Nur memeluk ninon dengan erat. Rasanya ia tak tega berpisah
dengan sahabat baiknya itu. Setelah kehilangan sekar untuk selamanya, ia tak
ingin ninon meninggalkannya sendiri di ibukota. Ninon juga merasakan hal yang
sama, ia merasa berat berpisah dengan nur.
“kamu jangan lupa sama aku ya ninon.”
“tentu dong nur. Lagi pula aku juga punya fernandes yang
menyayangiku. Jadi, bisa jadi aku kembali ke sini. Mudah-mudahan kamu mendapat
pekerjaan baru disini.”
“doakan saja semoga tante viola tidak menemukanku. Atau jika
ia tahu keberadaanku, semoga ia tak menggangguku.”
Ninon mengangguk dan menatap sahabat karibnya lekat-lekat.
Kemudian ia melangkah pergi dan menaiki bis budiman yang sudah mau berangkat.
Nur melambaikan tangannya. Air mata menganak sungai di kelopak matanya.
Tiba-tiba seseorang menggenggam pergelangan tangannya dari
arah belakang.”kamu nggak kenapa-napa kan?”tanyanya dengan tersenyum ramah.
Nur serta merta menghapus air matanya dan pipinya bersemu
merah.”enggak.”jawabnya pendek dan membalas senyum tulus kepada orang yang
muncul tiba-tiba itu. Yadi.
“ayo!”seru yadi sembari menggandeng tangan nur menuju mobil
kijang yang terparkir di pinggir terminal.
“ini mobilmu yadi?”Tanya nur ketika mereka sudah membelah
jalanan ibukota menuju rumah yadi, lebih tepatnya rumah kosan yadi.
“bukan, ini punya bosku.”jawab yadi.
“kamu belum menceritakan semua tentang kamu kepadaku
yadi.”seru nur dengan wajah gemas.
“begitu juga kamu. Kamu belum menceritakan semua tentang
kehidupanmu. Oke, mala mini kita saling berbagi. Biar impas.”ujar yadi dengan
tersenyum lebar.
****
“jadi kamu sudah berkeluarga yadi?’tanya nur terkejut.
Tiba-tiba nur merasakan ada haw panas di dalam hatinya. Diam-diam ia mengakui
bahw ia cemburu dengan wanita yang berhasil menjadi istri yadi. Entah kenapa,
dihatinya timbul rasa sayang dan kagum terhadap lelaki yang belum lama ini ia
kenal. Ia merasa terpikat dengan kepribadiannya yang apa adanya dan peduli
dengan sesamanya.
“ya, bahkan aku sudah punya seorang anak.”
Untuk kedua kalinya nur merasa terkejut. Pupus sudah
harapannya untuk bisa mencintai yadi sepenuh hati. Lelaki itu sudah ada yang
punya. Ia mempunyai istri dan anak yang mencintainya dan diintainya. Apa haknya
untuk mencintai suami orang lain dan menyayangi seorang bapak dari seorang anak?
“kamu pernah bilang bahwa kamu punya masalah ketika kamu
dulu bercerita di kafe. Tapi kamu tak jadi menceritakan masalahmu.”pancing
nur.”boleh aku tahu yadi? Siapa tahu aku bisa memberimu solusi.”
Yadi tertawa sarkastis.”bagaimana kamu bisa membantuku sementara
dirimu sendiri sedang dalam masalah saat ini.”
“kan kamu pernah bilang bahwa kita harus saling
berbagi.”bantah nur dengan tersenyum lebar.
yadi tertawa. Begitu juga dengan nur. Mereka menikmati
kebersamaan itu. Diam-diam arasa cinta tumbuh di hati mereka masing-masing.
Meski mereka meyakini bahwa tidak seharusnya rasa cinta itu datang.
Tapi yadi merasa tidak enak ketika nur harus berada di
kosannya. Maka dengan halus ia mengutarakan keberatannya ktu.”aku tak ingin ada
gunjingan tetangga terhadap kita nur. Bisa jadi mereka melaporkanku kepada bos.
Dan seatelah bos tahu aku memasukan seorang wanita ke dalam rumah, aku tak tahu
apa dan bagaimana reaksinya nanti.”ujar yadi dengan hati-hati.
Nur menghela nafas. Benar apa yang dikatakan yadi barusan.
Bisa jadi yadi dipecat dan ia kehilangan pekerjaannya hanya karena dirinya yang
lancang menginap semalam. Lalu bagaimana yadi menghidupi istri dan anaknya jika
ia tak bekerja lagi.”aku menyadari itu yadi. Lalu apa yang harus aku lakukan.”
yadi terdiam. Ia tampak berpikir keras.
yadi terdiam. Ia tampak berpikir keras.
“mungkin kamu punya kenalan atau seseorang yng bisa
dipercaya. Aku siap dimana pun aku menginap, asalkan aman.”ujar nur.”tapi maaf
sebelumnya ya, aku telah merepotkanmu dengan kehadiranku di sini.”
Yadi tersenyum. Senyumnya tulus sekali, dan itu membuat nur
semakin kagum dan mencintai yadi sepenuh hati.’tidak nur. Aku berkewajiban
untuk menolongmu dari masalah ini. Tunggu, biar aku ingat-ingat. Aku punya
banyak teman di Jakarta. Siapa tahu ada yang mau menampungmu untuk sementara
sampai aku bisa menemukan pekerjaan yang cocok untukmu.”
Nur merasa terharu mendengar penuturan yadi barusan. Ia tak
memungkiri bahwa lelaki itu menyayanginya. Entah rasa sayang karena simpati
dengan deritanya atau karena cinta layaknya seorang lelaki terhadap wanita.
Tapi nur tak ingin berharap lebih selain bahwa yadi menolongnya dengan berdasar
karena simpati belaka. Tak lebih dari itu.
“oh iya, aku ingat. Aku punya kenalan seorang ustadzah.
Kebetulan ustadzah itu sering main ke rumah majikanku. Dia orangnya ramah dan
terbuka. Lagi pula aku cukup mengenalnya.”
Nur merasa sumringah, walau di hatinya timbul rasa was-was
kerika harus berpisah dengan yadi.”kalau begitu kamu bisa membawaku ke sana.”
Dan tak menunggu lama, yadi dan nur berangkat ke rumah
ustadzah yang dimaksud. Ustadzah aminah namanya. Benar apa yang dikatakan yadi,
ustadzah itu sangat baik hati. Bibirnya yang tipis selalu tersenyum dihadapan
orang yang berbicara dengannya. Ada gurat-gurat kecantikan yang tersisa di
wajahnya. Ia merasa begitu antusias menerima nur di rumahnya. Apalagi ketika
mendengar penuturan yadi tentang apa yang menimpa nur selama ini. Dari mulai
pertemuannya di bar,sampai niatan nur untuk berubah dan melarikan diri setelah
kasus meinggalnya sekar. Bahkan ustadzah aminah tak kuasa menahan air mata. Ia
memeluk nur dan nur pun menangis di pelukannya. Ia merasa terharu dengan
kepedulian ibu aminah. Ia tiba-tiba teringat ibunya. Dalam pelukan ibu aminah
ia merasakan kehadiran sosok ibu yang selama ini ia rindukan.
“kamu tak akan menyesal nur. Ingat, allah akan mendidikmu
menjadi wanita yang dewasa dan tegar. Lagi pula kamu sudah berjanji untuk
berubah dan kembali ke jalan-Nya yang
lurus.”ujar ustadzah aminah sembari menyeka air mata yang masih tersisa di
kedua kelopak matanya yang sembab.
Nur kembali terisak dan mengucapkan terimakasih dengan
diliputi keharuan. Sementara yadi hanya melihat adengan itu dengan hati yang
sama terenyuhnya.
“ibu ustadzah, saya mau pamit dulu.”ujar yadi sembari
berdiri dari tempat duduknya.
Ustadzah aminah tersenyum.”ya, hati-hati di jalan ya. Lagi
musim begal berkeliaran saat ini.”
“mana mungkin ada begal yang tertarik sama saya bu. Saya mah
orang kere atuh.”seloroh yadi disertai tawa renyahnya.
Nur menatap kepergian yadi dengan berat hati. Tapi ia
mencoba meyakinkan dirinya bahwa yadi akan sering datang menengoknya. “kamu
bakalan sering ke sini kan?”Tanya nur dengan ragu.
Yadi menghela nafas.”insya allah kalau ada waktu. Kamu nggak
usah khawatir tinggal disini.”ujarnya dan ia melangkah pergi.
Nur kembali berurai air mata. Ibu ustadzah aminah merangkul
pundaknya dan berkata,”tanpaknya kamu merasa berat ditinggalkan yadi nur.
Percayalah, kamu akan baik-baik saja.”
Nur mengangguk. Memang susah untuk melupakan orang yang selama itu selalu
menolong dengan tulus. Seakan ada kehampaan ketika harus berpisah dengan sosok
malaikat yang selama ini selalu ia harap dalam doa-doanya.
“angap saja rumah sendiri.”ujar ustadzah aminah sembari
duduk di sofa.”kamu tak usah sungkan sama ibu. Kamu bisa tinggal disini sampai
kapan pun kamu mau.”
Nur terdiam dan lirih mengucapkan terimakasih.
“justru ibu beruntung ada teman disini. Anak ibu di
pesantren semua. Hanya ada ibu dan si bibi yang menempati rumah ibu.”terang
ustadzah aminah dengan wajah yang sumringah.
“anak ibu ada berapa?”Tanya nur.
“ada dua. Yang pertama arif. Dia sedang menyelesaikan
program S1 di pondok pesantren khusus mahasiswa di jawa tengah. Yang kedua
nadia, dia duduk di kelas dua SMA.”
“sekarang ikuti ibu. Ibu ingin menunjukan kamar
tidurmu.”ujar ustadzah aminah. Ia berlalu ke ruang tengah diikuti oleh nur.
Mereka masuk ke sebuah kamar dengan cat warna pink dan hijau yang mendominasi.
Di dindingnya tertempel berbagai macam hiasan kaligrafi dan foto-foto gadis
cantik yang manis.
“ini kamar nadia. Kamu tinggal di sini saja.”
Nur mengangguk.”terimakasih ibu.”
“ya sudah, kamu istirahat saja dulu. Ibu akan menyiapkan
makan malam dulu bersama bibi inah.”
“saya ikut bantu saja bu.”tawar nur.
“nggak usah. Nanti kalau makan malamnya sudah siap akan ibu
panggil.”ujar ustadzah aminah dan berlalu pergi.
Nur menghela nafas dalam-dalam. Ia merasa lega telah
terdampar disini. Di rumah orang yang baik dan lewat perantara orang yang baik
pula. Ia yakin, allah tak akan menyia-nyiakannya. Semoga ia bisa melupakan
masa-masa pahit yang baru saja ia terlepas darinya. Dan yang nur harapkan,
semoga tante viola tak memikirkannya atau setidaknya tidak mencarinya dan
menemukannya di sini. Nur percaya, orang baik seprti ustadzah aminah dan yadi
akan selalu melindunginya.
No comments:
Post a Comment