Pak salim menyeka keringat dingin di keningnya. Walaupun ia
sudah sering berdiri di depan kelas 12. Tetap saja ia merasa grogi di bawah
tatapan puluhan siswanya itu. Apalagi yang ia takutkan? Kenapa ia bisa grogi di
depan kelas?
Mungkin ada segelintir guru yang merasa tidak percaya diri
ketika ia berdiri di depan kelas. Bukan sekedar faktor keahlian belaka yang
menyebabkan luruhnya rasa percaya diri. Tapi juga bisa jadi karena faktor murid
itu sendiri atau karena faktor-faktor lainnya.
Sebagian guru memang menghadapi fenomena tersesat dalam
bidang yang berbeda dari latar yang ia pelajari. Misalkan seorang sarjana S1
Matematika ditugaskan untuk mengajar bahasa indonesia. Tentu saja ini sangat
mengganggu profesionalisme. Tak ayal, ketika dia mulai berada di depan kelas,
ia merasa gelagapan. Walau mungkin hal ini bisa menghilang asalkan sang guru
mulai beradaptasi dengan amanah pengajaran yang diembannya.
Ada juga guru yang merasa nervous dan tersiksa akibat ulah
murid-muridnya yang ‘kurang ajar’. Alih-alih dia yang menguasai kelas, justru
ia sendiri yang merasa dikuasai oleh anak didiknya sendiri. Seharusnya, guru
mempunyai power dan tidak merasa kecil di hadapan anak didiknya sendiri.
Selain fenomena di atas ada juga guru yang menerapkan metode
militer di depan kelas. Ia tidak pernah tersenyum di hadapan peserta didik.
Alih-alih menyapa mereka dengan hangat di setiap awal pelajaran, sang guru
melenggang di bawah tatapan muridnya yang canggung. Tidak ada kehangatan yang
melingkupi kelas selain aura dingin yang sangat menyiksa.
No comments:
Post a Comment