Siapa yang tidak kenal dengan Umar bin Abdul Aziz. Dia seorang tabi’in mulia, khalifah bijaksana yang memulai menerapkan syariat islam secara utuh dengan meminta bantuan para ulama seperti Hasan al Bashri, ahli fikih madinah dan seorang penghafal kitab Allah.
Pantaslah menjadi pemimpin yang diidam-idamkan oleh penduduk dunia saat ini, ternyata sejak kecil telah terasah rasa khosyah dan khoufnya kepada Allah Azza wa Jalla, mirip dengan kakek dan buyutnya Abdullah bin umar bin al Khattab radhiallahu’anhuma.
Abu Qubail menuturkan bahwa ketika Umar bin Abdul Aziz masih kanak-kanak ia pernah menangis. Lantas ibunya, Ummu Ashim, bertanya, “Apa yang membuatmu menangis wahai anakku?”
Umar kecil menjawab, “Wahai Ibu, aku teringat akan kematian.”
Umar bin Abdul Aziz memiliki lima belas anak, tiga perempuan dan sisanya laki-laki. Diantara putranya yang paling menonjol kecerdasan dan keshalehannya adalah yang bernama Abdul Malik.
Baru saja Umar bin Abdul Aziz meletakkan punggungnya di tempat tidurnya untuk melepas lelah, putranya Abdul Malik yang ketika itu berusia 17 tahun datang dan bertanya, “Apa yang ingin Ayah lakukan?”
Umar menjawab, “Wahai anakku, aku ingin tidur sejenak, karena sudah tak bersisa lagi tenagaku ini.”
“Apakah Ayah masih ingin tidur sejenak sebelum mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi?” tanyaya lagi.
“Wahai anakku, sesungguhnya aku tadi malam tidak tidur karena mengurus jenazah pamanmu Sulaiman, nanti kalau sudah datang waktu Dzuhur, aku akan shalat bersama orang-orang dan akan aku kembalikan hak-hak orang yang dizalimi tersebut, insyaallah.”
Sang putra berkata lagi, “Siapa yang menjaminmu, wahai Amirul mukminin kalau usiamu hanya sampai Dzuhur?”
Umar bangkit dan berkata “Mendekatlah kemari wahai putraku” sang putra pun mendekat dan Umar langsung memeluk dan menciumi keningnya seraya berkata, Alhamdulilah, segala puji bagi Allah yang telah melahirkan dari keturunanku orang yang menolongku dalam menjalankan agama.”
Maka segeralah Umar menyuruh supaya diumumkan kepada orang-orang, barang siapa yang terzalimi dan terambil haknya, maka hendaklah dia mengajukan perkaranya.
Ternyata memang buah kelapa tidak jatuh jauh dari pohonnya, Khosyah dan khouf kepada Allah pun sudah dimiliki Putra Umar bin Abdul Aziz sejak usia muda, yaitu Abdul Malik bin Umar bin Abdul Aziz. Suatu ketika sepupunya Abdul Malik yang bernama Ashim bin Abu Bakar bin Abdul Aziz bertandang kerumahnya, ia bertutur, “Setelah menunaikan shalat Isya’, masing-masing kami beranjak ke tempat tidur, lalu Abdul Malik mendekati lampu dan mematikannya dan kami pun tidur. Kemudian aku bangun tengah malam, ternyata Abdul Malik sendang berdiri shalat dengan khusyuk seraya membaca firman Allah :
“Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun. Kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka, Niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.” (QS. Asy Syu’ara: 205-207)
Tak ada yang membuatku terkesan kecuali saat ia mengulang-ngulang ayat tersebut dan ia menangis tersedu-sedu. Setiap kali selesai dari ayat itu, ia mengulanginya kembali, sehingga aku berkata dalam hati, “Anak ini bisa mati oleh tangisannya.”
Ketika aku melihatnya terus seperti itu, akupun mengucapkan doa bangun tidur dengan tujuan untuk menghentikan tangisannya, ketika mendengar suaraku, ia terdiam dan tidak lagi terdengar rintihnnya.
Subhanallah, silsilah keluarga sholeh yang semoga kita bisa menirunya...amin
No comments:
Post a Comment