“Jika Aku menguji seorang hamba dari hamba-Ku yang beriman,
lalu dia memuji-Ku atas apa yang aku timpakan kepadanya, sesungguhnya dia
bangun dari tempat tidurnya sebagaimana saat ia dilahirkan ibunya, dari
kesalahan.” (HR. Imam Ahmad)
Agama ini telah mengajarkan kepada kita untuk memulai yang
baik dengan yang baik pula. Mengawali yang penting dengan urusan sama
pentingnya. Karena, jika awalnya dimulai dengan hal yang baik, maka hasilnya
pun akan jauh berlipat-lipat lebih baik.
Jika kita memulai hari kita dengan mengaggapnya hari yang
penting, karena kita akan menghadapi berbagai urusan yang penting pula, maka
endingnya, akan ada rasa optimisme yang begitu tinggi.
Hal yang baik dan penting untuk mengawali itu semua adalah
hamdalah. Kalimat pujian untuk Alllah swt. Rabb pencipta alam, Rabb yang masih
memberikan kita nikmat kehidupan tanpa kita sadari di setiap pagi kita.
Memberi
kita nikmat kesehatan dengan segala sarana yang tak pernah kita renungkan sama
sekali. Kita selalu menganggap ringan, tau paling tidak kadang merasa bahwa
kalimat sederhana yang bernama hamdalah itu adalah kaliamat yang ringan dan
tidak mempunyai keistimewaan, tapi di sisi allah, kalimat itu adalah sangat
berat timbangannya.
Dengan memulai hamdalah di awal hari kita, kemudian
mengulanginya di setiap awal aktifitas kita, maka hujan keberkahan akan terus
menerpa kita. Rahmat dan hidayah Allah akan selalu menaungi kita. Dengan
hamdalah itu, tanpa kita sadari, keberkahan akan muncul dalam segala desah
nafas yang kita keluarkan. Bisa jadi kebrkahan itu berupa rizki yang berlimpah,
kesembuhan dari suatu penyakit, kemudahan-kemudahan dalam menghadapi masalah
demi masalah, terhindar dari bahaya, rasa tenang dan tentram yang muncul di
dalam hati, dan sebagainya.
Lagi pula, kalimat hamdalah ini adalah kalimat para penghuni surga. Allah sudah menjadikan
kalimat hamdalah adalah kalimat yang terus berkumandang dari para penghuni
surga. Mengucapkannya adalah sebuah kenikmatan dan refleks keluar dari
mulut-mulut para hamba yang dirahmati. Itu yang disebutkan dalam hadits Rasulullah ketika menerangkan tentang para penghuni surga.
“Sesungguhnya para penghuni surge makan dan minum di
dalamnya. Mereka tidak meludah, tidak buang air kecil, tidak buang hajat dan
tidak ingusan. Sahabat kemudian bertanya; bagaimana dengan makanannya?
Rasulullah menjawab; sendawa dan keringat mereka seperti minyak kesturi. Mereka
diilhami tahmid dan tasbih seperti kalian diilhami nafas.” (HR. Muslim)
Selain hal di atas, kalimat hamdalah juga menjadikan sebuah
identitas yang melekat. Menjadi tanda bahwa yang mengucapkannya adalah seorang
muslim yang mengakui keimanan dan mengesakan Allah sebagai rabbnya.
Hamdalah adalah senjata yang Allah ajarkan kepada kita dalam
semua situasi. Sulit atau pun mudah.
Sehat atau pun sakit, duka atau pun bahagia, seorang muslim akan terus
mengucapkan hamdalah untuk Rabb-nya. Karena, hanya Allah yang menjadi tempat
bergantung dalam semua keadaan. Semua situasi dan keadaan yang menimpa diri
kita sejatinya dari Allah swt.
Ketika Rasulullah saw, mendapatkan karunia yang menggembirakan,
beliau mengucapkan,” alhamdulillahiladzi
bini’matihi tatimmush sholihat “ segala puji bagi allah, yang dengan
nikmatnya alam-amal soleh menjadi sempurna.
Sedangkan ketika beliau dalamkesulitan beliau mengucapkan,”
Alhamdulillah ‘ala kulli hal.” Segala pujibagi allah untuk segala keadaan”
[100 renungan keimanan]
No comments:
Post a Comment