Kalau kita bisa analogikan, antara seseorang yang berjalan
di atas jalan Rabbnya (kebenaran) dengan seseorang yang tidak berjalan di atas
jalan Kebenaran seperti seorang anak yang dibimbing oleh ibunya dan seorang anak
yang tidak pernah dibimbing oleh ibunya bahkan tidak mengenal ibunya sama
sekali. Hasilnya pasti akan berbeda.
Tapi kenapa selalu ada orang yang masa bodoh dengan jalan
kebenaran. Ia tidak mau tahu dengan hakikat kebenaran. Hatinya sudah terlalu
jumawa untuk menerima kebenaran itu sendiri.
Ia berjalan seakan-akan ia tidak
mempunyai tujuan. Atau bisa saja ia mempunyai tujuan, tapi tidak jelas apa
tujuan yang ia inginkan. Atau bisa juga ia mengetahui dengan jelas apa tujuan
hidupnya tapi kita tidak pernah yakin bahwa tujuannya itu dalam jalur yang
benar. Justru tujuan hidup orang-orang yang jauh dari Allah selalu
berseberangan dengan kebenaran yang hakiki.
Orang yang tidak pernah dibimbing oleh Allah akan
mengacuhkan tanda-tanda-Nya. Ia tak peduli dengan ajaran-ajaran yang bernilai
kemaslahatan. Baginya, ajaran agama hanya mengekang dan membuatnya tidak bebas.
Tapi justru sebaliknya, dengan tampa aturan yang benar, ia tak akan pernah
merasakan muara dari kebahagiaan dan pengharapan. Hatinya akan selalu hampa
dari ketentraman. Bisa jadi ia mendapatkan ketentraman, tapi yakinlah,
ketentraman itu hanya ketentraman semu yang menipu.
Bisa jadi ia merasa tentram
di pelukan seorang pelacur atau jarum suntik narkoba. Tapi kita tidak bisa
menjamin ia akan tentram setelah ia melakukan itu semua. Ia akan merasa gelisah
ketika penyakit mulai menghampiri tubuhnya. Ia mulai resah ketika usia
menggerogoti kesenangannya dan menghantarkannya menuju kebinasaan.
Beruntung kalau sekiranya ia tersadar
di usia senja dan mulai menebus semua kesia-siaan dari masa mudanya. Tapi
sayangnya, tidak sedikit yang masih merasa bingung dengan jalan kebenaran sampai
hembusan nafas terakhirnya. Karena kesombongan yang telah mengakar di hatinya.
Maka, janganlah kita melupakan hakikat diri kita. Dari mana
kita berasal, sedang dimana kita berada, dan akan kemana kita berjalan. Berilah
pikiran kita waktu untuk merenungkan hal ini walau hanya beberapa saat saja.
Sebelum semuanya terlambat. Ya, sebelum kau merasa terlambat dan menyesal
seutuhnya.
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah
yang mendapat petunjuk. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka
merekalah orang-orang yang rugi. ( QS. Al-Araf: 178)
No comments:
Post a Comment