Pengalaman ikut Jamaah Lucu (1/1)
Dahulu, saya pernah ikut satu
jamaah yang sangat ekslusif. Pokoknya merasa hanya jamaah ini yang paling
benar. Semua orang islam di luar jamaah ini dianggap salah dan tersesat.
Jamaah ini seperti cacing di
bawah tanah. Gerakannya sangat rahasia. Bahkan anggota jamaah sendiri tidak
pernah tahu siapa 'imam/pemimpin' tertinggi mereka. Disuruh baiat kepada imam,
tapi nggak tahu siapa orang yang dikasih baiat. Lucu ya. Padahal, secara hukum
syariat, yang namanya baiat itu harus mengetahui dan mengenal siapa yang
dikasih baiat.
Mereka sengaja tidak menampakan
identitas aslinya dengan alasan keamanan. Konon karena jamaah ini menganggap
NKRI sebagai negara toghut. Pancasila juga toghut. Kemudian mendirikan 'negara
siluman/negara bayangan.' Negara di dalam negara. Ada presidennya. Bahkan ada
jabatan dari mulai gubernur hingga tingkat RT. Semua sangat loyal. Bapak saya
pernah jadi gubernur wilayah ‘jawa barat.’ Padahal bapak saya hanya lulusan SD.
Hehe.
Di kemudian hari bapak saya
menyadari bahwa jamaah ini tidaklah sesuai dengan syariat. Bapak keluar dan
serta mereka teman-teman bapak saya mencap bapak saya sudah murtad. Mereka
mencaci bapak sebagai orang pecundang. Wkwk.
Jamaah ini menyangka mereka
sangat rapi dan rahasia. Padahal, yang sebenarnya, para intelejen negera sudah
tahu tentang keberadaan jamaah ini. Hanya saja, tidak ada penindakan karena
memang tidak membahayakan. Mereka hanya gerakan dakwah bawah tanah yang
ekslusif dan hanya menambah jumlah tanpa melakukan hal apa pun. Jamaah ini
tidak akan mungkin melakukan revolusi dan menggulingkan kekuasaan layaknya
gerakan dakwah IM atau FPI. Mereka hanya memelihara ilusi, ‘suatu saat kita
akan berkuasa’. Mereka memelihara ilusi itu dan sangat yakin. Dan intelejen
hanya menonton mereka.
Pengalaman Ikut Jamaah Lucu (2/2)
Kami biasa menghadiri
dauroh/kajian selama seminggu sekali. Suatu ketika, seorang ustaz yang biasa
memberikan kajian bertanya, ‘Bagaimana pendapat bapak2, apakah orang islam yang
bukan jamaah kita itu kafir? Silakan acungkan tangan jika memiliki pendapat
itu,’ tanya sang ustadz.
Apa yang terjadi? 80% jamaah itu
mengacungkan tangan. Saya tidak termasuk diantara mereka.
Maka sang ustadz tersenyum
sembari bilang, ‘Bapak2, orang islam di luar jamaah kita itu masih tetap
muslim. Hanya saja mereka berada di dalam dzulumat (kegelapan).’
Saya hanya bisa tertawa di dalam
hati. Tetap saja kan. Meski jamaah ini tidak menganggap muslim di luar kelompok
mereka sebagai kafir, mereka percaya bahwa jamaah-jamaah lain atau muslim lain
itu tidak sempurna imannya sampai mereka masuk ke jamaah itu. bah!
Teman saya dari jamaah itu pernah
bilang begini, ‘Bapak saya kalau bicara urusan nikah itu tegas sekali,’ ujarnya
dengan nada bangga. ‘Bapak saya tidak akan menerima pinangan seorang lelaki
kecuali dari ‘ikhwan.’ Begitulah dia sesumbar. ‘Saya kalo nikah juga pasti
nyari yang sudah masuk. Atau paling nggak dengan cewek lain, tapi saya akan
berusaha membuatnya masuk ke jamaah.’
Ketika saya mondok dulu
(kebetulan saya di pondok jamaah tersebut), teman-teman selalu tanya, “Ortu
kamu udah jadi ikhwan belum?’
Supaya nggak banyak komentar,
saya jawab saja, “Sudah!” Padahal semua keluarga saya adalah mantan ‘ikhwan’
yang sudah ‘murtad’ dari jamaah tersebut. Wkwk.
Jadi, istilah ‘ikhwan’ adalah
untuk menyebut mereka yang sudah masuk ke dalam jamaah. Yang belum masuk ke
dalam jamaah itu tidak dianggap ikhwan atau saudara. Ckck. Segitunya ya.
Jamaah yang ekslusif ini selalu
mendengungkan ayat-ayat dan hadits tentang pentingnya berjamaah. Sebagaimana
hadits berikut ini.
Barangsiapa yang mati dalam
keadaan tidak ada baiat di lehernya, maka ia mati dengan cara mati jahiliyah.”
(HR. Muslim no. 1851).
Mereka berpikir bahwa hadits ini
ekslusif untuk mereka. Jadi, siapa saja yang mati tanpa pernah berbaiat kepada
imam jamaah mereka, maka matinya jahiliyah. Wkwk.
Setelah saya mengaji lebih dalam,
saya baca kitab2 hadits dan komentar para ulama hanif, justru maksud redaksi
hadits ini adalah baiat kepada pemimpin muslim atau khilafah. Ya sah-sah saja
setiap organisasi/ jamaah membaiat jamaahnya, tapi jangan sampai menyesatkan organisasi
lain yang bukan jamaahnya. Kan kita tidak mungkin baiat ke imam di Indonesia,
kemudian menyesatkan muslim di Malaysia karena tidak baiat ke imam Indonesia. Wkwk.
Anggap saja organisasi2 muslim ini sebagai prototype dari Negara-negara.
Karena ahlus sunnah itu adalah
islam. Dan setiap muslim ahlus sunnah. Selama pegangan kita sama-sama quran dan
sunnah, apa pun jamaahnya, mereka adalah saudara seiman. Sesimple itu.
No comments:
Post a Comment