Marino adalah pemuda papua yang menikah dengan seorang gadis jawa dari solo. Akad nikah dan pesta walimah sudah usai. Dan untuk beberapa hari ia tinggal di rumah mertuanya ssebelum ia memboyong istrinya ke tanah kelahirannya papua.
Ada satu moment
unik di meja makan mertuanya. Saat itu marino siap-siap hendak sarapan.
Datanglah mertua perempuan dan menyilakan marino menyendok nasi. Ia berkata,”ini ada ikan kakap, telor,
dan tahu.”tangannya menunjuk beberapa rantang berisi makanan yang dimaksud.”nah...yang
ini jangan.”ujarnya lagi sembari menunjuk sayur asem,”yang ini juga
jangan,”tambahnya sembari menunjuk sayur lodeh.” Dan ini juga
jangan.”pungkasnya sembari menunjuk tumis kangkung. Dan ia berlalu untuk
mengerjakan pekerjaan yang tertunda
Marino heran,
kenapa mertuanya melarang dia makan sayur. Dia pikir, kok pelit mertuanya.
Terpaksa ia makan tampa sayur dan kuahnya yang lezat. Datanglah istrinya dan
bertanya,”lho, mas. Kok sayurnya nggak dimakan?”
“kata ibu tadi
jangan.”
Istrinya sontak
tertawa terbahak-bahak. “mas, jangan itu bukan berarti “jangan” nggak boleh.
Tapi ini bahasa jawa. Jangan artinya sayur. Maksud ibu,”ini sayur, ini juga
sayur, yang itu juga sayur,,,”
Marino menepuk
jidat
No comments:
Post a Comment