Sebenarnya bukan hanya untuk penulis pemula, tapi saran-saran ini pada dasarnya berlaku untuk semua penulis. Hanya saja sangat ditekankan untuk mereka yang baru berkecimpung di dunia tulis menulis.
Kesalahan pertama, nggak doyan baca buku
Saya pernah ditanya sama temen saya tentang bagaimana supaya dia suka sama aktifitas menulis. Saya bilang ke dia, ‘Kamu nggak bakalan suka nulis kalo kamu nggak suka baca.’ Jadi biasakanlah untuk banyak baca buku, setelah itu biasanya ada kecenderungan untuk menulis.’
Memang tidak semua pembaca itu suka nulis. Tapi bisa dipastikan setiap penulis pasti menyukai aktifitas membaca.
Membaca ini senjata para penulis? Kalo kita mau perang, tapi nggak punya senjata, kita mau ngapain dong? Ya nggak bisa ngapa-ngapain.
Kenapa? Karena dengan membaca akan menambah perbendaharaan kosakata kita. Kita bisa membedakan kualitas tulisan seseorang yang doyan baca sama yang nggak. Para pembaca yang aktif membaca buku, kosakatanya lebih indah, kaya, tak berbatas dan banyak padanan kata.
Jadi, sebelum benar2 pingin jadi penulis, mari kita bangun habbit ‘doyan baca buku.’
Kesalahan kedua, bingung dengan ide
Sebenarnya ide itu melimpah ruah. Bisa digali dan diambil dari hal apa pun yang ada di sekitar kita. Kita lihat kelucuan anak-anak kita yang sedang bermain misalnya, kita bikin tulisan tentang bagaimana tentang dunia anak-anak dan parenting. Kita lihat/baca berita terkini, kita bisa bikin opini dan pendapat kita tentang berita itu. Kita lihat ada ibu-ibu penjual sayuran yang tua renta, masih jualan menyusuri gang demi gang, kita berpikir anaknya kemana ya. kita tulis pemikiran di benak kita menjadi sebuah tulisan ringan yang menyentuh nurani. Intinya, hal apa pun yang ada di sekitar kita, bisa kita jadikan bahan renungan, kemudian tulisan, dan sebarkan.
Memang pada tahap awal mungkin kita masih dalam penyesuaian habbit. Tapi kalau sudah terbiasa mengasah kepekaan, insya Alloh ide-ide itu akan datang bermunculan dengan sendirinya.
BTW, ide itu datang tanpa pernah permisi. Tanpa kenal waktu dan situasi. Maka ketika ada ide muncul, saya biasanya menulisnya di notepad di hape. Baru setelah ada waktu, saya menulis dan mengembangkannya.
Kalo ide nggak ‘diikat’ di dalam catatan, dia bisa hilang tanpa jejak. Maka, setiap ada ide datang, sementara kita sibuk dengan urusan lain, catat dulu idenya. Kita bisa mengeksekusi ide itu nanti.
Kalau kepekaan ‘menangkap ide’ ini sudah terasah, biasanya ide-ide itu akan ‘mrudul’ dengan sendirinya. So many idea, so little time.
Kesalahan ketiga, terlalu fokus sama teori
Kayaknya ini bukan cuman dalam dunia tulis menulis ya, dalam semua hal kebanyakan kita itu *terlalu fokus mempelajari banyak teori, tapi miskin eksekusi*.
Saya jadi teringat apa yang dikatakan guru bahasa inggris saya dulu di MA. ‘Kenapa kita 9 tahun belajar bahasa di sekolah, tapi kemampuan ngomong gitu-gitu aja. Karena kita memandang bahasa bukan alat komunikasi, tapi hanya sebatas mata pelajaran yang harus dipelajari rumus2nya.”
Pun dalam menulis, jangan terpaku sama teori. Teori itu penting, tapi yang lebih penting lagi adalah latihan, latihan dan latihan. Asah terus kemampuan menulis dengan latihan.
Saya harap sih, setelah ini ada azam *tiada hari tanpa menulis*
Bayi belajar berjalan dan berlari bukan karena teori, tapi mencoba dan mencoba, meski jatuh berkali-kali. Kita justru bisa mengetahui kekurangan dan kesalahan kita setelah banyak berlatih. Oh, kemarin kurang begini. Oh kemarin kurang begitu. Jadi kita menjadi lebih baik karena proses.
Jadi, asah terus skill dengan latihan. Sesekali tentu harus belajar teori, tapi segera praktekan, jangan cuman jadi wawasan. Kalo cuman tahu itu wawasan, tapi kalo sudah diaplikasikan, itu baru namanya ilmu.
Kesalahan Keempat, Terlalu Perfectionis
Banyak diantara penulis pemula yang takut memulai menulis karena merasa belum punya keahlian dalam merangkai kata. Akhirnya dia tidak melangkah sama sekali.
Banyak pula yang sudah memulai, tapi berhenti di tengah jalan dengan alasan, ‘tulisan saya tidak bagus. Saya nggak bakat buat nulis.’
Ada yang sudah nulis, tapi nggak berani dipublikasikan dengan alasan, ‘Belum sempurna.’
Jangan pernah takut. Tulislah. Selama kita punya modal berupa kemampuan membaca dan menulis dasar, kita adalah penulis. Sejak kelas 2 SD, kita sudah punya modal itu. *Bisa membaca dan menulis* itu modal yang utama. Semua orang bisa melakukannya.
Hanya saja, mungkin kita perlu mengasah *seni* dalam menulis. Karena semua orang itu bisa menulis, tapi tak semua orang mengetahui bagaimana seni menulis yang bagus.
Sekali lagi, bukan bagus atau tidaknya, tapi tentang bagaimana kita membiasakannya.
Tulis apa
pun itu, tak peduli jelek atau bagus. Karena dengan berani menulis saja, itu
sudah satu langkah lebih maju dibandingkan tidak sama sekali.
Kesalahan kelima, Tidak gaul
Kalo memang
ingin berkembang, bisa sharing dengan teman-teman yang sudah berpengalaman. Tulis
opini atau karya tulis kita, setelah itu minta teman-teman yang paham dunia
kepenulisan untuk membacanya, kemudian memberikan kritik dan saran yang
membangun. Dengan proses ini, insya Alloh kita akan semakin berkembang.
Ikuti juga komunitas-komunitas menulis yang bisa mengasah skill kita. Posting tulisan-tulisan kita di komunitas itu, dan biarkan member lain memberikan komentarnya.
Saya bertahun-tahun yang lalu gabung banyak komunitas menulis. Saya juga merasakan banyak ilmu yang saya dapat dari masukan-masukan yang member komunitas berikan kepada saya selama saya posting tulisan2 saya di sana.
Jadi, *kita belajar dan menimba pengalaman karena pergaulan. Tentunya bergaul dengan orang-orang yang memiliki passion yang sama dengan kita.*
Nah, sekian dulu dari saya. Barangkali ada teman-teman yang ingin menambahkan, silakan. Karena kalo kita mau eksplor, sebenarnya banyak kesalahan2 penulis yang bisa kita bedah. Semoga bermanfaat, dan semoga menjadi motivasi untuk semakin giat berliterasi
No comments:
Post a Comment