26 Jan 2021

SABAR DALAM KEKAFIRAN

 Saat itu, syaikh Muhammad al ‘Ariifi sedang mengisi muhadharah (kajian)di penjara daerah Tabuk, setelah selesai muhadharah, para ikhwah memintanya untuk berbincang-bincang dengan seorang tahanan yang belum masuk islam, beliau pun mengiyakan ajakan para ikhwah. Ternyata ada satu tahanan, sepertinya dari Nepal yang beragama Budha.

Sebelum masuk penjara ia pernah bekerja sebagai supir di suatu keluarga Arab, karena kejahatannya membunuh majikan beserta istri dan anaknyasampailah ia ke penjara ini.

Hukuman yang telah ditetapkan adalah diqhisas (hukuman mati), maka para ikhwah sangat ingin bila sebelum dilaksanakan qhishas ia bisa masuk Islam, sehingga bisa keluar dari dunia dengan membawa keselamatan. Namun setelah berbincang bincang dengan didampingi penterjemah ia pun tidak tertarik masuk Islam dan tetap memegang teguh agamanya, Bahkan ia berusaha menggambar Budha di tangannya dan menuliskannya.

Selang beberapa tahun syaikh Muhammad al ‘Arifi kembali melakukan kunjungan ke penjara Tabuk, dan ia bertanya kepada para ikhwah perihal orang Nepal yang beragama Budha tersebut, “bagaimana kabarnya?”

Para ikhwah bercerita, setelah kejadian itu ternyata ia masih dua tahunan lebih bersama kami di sini, menunggu pelaksanaan qhishas. Dan selama dua tahun itu kami mencoba terus mendakwahinya, baik dengan berdialog maupun dengan memberikan kepadanya tentang buku-buku Islam, namun ia malah semakin teguh memegang ajarannya.

Setelah tiba waktu qhishas, wakil dari keluarga yang pernah dibunuhnya pun mendatanginya dan mengatakan, “Masuklah Islam, maka engkau dimaafkan dan hukuman qhishah pun akan dibatalkan.”

Tapi apa responnya? Ia berteriak,‘Budha.Budha..’

Kemudian dihadirkan teman-temannya yang sudah masuk islam, dan merekapun membujuknya,“Turuti saja permintaannya agar kau bisa keluar dari hukuman mati.”

Tapi ia tetap berteriak ‘Budha.Budha…”

Sampai sekitar 15 menit mereka merayunya, namun ia tetap saja mengatakan ‘Budha.Budha…”

Akhirnya dilaksanakanlah hukuman qhishah dan berakhirlah riwayatnya.

Subhanallah, bagaimana seorang yang menyembah sonam, berhala yang terbuat dari semen, kayu atau plastik bisa begitu teguhnya mengagungkan berhalanya, meskipun berhalanya tidak bisa bicara, mendatangkan manfaat ataupun madharat. Kisah ini pun sudah ada contohnya di zaman Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam, yaitu ketika pamannya dalam keadaan sekarat. Teman-teman seaqidahnyapun menasehati dia untuk bersabar memegang teguh agama nenek moyang hingga ruh lepas dari jasad.

Maka seorang muslim lebih pantas untuk tetap teguh dan kokoh di atas agamanya seberat apapun cobaannya, karena ia mempunyai Ilah yang lebih berhak untuk di ibadahi, yaitu Allah, yang mempunyai nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang mulia, yang telah berwasiat kepada hambanya untuk “Jangan mati kecuali dalam keadaan Islam.”

Ketika ‘Aisyah ditanya, ‘Doa apa yang sering Rasul panjatkan. Maka ‘Aisyah menjawab, “Beliau sering berdoa, ya muqallibal qullub tsabbil qolbi ala diinik..wahai dzat yang membolak balikkan hati teguhkanlah hati ini untuk senantiasa diatas agamamu.”

=

(Disadur dari Majalah ar-Risalah edisi Januari 2014)

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment