Nur tersentak kaget ketika ia mendengar langkah kaki di
lantai. Langkah-langkah itu semakin dekat dan terdengar lebih banyak dari
biasanya. Hatinya semakin berdetak kencang dan menanti, kira-kira kejutan apa
lagi yang akan ia terima dari om pendi atau tante viola pada malam ini.
Suara pintu yang diputar kenopnya beberapa kali dari balik
pintu membuat nur semakin yakin bahwa itu adalah om pendi. Tapi, ia berpikir
bisa jadi itu adalah para polisi yang akan menyelematkannya dari sini. Bisa
saja hal itu terjadi. Mengingat, tadi sore nur melempar kertas itu dan mungkin
saja kertas itu ditemukan seseorang dan orang tersebut melaporkannya ke polisi.
Pintu tak juga terbuka. Hanya decitan-decitan kenop yang
seret oleh karat.
“dobrak saja.”seru seseorang dari luar sana. Sementara nur
menanti dalam diam dan berharap polisi yang dating. Lagi pula, mana mungkin om
pendi dating tanpa membawa kunci dan mendobrak pintu.
Pintu digedor-gedor dengan keras. Seperti dipukul oleh
benda keras. Beberapa saat lamanya,
engsel paling atas lepas. Gedoran tidak berhenti sampai pintu itu benar-benar
lepas dengan sempurna. Hamper saja nur tertimpa daun pintu jati itu jika ia
tidak bergeser ke pojokan ruangan.
Nur menengadahkan kepalanya. Rasa gembira tiba-tiba
membuncah dari dadanya ketika ia melihat sosok-sosok yang berdiri menjulang di
hadapannya. Para polisi telah dating.
Nur segera berdiri meski menahan ngilu dan nyeri. Ia
menangis dan menghiba.”tolong saya pak. Bawa saya dari sini.”
Seseorang dari mereka menyentuh pundak nur dan berkata.”tenang
dik, kita akan membawamu dari sini. Kamu aman sekarang.”
Nur mengangguk dan menyeka air matanya.”terimakasih pak.
Bagaimana bisa bapak tahu saya berada disini?”Tanya nur. Walau nur yakin, bahwa
idenya untuk melempar kertas berhasil dengan sukses, tapi setidaknya ia ingin
lebih yakin lagi denan penuturan dari mulut polisi itu sendiri.
“lebih baik kita menjelaskannya di kantor polisi nanti. Lagi
pula, ada banyak pertanyaan dan penyelidikan yang kami butuhkan mengenai kasus
yang menimpa adik.”terang seorang yang tanpaknya lebih senior.”sekarang, ikut
kami.”
Nur mengangguk. Para polisi itu segera menuruni tangga.
Terahkhir nur dan polisi yang menanyainya tadi.
****
Sepanjang perjalanan itu nur hanya diam dan tak
henti-hentinya mengucap rasa syukur di bibirnya. Allah telah menunhjukan
kuasanya. Ia telah menjawab keresahannya dengan perantara ide melempar kertas
yang tiba-tiba saja muncul di benaknya. Dari hal ini, nur semakin yakin, bahwa
ia tak seharusnya berputus asa dari pertolongan allah.
Mobil patrol polisi itu berhenti di depan kantor polisi. Nur
turun dan mengikuti pak polisi yang tadi menanyainya.
Nur duduk di kursi setelah dipersilakan sebelumnya. Duduk
pula seorang remaja lelaki tanggung di sebelahnya. Beberapa polisi berdiri di
sekitar mereka. Salahseorang yang tadi menanyai nur duduk di depan meja dan
mengambil beberapa map. Kemudian menayakan computer dan menatap nur.
“siapa nama kamu?”tanyanya.
“nurani pak. Panggilan nur.”jelas nur.
“coba jelaskan pada kami, bagaimana kamu bisa disekap di
gedung bekas pabrik eskrim itu.”pinta pak polisi itu.
Nur menghela nafas. Ia pun mulai menceritakan semuanya sejak
ia kabur bersama ninon hingga diculik oleh om pendi dan disekap di gedung
tersebut.
“bagaimana bapak bisa menemukan saya disana?”nur balik
bertanya karena rasa penasarannya.
Pak polisi itu mengerutkan keningnya.”bukannya kamu yang
menulis surat di kertas bungkus nasi itu?”ujarnya sembari mengeluarkan kertas
itu dari saku bajunya.”ini bukan?”
Nur tersenyum lebar dan mengucapkan hamdalah beberapa
kali.”ya pak. Siapa yang menemukannya? Saya ingin berterimakasih kepada orang
tersebut.”
“dia.”ujar pak polisi sembari mengangkat dagunya dan melirik
kea rah tono yang sedari tadi duduk di samping nur. Nur menatap anak remaja itu
dan tersenyum tulus. Matanya berkaca-kaca saking terharu.”makasih ya dik, kamu
baik banget mau meluangkan waktu untuk saya.”nur menyeka beberapa bulir air
mata haru dari kedua kelopak matanya.
Tono tersenyum lebar.”sudah keharusan saya untuk menolong
orang yang dalam bahaya mbak.”
Nur mengangguk dan mengucapkan terimakasihnya untuk yang
kedua kalinya.
“sekarang kamu tidak keberatan kan untuk memberitahu kami
dimana tante viola dan om pendi tinggal. Seperti ceritamu tadi, jelas mereka
sangat berbahaya dan tidak boleh dibiarkan.”pinta pak polisi lebih lanjut.
Nur terdiam. Ia tamp[ak khawatir dan air mukanya berubah.
Seperti ketakutan dan merasa ragu untuk menceritakan keberadaan mantan
majikannya itu.
“jangan takut! Jika kamu membiarkan mereka, justru kamu akan
selalu dalam bahaya. Apalagi jika mereka menyadari bahwa kamu lolos dari
mereka. Lagi pula bisa saja korban akan semakin banyak jika tantemu it uterus
dibiarkan. Polisi harus segera menindak mereka.”terangnya kemudian.
Nur mengangguk.”baiklah.”
“tapi untuk saat ini kamu boleh pulang. Teman bapak akan
mengantarmu sampai rumah. Besok kami akan menjemput kamu untuk penyelidikan
lebih lanjut.”
Nur mengangguk dan tersenyum untuk kesekian kalinya. Ia
sudah rindu bertemu ustadzah khodijah. Perempuan itu pasti sudah sangat mengkhawatirkan
dirinya selama tiga hari yang lalu. Begitu juga dengan yadi. Rasanya nur ingin
segera sampai ke rumah ustadzah dan menceritakan segalanya.
Nur berlalu dari ruangan kantor polisi diiringi oleh
beberapa orang polisi.
No comments:
Post a Comment