Istri saya pernah bercerita tentang bagaimana dia pertama kali memutuskan untuk memakai niqab. Tentu saja kedua mertua saya setuju dengan keputusan itu. Tapi tidak dengan kerabat-kerabat dekat. Seorang paman ada yang mengomeli mertua saya untuk tidak mengizinkan istri saya memakai niqab. Bahkan ada diantara mereka nyang nyeletuk, “Mirip ISIS.”
Baik mertua dan istri saya tidak peduli dengan sindiran para kerabat. Karena toh ini soal pilihan hidup yang mana setiap orang punya kehidupan masing-masing. Lambat tapi pasti, para kerabat menerima perubahan istri saya. Semua kembali seperti biasa. Istri saya pakai niqab, kerabat ada yang pakai hijab seadanya. Tapi kalau kumpul akur-akur saja, tanpa perlu melihat apa yang dipakai.
Seorang teman juga pernah bercerita betapa dia pernah mengecewakan kedua orangtuanya karena memilih resign dari pekerjaan yang gajinya sangat lumayan hanya karena ingin mencoba bisnis yang hasilnya belum kelihatan.
Semua memprotes dan menganggapnya ‘agak kurang waras.’ Tapi dia tetap pada pendiriannya, pernah bangkrut, pernah gagal, hingga setapak demi setapak memperoleh hasilnya. Dan semua kembali ke awal. Dia telah membuktikan langkahnya telah benar. Dan keluarganya memahami itu.
Begitulah, terkadang kita harus menyadari bahwa ketika pada titik perubahan dan langkah pertama kita berubah, ada orang-orang yang terkejut dan bertanya-tanya.
Ketika kamu melakukan sebuah perubahan, beberapa orang mungkin akan merasa tidak senang karena mereka terlalu nyaman dengan keadaan kita yang sebelumnya.
Jangan khawatir dengan apa yang dikatakan orang terhadapmu, karena yang menjalani hidupmu adalah dirimu sendiri, bukan orang lain. Ini adalah ceritamu. Ini adalah perjalananmu.
Asalkan kamu berjalan dengan keyakinan bahwa kamu akan menyenangkan ‘Yang Maha Kuasa’, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
**
No comments:
Post a Comment