Hal yang paling menyebalkan ketika menjadi santri adalah
harus mengantri. Mengantri dalam hal apa pun. Terutama untuk urusan mandi dan
makan. Kalian bayangin aja. Penduduk satu asrama yang rata-rata berjumlah dua
puluh harus ngantri di kamar mandi yang hanya dua buah. Mana harus tepat waktu
pula untuk masuk kelas. Setengah jam harus kelar semua.
Biasanya saya menyiasatinya dengan menyimpan gayung di dalam
kamar mandi. Dan ada juga lho sebagian pesantren yang mempunyai kamar mandi
jamaah. Kamar mandi jama’ah? Iya, jadi satu kamar mandi bisa muat sampe lima orang sekaligus. Tapi dengan syarat,
nutup aurat walau pun di depan sesama jenis. Ya, paling barter pake CD. Tapi tak
sedikit juga sih yang nggak punya malu dengan te****ang. Hehehe
Yang paling enek adalah ketika kamu harus terburu-buru mandi
karena pintu kamar mandi digedor-gedor. Saya yang secara naluriah suka pedikur
medikur jadi terusik dan semaput mencoba mandi secepat yang saya bisa. Mana belum
sampoan lagi. Tapi itulah intinya, kita harus mandi secara efisien supaya yang
lain kebagian air dan tentunya kebagian waktu yang sempit hingga bel masuk
berbunyi. Jadi, jangan harap kamu bisa ngayal dan ngelamun sambil BAB di kamar
mandi ponpes ya.
Waktu makan yang tiga kali dalam satu hari juga nggak jauh
beda. Sampe kakimu pegal nunggu giliran piringmu mampir di bibi pelayan dapur.
Ternyata yah, budaya ngantri itu sudah diajarkan di
pesantren. Jadi, lucu jadinya kalo santri suka nyerobot antrian orang lain.
No comments:
Post a Comment