Dengannya
kehidupan menjadi lebih berwarna. Tapi jika salah menyikapi maka kegelapan dan
duka lara akan menyelimuti kita. Dengannya tercipta berbagai kisah dan lakon
hidup manusia. Tidak sedikit air mata tumpah karenanya. Kadang air mata sedih
beriring lara, kadang air mata bahagia dengan derai tawa. Tak dipungkiri pula,
banyak darah tumpah karenanya. Banyak nyawa melayang hanya gara-gara dia.
Banyak hal-hal yang tak terduga karena dia. Dia adalah benda abstrak bernama
cinta.
Ya, cinta
memang abstrak. Namun semua orang ingin dan juga pernah merasakannya. Karena
cinta adalah fitrah manusia. Karena Tuhan menciptakan kehidupan ini dengan
cinta yang mengiringi kehidupan itu sendiri. Bahkan dari semenjak kita
berbentuk zigot, kita sudah merasakan cinta dari rahim seorang ibu. Hingga pada
akhirnya kita menjelma menjadi janin dan bayi seutuhnya.
Pada saat
lahir dengan tarikan nafas pertama kita, kita mendapat kecupan dan belaian dari
kedua orang tua. Lagi-lagi cinta menyambut kita dengan penuh suka cinta. Cinta
termanifestasikan dari air susu ibu dan belaian hangatnya.
Kita juga
diajarkan cinta dan kasih sayang. Kita bergaul dengan cinta dan tenggang rasa.
Kita tak pernah belajar konsep cinta, tapi naluri kita cenderung terhadap
cinta; kedamaian, kasih sayang dan persaudaraan.
SALAH KAPRAH
CINTA SYAHWATI
Ada orang
yang begitu cinta dengan hartanya. Saking cintanya, ia enggan untuk bersedekah
dan mengeluarkan zakat sekali pun. Bahkan kalau bias menambah harta dengan
berbagai cara dan jalan. Tak peduli halal dan haram. Tidak peduli segala
aturan. Semua dilabrak demi mendapatkan harta yang begitu indah dalam pandangan
matanya. Tak heran hawa nafsunya begitu mencintainya.
Ada orang
yang begitu cinta terhadap kekasihnya. Apa pun ia lakukan untuk menarik
perhatian orang yang dikasihinya. Apa pun ia berikan untuk orang yang
dikasihinya. Bahkan, semua penghalang yang dirasa menjadi kendala akan hal itu,
ia singkirkan demi mendapatkan cinta kekasihnya. Jika sudah didapat cinta itu,
ia tak segan-segan untuk berkorban demi kelangengan cinta tersebut. Tak peduli
cintanya itu merugikan orang-orang sekitarnya. Tak peduli cinta tersebut
melabrak norma-norma,adat dan agama. Tak peduli cinta itu akan merusaknya dan
merusak orang yang dicintainya.
Tak peduli cintanya
itu adalah cinta semu yang pada akhirnya akan menenggelamkannya. Karena ia
sudah terlena dengan kenikmatan semu sebagai pemanis cinta palsu. Ia tertipu.
Dua kondisi
di atas adalah contoh salah kaprah dalam menyikapi cinta. Cinta yang
benar-benar keluar dari hawa nafsunya. Bukan cinta berdasar naluri ilahiyah
yang bersemayam di setiap jiwa-jiwa yang suci. Cinta berdasar fitroh yang
hakiki. Cinta yang tunduk pada ketaatan atas tuhannya.
Dua kondisi
di atas bias disimpulkan bahwa; manusia cenderung mencintai harta dan mencintai
lawan jenisnya. Dua kondisi ini merupakan kecintaan yang begitu memukau dan
membuat kita bertahan dalam kehidupan. Bolehkan kita mencintai kedua hal
tersebut? Tentu saja boleh, bahkan harus. Karena kondisi ini sudah disetting oleh
sang pengatur kehidupan. Sudah naluri fitroh manusia untuk mencintai harta dan
sudah fitroh manusia untuk mencintai lawan jenisnya. Laki-laki tertarik
terhadap perempuan dan perempuan tertarik terhadap laki-laki.
Namun yang
jadi masalah adalah ketika dua hal tersebut kita cintai di luar batas kendali.
Bukan mencintainya di atas kerihoan sang pencinta, tapi mencintainya di atas
nafsu yang membara. Nafsu yang menginginkan kesenangan, ketamakan dan pemuasan
birahi. Tanpa tuntunan dan aturan sehingga merempak tatanan yang telah
disetting begitu apik dan indah. Maka jika sudah begitu, tatanan itu akan
hancur karena salah dalam menyikapi cinta. Yang terjadi adalah kerusakan demi
kerusakan yang tiada ujung. Endingnya, penyesalan dan murka dari Allah SWT.
No comments:
Post a Comment