22 Apr 2015

SENDIRI

Husni Mubarok
Manusia datang dan pergi dalam keadaan sendiri dan tidak membawa apa-apa kecuali jiwanya. Lahir dalam keadaan sendiri dan akan terbenam ke dalam kubur dalam keadaan sendiri juga. Tapi, ketika kehidupan manusia ada di dunia, maka ia tak akan lepas dari pengaruh.
Ibu memberinya pengaruh dengan ASI yang ia berikan kepada bayinya. Keluarga, teman, lingkungan dan kecenderungan akan memberinya pengaruh yang signifikan. Kehidupan akan membawanya kepada interaksi yang terus menerus. Itulah kehidupan.
Bahkan kesuksesan yang ia peroleh. Rasa bahagia dan segala fasilitas hidup yang ia nikmati sejatinya adalah campur tangan dari orang-orang di sekitarnya. Ada pengaruh dari doa teman-temannya dan kerabatnya .  bahkan pengaruh itu sendiri akan terus mengalir walau ia sampai pada liang kubur sekali pun. Pengaruh masih membuntuti jasad kita yang terbujur daengan untaian doa-doa dari sahabat dan kaum kerabatnya
Tapi tidak selamanya kesendirian itu sebuah sifat yang tercela. Ada kesendirian yang bahkan merupakan hal yang sangat terpuji. Seorang hamba yang beribadah kepada allah dengan sembunti-sembunyi adalah sifat terpuji. Ia tak ingin orang lain melihatnya. Bukan sebaliknya, banyak yang mengumbar-umbar amal yang ia kerjakan hanya untuk mendapat sanjungan dan tempat di hati masyarakat.
Sendiri bisa menjadi tercela ketika kesendirian itu menghilangkan urgensi dari jiwa sosial, lapang dada dan menghargai satu sama lain. Sendiri bisa pula bermakna bahwa ia ingin menjadi seorang pribadi yang independen. Sifat keakuannya muncul. Bukan hanya kemandirian yang ia inginkan, tapi juga rasa egoistis yang memenuhi segala hasrat hidupnya. Segalanya seakan-akan bisa tercukupi oleh diri sendiri.
Menjadi diri sendiri bisa berarti bebas tanpa hambatan. Tidak perlu mengidahkan aturan-aturan dan norma yang berlaku. Toh dia yang bertanggung jawab terhadap dirinya. Jadi, ia tak peduli dengan nasihat-nasihat orang-orang yang mengasihaninya. Ia tak mau mendengar petuah dan apalah itu yang  bisa mengganggu prifasinya tanpa batas.
Kesendirian juga beresiko tercerabutnya rasa empati, sopan santun dankehangatan dalam berinteraksi satu sama lain. Tak ada lagi rasa hormat dan saling mengasihi dalam tatanan interaksi social. Menganggap enteng dan remeh orang-orang di sekitarnya karena menganggapnya lebih bawah levelnya. Atau paling tidak, merasa diri setara.
Ada juga kesendirian yang telah digambarkan oleh rasulullah dalam sebuah haditsnya.
“barang siapa yang keluar dari jamaah kaum muslimin, maka dia mati dalam keadaan mati jahiliah (al-hadits)

Maka, kesendirian bisa disebut juga sebagai keluar dari barisan ikhwan seakidah. Ia tak ubahnya seperti seekor kambing  yang berpisah dari kelompoknya. Dan serigala akan mengincar kambing yang sendiri dari pada gerombolan kambing lainnya. Jadi, kesendirian kita akan berdambak buruk. Bahkan membahayakan bagi diri kita. Bahaya bagi jiwa bahkan keimanan kita. Bisa saja kesendirian kita akan membuka keran-keran kebebasan dan bisikan setan sehingga simpul-simul syariat akan kita lepas atau tanpa sadar terlepas dari hati kita. Wallahu a’lam
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment