomba dalam kebaikan/ ada satu hadits yang sangat bagus untuk kita simak bersama// hadits ini diriwayatkan dari Abu Hurairoh a// beliau mengisahkan//
bahwa orang-orang fakir Muhajirin menemui Rasulullah n sambil berkata/ “Orang-orang kaya telah memborong derajat-derajat ketinggian dan kenikmatan yang abadi//”
Rasulullah n bertanya//“Maksud kalian?//”
Mereka menjawab/“Orang-orang kaya shalat sebagaimana kami shalat/ dan mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa/ namun mereka bersedekah dan kami tidak bisa melakukannya/ mereka bisa membebaskan tawanan dan kami tidak bisa melakukannya/”
Maka Rasulullah n bersabda/ “Maukah aku ajarkan kepada kalian sesuatu yang karenanya kalian bisa menyusul orang-orang yang mendahului kebaikan kalian/ dan kalian bisa mendahului kebaikan orang-orang sesudah kalian/ dan tak seorang pun lebih utama daripada kalian selain yang berbuat seperti yang kalian lakukan?//”
Mereka menjawab/ “Baiklah wahai Rasulullah?//” Beliau bersabda/“Kalian bertasbih/ bertakbir/ dan bertahmid setiap habis shalat sebanyak tiga puluh tiga kali//” Abu shalih berkata/ “Tidak lama kemudian kaum fakir miskin Muhajirin kembali ke Rasulullah n dan berkata/ “Ternyata teman-teman kami yang banyak harta telah mendengar yang kami kerjakan/ lalu mereka mengerjakan seperti itu!”//
 Rasulullah n bersabda/ “Itu adalah keutamaan Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya!//“
Subhanalloh pendengar sekalian// bagaimana sahabat-sahabat Rasulullah sangat antusias dalam mengerjakan kebaikan// bahkan mereka merasa iri ketika melihat amalan solih sahabatnya lebih banyak dan lebih hebat dibanding dirinya// Hal itu juga dirasakan oleh kaum fakir muhajirin ketika melihat saudara mereka yang kaya harta bisa bersedekah dengan harta yang mereka miliki// hingga kemudian Rasulullah mengajarkan kepada kaum fakir muhajirin/ bagaimana supaya bisa seimbang atau setara amalnya dengan saudaranya yang kaya// tapi lagi-lagi semangat fastabiqul khoirot atau berlomba dalam kebaikan mengajarkan kita// para sahabat yang kaya harta kemudian mengetahui Rasulullah n mengajarkan kalimat-kalimat agung yang diajarkan oleh Rasulullah n kepada para sahabat mereka yang fakir// hingga akhirnya sahabat yang kaya pun ikut mengamalkannya//
Ternyata pendengar/ semangat dalam mengerjakan kebaikan tidak hanya terjadi di kalangan sahabat pria// bahkan para sahabiyah atau kaum perempuan pun mempunyai semangat yang tiggi untuk menggapai amalan-amalan solih yang utama//
Pernah para sahabiyah berembug bersama untuk mengirimkan utusan perempuan menghadap kepada rasulullah n// ada apa dengan mereka?// ternyata kaum perempuan madinah itu merasa tersaingi amal ibadahnya oleh kaum laki-laki// kemudian mereka memilih Asma’/ seorang perempuan madinah yang terkenal cerdas untuk berbicara langsung kepada Rasulullah n // kisah selengkapnya telah diriwayatkan oleh imam Muslim di dalam kitab sahihnya//
Suatu ketika Asma’ mendatangi Rasulullah n dan bertanya/“Wahai Rasulullah/ saya utusan bagi seluruh wanita muslimah yang di belakangku/ seluruhnya mengatakan sebagaimana yang aku katakan dan seluruhnya berpendapat sesuai dengan pendapatku// Sesungguhnya Allah mengutusmu bagi seluruh laki-laki dan wanita/ kemudian kami beriman kepada anda dan membai’at anda// Adapun kami para wanita terkurung dan terbatas gerak langkah kami// Kami menjadi penyangga rumah tangga kaum laki-laki dan kami adalah tempat menyalurkan syahwatnya// Kamilah yang mengandung anak-anak mereka// Akan tetapi kaum laki-laki mendapat keutamaan melebihi kami dengan shalat Jum’at/ mengantarkan jenazah/ dan berjihad// Apabila mereka keluar untuk berjihad/ kamilah yang menjaga harta mereka dan mendidik anak-anak mereka// Maka apakah kami juga mendapat pahala sebagaimana yang mereka dapat dengan amalan mereka?”//
Mendengar pertanyaan tersebut/ Rasulullah n menoleh kepada para sahabat dan bersabda/ Pernahkah kalian mendengar pertanyaan seorang wanita tentang agama yang lebih baik dari apa yang dia tanyakan?//”
Para sahabat menjawab/“Benar/ kami belum pernah mendengarnya ya Rasulullah!//”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda/“Kembalilah wahai Asma’ dan beritahukan kepada para wanita yang berada di belakangmu/ bahwa perlakuan baik salah seorang di antara mereka kepada suaminya/ upayanya untuk mendapat keridhaan suaminya/ dan ketundukkannya untuk senantiasa mentaati suami/ semua dapat mengimbangi dan menyamai seluruh amal yang kamu sebutkan yang dikerjakan oleh kaum laki-laki//”
Maka kembalilah Asma’ sambil bertahlil dan bertakbir merasa gembira dengan apa yang disabdakan Rasulullah n //
Kita lihat begitu semangatnya para shahabiah/ hatinya senantiasa bergantung kepada akhirat// Tidaklah yang ia cita-citakan dalam seluruh amalnya kecuali ridha Allah l sehingga ia merasa sangat gembira ketika diberitahu bahwa tugas yang selama ini ia lakukan pahalanya menyamai amalan kaum laki-laki yang sangat berat// Sungguh hal ini menunjukkan kemurahan Allah kepada hamba-Nya//
Begitulah semangat para sahabat untuk mendapatkan posisi dan pahala terbaik di hadapan Alloh l// lalu mungkin timbul pertanyaan di benak pendengar// apakah dibolehkan kita iri melihat amalan solih orang lain?// apakah boleh bagi kita untuk merasa cemburu melihat semangat ibadah orang lain/ sementara kita melihat amal ibadah kita kurang//
Mengenai hal ini Rasulullah n telah bersabda di salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan diterima dari abu hurairah a //
لاَ حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ القُرْآنَ، فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ، وَآنَاءَ النَّهَارِ، فَسَمِعَهُ جَارٌ لَهُ، فَقَالَ: لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلاَنٌ، فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُهْلِكُهُ فِي الحَقِّ، فَقَالَ رَجُلٌ: لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلاَنٌ، فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ

Tidak ada sifat iri yang terpuji kecuali pada dua orang// seorang yang dipahamkan oleh Allah tentang al-Qur-an kemudian dia membacanya di waktu malam dan siang hari, lalu salah seorang tetangganya mendengarkan bacaan al-Qur-annya dan berkata// andai saja aku diberi pemahaman al-Qur-an seperti yang diberikan kepada si Fulan/ sehingga aku bisa mengamalkan seperti yang diamalkannya//  Dan seorang yang dilimpahkan oleh Allah baginya harta/ kemudian dia membelanjakannya di jalan yang benar/ lalu ada orang lain yang berkata/“Duhai kiranya aku diberi harta seperti yang diberikan kepada si Fulan/ sehingga aku bisa mengamalkan seperti yang diamalkannya//”
Pendengar yang berbahagia/ kita dilarang iri hanya dalam perkara dunia// adapun rasa iri kita ketika melihat orang lain mempunyai amal terbaik/ kemudian kita melihat diri kita sendiri/ kemudian kita menyadari bahwa amal kita tidak sebaik amal solih saudara kita// maka itu dibolehkan bahkan dianjurkan// dengan ini/ seseorang akan semakin bersemangat dalam beramal solih dan selalu berlomba-lomba demi menggapai pahala di sisi Alloh l//

Pendengar yang berbahagia/ demikianlah pembahasan kita kali ini/ semoga menjadi cambuk bagi kita untuk selalu berlomba-lomba dalam kebaikan dan beramal solih//  terimakasih atas perhatian anda/ dan sampai jumpa di edisi mendatang dengan tema yang berbeda//
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment