Kita sepantasnya bersyukur atas segala anugerah yang telah Allah berikan kepada kita. Anugerah dan nikmat yang Ia berikan tak akan bisa
kita hitung dan tak bisa ditukar dengan barang apa pun yang kita punya, karena sejatinya
–bahkan- yang kita punya pun adalah kepunyaan Allah.
Diri kita sendiri adalah
kepunyaan-Nya. Hanya Allah yang menggenggam kehidupan kita.
Kita patut untuk bersyukur atas keislaman dan keimanan kita.
Penghulu dari segala nikmat adalah kita berada dalam kimananan dan selalu ruku
dan bersujud untuk-Nya.
Bandingkan dengan orang-orang non muslim yang mereka
sama sekali tidak memiliki keimanan yang hanif seperti kita. Kita bersyukur
sekaligus memohon kepada Allah untuk mengokohkan keimanan kita sampai nafas
terakhir kita kelak.
Kita mesti beryukur atas segala kecukupan yang telah Allah
anugerahkan dalam kehidupan kita. Betapa banyak saudara kita yang hidup dama
kondisi serba kekurangan. Terkungkung oleh kelaparan yang menjerat mereka.
Tidak mempunyai tempat tinggal unutk bernaung dari panas dan hujan.
Bersyukurlah dengan adanya kedua mata kita yang bisa melihat
secara sempurna. Renungkanlah, betapa kegelapan menyelimuti kehidupan sebagian
saudara-saudara kita yang buta alias tidak bisa melihat kedua matanya. Mereka
tidak bisa melihat warna dan rupa. Gelap mengungkungi hari demi hari.
Bersyukurlah ketika kita mampu menggerakan kedua tangan dan
kaki kita. Betapa banyak saudara kita yang tidak mempunyai anggota badan yang
sangat vital tersebut. Beraktifitas hanya tergantung terhadap uluran tangan
orang lain. Atau punya kaki dan tangan tapi lumpuh dan layu. Tidak ubahnya
seperti orang yang tidak punya sama sekali.
Bersyukurlah terhadap kondisi yang aman dan ketentraman
hari-hari kita, nyenyaknya tidur kita, dan tawa yang masih bisa lepas dari
mulut kita. Betapa banyak saudara-saudra kita yang harus menjalani hari-harinya
di tanah yang dilanda perang dan kejahatan. Setiap waktu harus waspada dengan
bom dan desingan peluru. Sedikit sekali mereka tidur.
Bersyukurlah atas kehidupan yang bebas sebebas burung yang
terbang menembus cakrawala. Karena tidak sedikit orang-orang yang harus
menjalani hari-harinya di balik jeruji besi. Bahkan tidak bisa menatap sinar
matahari sama sekali. Hidupnya hanya terbatas pada ruangan beberapa meter yang
pengap dan lembab. Sementara kita masih bisa beraktifitas, bereksplorasi dan
bekerja untuk kehidupan yang lebih baik.
Dari rasa syukur, tanpa kita sadari akan muncul rasa empati
terhdap sesama kita. Empati adalah kondisi dimana kita sadar atas apa yang kita
punya dan orang lain tidak punya. Dengan adanya empati, kita terdorong untuk
membantu sesama dan tercipta ikatan sosial yang kokoh.
Dengan adanya rasa syukur, kita terhindar dari sifat serakah
yang banyak menjerumuskan orang-orang dalam kubangan kenistaan. Yang mendorong
timbulnya sifat serakah adalah perasaan yang selalu merasa kurang. Orang yang
serakah merasa tidak yakin dan ragu akan jaminan rezeki dari Allah yang Maha Pemberi rzeki.
Cukuplah kisah Qarun yang terbenam kedalam bumi menjadi contoh
bagaimana kesudahan orang-orang yang serakah terhadap harta. Cukuplah kisah
orang-orang yahudi yang dikutuk menjadi kera menjadi bahan pelajaran, bagaimana
kesudahan orang-orang yang tamak dengan kehidupan dunia.
Wallahu a’lam bishowab
(100 renungan keimanan , husni mubarok)
No comments:
Post a Comment