11 Sept 2022

Review Buku: Psychology of Money by Morgan Housel



Mengelola uang dengan baik tidak ada hubungannya dengan kecerdasan dalam ilmu finansial. Karena mengatur dan mengelola uang dengan baik adalah hanya berhubungan dengan perilaku. Buku ‘Psychology of Money’ menjabarkan kepada kita bagaimana perilaku yang benar dalam berinteraksi dengan uang.

Ada beberapa catatan penting yang saya simpulkan dari buku ini.

Untuk memahami mengapa orang terjebak utang, anda tidak perlu belajar tentang suku bunga. Anda perlu belajar tentang ketamakan dan hidup sederhana.

Ketika malas berinvestasi dan menabung, maka bayangkan dirimu dan keluargamu di masa depan. Apa yang akan kalian alami jika sekarang tidak belajar untuk menabung dan menahan keinginan untuk hidup mewah.

Tak semua keberhasilan disebabkan oleh kerja keras dan tidak semua kemiskinan disebabkan oleh rasa malas.

Bisa saja seseorang kaya dengan satu cara yang dia tempuh. Tapi bukan berarti kamu akan 100% mengalami kisah hidup yang sama persis dengan dia ketika melakukan cara yang sama. Jadi, jangan terlalu membabi buta meniru jalan kesuksesan orang lain yang diceritakan secara bombastis lewat buku, seminar dan cerita. Cukup Selami dan mulailah mencoba cara yang sesuai dengan dirimu.

Kapitalisme modern melahirkan kerakusan dan rasa iri. Barangkali keduanya bergandengan; ingin mengalahkan sesama/pesaing bisa menjadi pendorong kerja keras. Hal inilah yang menjadi sebab dari rasa tidak cukup.

Banyak orang yang mengorbankan apa yang sudah dia miliki dengan sesuatu yang belum dia miliki. Sebenarnya dia sudah cukup, tak akan pernah kelaparan dan sudah punya deposito. Hanya saja dia melihat orang yang lebih tinggi dan berpikir kehidupannya belum cukup dan mengejar apa yang belum dia miliki dengan jalan curang yang menyebabkan semua yang telah dia dapatkan terkorbankan.

Satu-satunya cara untuk mengetahui seberapa banyak makanan yang bisa Anda makan adalah makan terus hingga muntah. Begitu juga dengan kekayaan. Banyak orang yang terus-menerus menambah kekayaannya dengan segala cara hingga semua itu harus kembali keluar dari perutnya.

Mendapatkan uang dan menyimpan uang adalah dua keahlian yang berbeda.

Boleh jadi kamu pikir kamu ingin mobil mahal, arloji keren dan rumah besar. Tapi yang sebenarnya kamu tidak menginginkan itu semua. Kamu sebenarnya ingin rasa hormat dan kagum dari orang lain, dan kamu pikir barang-barang mahal itu akan mendatangkannya.

Orang cenderung ingin kekayaan itu memberi sinyal ke pihak lain bahwa dia harus disukai dan dikagumi.

Kenyataannya, orang lain tidak akan mengagumimu. Mereka justru mengagumi barang itu dan berpikir bahwa barang-barang itu adalah hasrat mereka. Fokus mereka bukan kepadamu, tapi kepada bagaimana mereka bisa mendapatkan barang yang seperti kamu punya.

(The Psychology of Money hlm 82)

Kerendahan hati, kebaikan dan empati akan mendatangkan lebih banyak rasa hormat dan kagum daripada harga mobil. (83)

Membelanjakan uang untuk memamerkan betapa banyak uang yang Anda miliki adalah cara tercepat memiliki lebih sedikit uang (85)

Kita cenderung menilai kekayaan berdasarkan apa yang kita lihat, karena itulah informasi yang ada di depan kita. Kita tidak bisa melihat rekening bank orang atau catatan utangnya. Jadi, kita mengandalkan tampilan luar untuk menakar keberhasilan finansial seseorang. Mobil. Rumah. Foto Instagram. (Halaman 86)

Kebanyakan belanja konsumen itu didasari oleh dua faktor; ingin meniru gaya hidup orang yang kamu kagumi, atau karena orang lain ingin mengagumimu. (162)

Kekayaan sesungguhnya adalah pendapatan yang tidak dibelanjakan (88)


Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment