10 Jan 2022

PENGAMEN

 PENGAMEN


Pernah nggak sih kamu ngerasa kalo pengamen itu semakin hari semakin banyak. 


Pengamen yang bersenandung di angkot, Pengamen badut di pertigaan lampu merah, pengamen yang nyanyi dari pintu ke pintu, pengamen yang membawa sound aktif, pengamen manusia silver, pengamen ondel-ondel, pengamen tanpa alat musik dan hanya bermodal tepuk tangan dan pengamen-pengamen lainnya.


Saya tahu mereka berjuang untuk mencari uang demi sesuap nasi. Kadang saya suka terenyuh ketika naik angkot, ada remaja ato anak kecil dengan baju kumal ngamen, tapi tak ada satu pun yang ngasih dia uang receh (Termasuk saya, karena kebetulan tidak pegang uang receh . Ada selembar hijau satu-satunya untuk bayar ongkos ketika turun nanti 😭) . Ada sendu di wajah mereka. Ada asa yang layu. Mereka kemudian turun dengan wajah tirus nan kuyu. 


Yang menarik adalah ketika saya ngobrol tentang pengamen dengan seorang sahabat yang katanya udah hijrah. Beliau cukup bagus islamnya, tapi...ya begitulah. Dia bilang, "Nggak boleh ngasih duit ke pengamen. Karena main musik itu haram. Kalo kita ngasih duit ke mereka, artinya kita setuju sama sesuatu yang haram."


Hm.....Hm.... (Ini bukan lagu sabyan ya, ini saya lagi mikir keras untuk bisa mencerna pendapat teman saya yang 'sholeh' itu)


Jadi gini, untuk membahas pengamen, mari sampingkan hukum halal atau haramnya musik. Mari kita berpikir tentang sisi kemanusiaan yang ada dalam nurani kita. 


Ya, anggap saja saya setuju musik haram. Tapi pengamen2 itu tidak pernah tahu musik itu haram. Boro2 belajar agama secara mendalam, mereka hanya berpikir besok makan apa. Barangkali jika hari ini tidak ngamen, besok2 harus siap menannggung lapar. 


Ya, anggap saja begitu. 


Mungkin kamu bilang begini, "Ada banyak jalan pekerjaan yang bisa dilakoni selain mengamen di jalanan."


Bro, kita tidak pernah tahu kehidupan setiap orang, termasuk pengamen2 itu. Siapa sih yang mau jadi pengamen? Semua orang pengen kerja di dalam ruangan ber-AC, punya gaji gede, punya bos yang baik. (Betul nggak sih?). Itu impian setiap orang. Siapa yang tahu jika sebelum menjadi pengamen, mereka berjuang mati-matian melamar kerja ke sana kemari, tapi tak kunjung mendapatkan pekerjaan yang layak.


Mungkin kamu lebih beruntung dari pengamen-pengamen itu. Kamu punya gaji, tiap minggu bisa mengaji dan menghadiri kajian2 tentang halal dan haram. Bahkan kajiannya pun ekslusif dan pake AC. Hiburanmu bukan nyanyian, tapi olahraga sunnah semacam berkuda dan panahan yang harga perbulannya berjuta-juta. Berkali-kali lipat dari penghasilan pengamen2 itu. 


Dan kamu menjadi seorang yang judgemental yang menyedihkan.


Lihat pengamen bawa balita


Pikiran negatif: Hm, dia pasti sengaja bawa anak kecil supaya mendapatkan simpati orang-orang. Kasihan, anak kecil kok dieksploitasi. 


Pikiran positif: Kasihan ya. Mungkin dia bawa anak kecil karena tak ada pilihan lain. Mau ditinggal di rumah kontrakan, siapa yang mau jagain? Akhirnya tak ada jalan lain selain membawa anaknya ngamen sepanjang jalan. 


Jangan pernah penuhi kepala kita dengan prasangka terhadap sesama.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment