“Ustadz kok bercerai?”
“Ustadz kok punya masalah keluarga? Kirain selevel dia itu
bisa bebas dari krisis rumah tangga. Harusnya menjadi contoh untuk para
jamaahnya.”
“Kalau rumah tangganya saja dia tidak becus mengatur, lalu
bagaimana dia akan mengatur jamaahnya?”
Itulah celotehan beberapa netizen terkait berita perceraian
seorang ustadz kondang dengan istrinya yang telah berpuluh tahun membina rumah
tangga.
Sepintas, celotehan-celotehan itu benar adanya. Karena ruang
lingkup keluarga adalah ruang lingkup terkecil dalam tatanan masyarakat. Sebelum
bisa mengubah masyarakat, kita idealnya mengubah dan membina rumah tangga kita
sendiri.
Tapi apakah mesti harus selalu begitu? Apakah ini sebuah
standar yang membebaskan kita untuk menghakimi kualitas iman dan spiritualitas
seseorang hanya dari segi kehidupan rumah tangganya saja? jadi, dalam pikiran
kita ada mindset, kalo rumah tangganya ancur, maka imannya juga nggak bener.
Kita lupa bahwa Rasulullah saw sendiri pernah punya masalah domestic
rumah tangga. Aisyah pernah cemburu dan marah kepada Rasulullah saw. Pun dengan
Hafshah. Aisyah pernah membanting mangkuk hingga pecah berkeping karena rasa
cemburu ketika Rasulullah menerima makanan dari istrinya yang lain, padahal
saat itu Rasulullah ada di rumah Aisyah. Apakah kamu akan dengan lancang
mengatakan Rasulullah tidak bisa mendidik Aisyah. Audzubillah.
Pun dengan para Nabi. Ada diantara Nabi-Nabi yang tidak
memiliki keluarga yang sempurna. Nuh punya masalah dengan anaknya yang tak mau
taat. Padahal Nuh sudah mati-matian menyadarkan anaknya. Hanya saja Kan’an
bebal dan lebih memilih kafir.
Maka jangan pernah kau katakan, ‘Masa anak ustadz kayak
gitu. Ini ustadznya nggak bener ngedidik anak nih!’ Karena kita tidak tahu seperti
apa kehidupan mereka.
Ada Ibrahim yang diuji dengan kekafiran ayahnya. Ada Luth
yang diuji dengan pembangkangan dan pengkhianatan istrinya. Dan ada Yakub yang
diuji oleh kenakalan anak-anaknya. Belasan anaknya bersekongkol untuk
mencelakai dan membuang Yusuf karena kecemburuan. Apakah kita akan mengatakan
Yakub tidak becus mengurus anak-anaknya. Audzubillah.
No comments:
Post a Comment