Beberapa tahun lamanya anas bin malik telah menjadi pembantu
rasulullah saw. Oleh karena itu, tidaklah heran jika ia mengetahui secara detail
prikehidupan rasulullah saw yang sangat sederhana. Misalnya saat berbuka puasa,
rasulullah sering kali hanya meminum susu hanya karena tidak aada makanan yang
lain.
Berkata anas bin malik,” suatu hari aku mempersiapkan
minuman untuk bearbuka rasulullah, tapi beliau terlambat dating. Karena aku
menduga rasulullah memenuhi undangan berbuka puasa dari temannya maka minuman
itu aku minum. Setelah agak larut malam beliau dating.dari seseorang yang dating
baersama beliau akhirnya saya tahu bahwa beliau belum berbuka sama sekali dan
aku telah keliru.anda bias bayangkan beatapa takut dan malunya aku. Aku takut
rasulullah menanyakan minuman itu. Tetapi apa yang terjadi? Mengetahui
minumannya telah habis, rasulullah menahan lapar dan dahaganya tanpa menanyakan
minumannya kepadaku sampai terbitnya fajar.”
Pada suatu kondisi yang membolehkan kita marah, pada status
yang semua orang pun akan mengatakan wajar jika kita marah, pada tataran semua
orang akan menolerir jika kita marah,
dalam situasi yang demikian membuat layak serangkaian kalimat marah bias
tertumpah. Namun dalam tatanan hidup meneladani rasulullah pada semua kondisi
dan situasi yang lazimnya seorang marah justru menahan marah. Bahkan tidak
memunculkannya dalam aura seacara langsung. Inilah akhlak teladan yang
diperbuat dalam kehidupan rasulullah. Jiwa yang agung itu telah mencontohkan
bagaimana jiwa yang tercelup keimanan yang kokoh bias menguasai hatinya dari
sikap marah.
Nafsu amarah hanya berlaku untuk orang-orang yang bodoh dan
keras hatinya. Marah yang tidak terbendung adalah umpan setan untuk bias menguasai
jiwa seseorang dan membutakan mata hati dan akalnya. Sebaliknya, seorang muslim
yang baik adalah seorang muslim yang mampu memanage marahnya sesuai dengan apa
yang dicontohkan rasulullah pada kisah diatas. Semoga kita menjadi pribadi
penuh kasih saying yang selalu menebar kebaikan terhadap sesame dan jauh dari
nafsu dan amarah yang membutakan hati nurani
No comments:
Post a Comment