Husni Mubarok
Manusia datang dan pergi dalam keadaan sendiri dan tidak
membawa apa-apa kecuali jiwanya. Lahir dalam keadaan sendiri dan akan terbenam
ke dalam kubur dalam keadaan sendiri juga. Tapi, ketika kehidupan manusia ada
di dunia, maka ia tak akan lepas dari pengaruh.
Ibu memberinya pengaruh dengan ASI yang ia berikan kepada
bayinya. Keluarga, teman, lingkungan dan kecenderungan akan memberinya pengaruh
yang signifikan. Kehidupan akan membawanya kepada interaksi yang terus menerus.
Itulah kehidupan.
Bahkan kesuksesan yang ia peroleh. Rasa bahagia dan segala
fasilitas hidup yang ia nikmati sejatinya adalah campur tangan dari orang-orang
di sekitarnya. Ada pengaruh dari doa teman-temannya dan kerabatnya . bahkan pengaruh itu sendiri akan terus
mengalir walau ia sampai pada liang kubur sekali pun. Pengaruh masih membuntuti
jasad kita yang terbujur daengan untaian doa-doa dari sahabat dan kaum
kerabatnya
Tapi tidak selamanya kesendirian itu sebuah sifat yang
tercela. Ada kesendirian yang bahkan merupakan hal yang sangat terpuji. Seorang
hamba yang beribadah kepada allah dengan sembunti-sembunyi adalah sifat
terpuji. Ia tak ingin orang lain melihatnya. Bukan sebaliknya, banyak yang
mengumbar-umbar amal yang ia kerjakan hanya untuk mendapat sanjungan dan tempat
di hati masyarakat.
Sendiri bisa menjadi tercela ketika kesendirian itu
menghilangkan urgensi dari jiwa sosial, lapang dada dan menghargai satu sama
lain. Sendiri bisa pula bermakna bahwa ia ingin menjadi seorang pribadi yang
independen. Sifat keakuannya muncul. Bukan hanya kemandirian yang ia inginkan,
tapi juga rasa egoistis yang memenuhi segala hasrat hidupnya. Segalanya
seakan-akan bisa tercukupi oleh diri sendiri.
Menjadi diri sendiri bisa berarti bebas tanpa hambatan.
Tidak perlu mengidahkan aturan-aturan dan norma yang berlaku. Toh dia yang
bertanggung jawab terhadap dirinya. Jadi, ia tak peduli dengan nasihat-nasihat
orang-orang yang mengasihaninya. Ia tak mau mendengar petuah dan apalah itu
yang bisa mengganggu prifasinya tanpa
batas.
Kesendirian juga beresiko tercerabutnya rasa empati, sopan
santun dankehangatan dalam berinteraksi satu sama lain. Tak ada lagi rasa
hormat dan saling mengasihi dalam tatanan interaksi social. Menganggap enteng
dan remeh orang-orang di sekitarnya karena menganggapnya lebih bawah levelnya.
Atau paling tidak, merasa diri setara.
Ada juga kesendirian yang telah digambarkan oleh rasulullah
dalam sebuah haditsnya.
“barang siapa yang keluar dari jamaah kaum muslimin, maka
dia mati dalam keadaan mati jahiliah (al-hadits)
Maka, kesendirian bisa disebut juga sebagai keluar dari
barisan ikhwan seakidah. Ia tak ubahnya seperti seekor kambing yang berpisah dari kelompoknya. Dan serigala
akan mengincar kambing yang sendiri dari pada gerombolan kambing lainnya. Jadi,
kesendirian kita akan berdambak buruk. Bahkan membahayakan bagi diri kita.
Bahaya bagi jiwa bahkan keimanan kita. Bisa saja kesendirian kita akan membuka
keran-keran kebebasan dan bisikan setan sehingga simpul-simul syariat akan kita
lepas atau tanpa sadar terlepas dari hati kita. Wallahu a’lam
No comments:
Post a Comment