13 Jan 2021

DUNIA DI TANGANMU, AKHIRAT DI HATIMU

 DUNIA DI TANGANMU, AKHIRAT DI HATIMU


Ada orang yang bertanya kepada Imam Ahmad, "Apakah seseorang bisa menjadi zuhud, sementara dia memiliki 1000 dinar?"

Jawab beliau, "Betul, dengan syarat, dia tidak merasa bangga ketika hartanya bertambah dan tidak sedih ketika hartanya berkurang. Karena itulah, para sahabat menjadi generasi paling zuhud, meskipun mereka memiliki banyak harta."

Pertanyaan semisal juga pernah disampaikan kepada Sufyan at-Tsauri, "Apakah orang yang kaya bisa menjadi zuhud?"

Jawab Imam Sufyan, "Betul, jika dia bisa menjadi orang yang apabila hartanya bertambah, dia bersyukur, dan jika hartanya berkurang, dia tetap bersyukur dan bersabar. (Madarij Salikin, hlm. 466).

Ibnul Qoyim mengatakan,


والأصل هو قطع علائق الباطن ، فمتى قطعها لم تضره علائق الظاهر ، فمتى كان المال في يدك وليس في قلبك لم يضرك ولو كثر ، ومتى كان في قلبك ضرك ولو لم يكن في يدك منه شيء

Prinsipnya adalah memutus hubungan dengan batin. Ketika orang telah berhasil memutusnya, kondisi lahiriyah tidak akan mempengaruhinya. Sehingga selama harta itu hanya ada di tanganmu, dan tidak sampai ke hatimu, maka harta itu tidak akan memberikan pengaruh kepadamu, meskipun banyak. Dan jika harta itu bersemayam di hatimu, maka dia akan membahayakan dirimu, meskipun di tanganmu tidak ada harta sedikitpun. (Madarijus Salikin, hlm. 465).

Hal ini pula yang menjadi prinsip hidup sang khalifatur Rasul, Abu Bakr ash-Shidiq, Beliau berkata, "Ya Allah, letakanlah dunia di tanganku, bukan di hatiku." Ya, karena hati adalah tempat untuk sang Pencipta, Allah Swt. Dan hati tidak akan pernah bisa kosong ketika dunia telah mengisinya.

 

FILOSOFI TOILET


semua orang membutuhkan toilet untuk tempat buang air. Kita akan merasa tersiksa dan kewalahan ketika kita tidak mendapatkan akses yang mudah ke toilet. Bahkan, kita rela membayar fasilitas toilet demi kenyamanan kita. Akan tetapi, kita hanya menggunakan toilet ketika kita membutuhkannya, tanpa harus mencintainya.

Begitu pun dunia. Kita membutuhkan dunia untuk survive, makan, berusaha dan mengoptimalkan segala potensi kita. Tapi hendaknya kita tidak mencintainya secara berlebihan. Karena kita pun tak pernah mencintai toilet meski kita membutuhkannya sewaktu-waktu.

Benarlah apa yang dikatakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

ثم ينبغي له أن يأخذ المال بسخاوة نفس؛ ليبارك له فيه، ولا يأخذه بإشراف وهلع؛ بل يكون المال عنده بمنزلة الخلاء الذي يحتاج إليه من غير أن يكون له في القلب مكانة

Hendaknya orang itu mengambil harta dengan jiwa yang tidak bernafsu, agar hartanya diberkahi. Dan tidak mengambilnya dengan menggebu-gebu dan perasaan takut kurang. Namun harta di sisinya seperti toilet, yang dia butuhkan, tanpa ada posisi sedikitpun di dalam hatinya. (Az-Zuhd wal Wara’, Syaikhul Islam, hlm. 75)

 

PONDASI KESUKSESAN


Banyak orang yang menginginkan sukses dan bahagia dalam hidupnya. Tapi sedikit sekali yang mengetahui  pondasi kesuksesan yang sejati. Mereka tertipu oleh kesuksesan yang semu yang hanya memberikan rasa bahagia yang sementara.

Mungkin kita berpikir dengan melimpahnya harta, tingginya jabatan dan lengkapnya keluarga bisa kita definisikan sebuah kesuksesan. Tapi itu saja tidaklah cukup. Karena betapa tidak sedikit yang masih merasa gundah gulana meski harta telah dia dapatkan. Tak sedikit pula yang merasa dihantui oleh kekhawatiran meski jabatan tinggi telah dia gapai.

Mereka masih merasakan ketidaktenangan dalam kehidupan mereka karena mereka melupakan iman. Mereka abai terhadap spiritualitas yang menjadi pondasi dari kesuksesan. Padahal, sebagaimana bangunan, kesuksesan juga membutuhkan pondasi yang kuat. Bagaimana mungkin kita bisa sukses dan bahagia jika pondasinya saja kita lupakan. Ini diibaratkan membangun atap, tiang dan dinding sebelum membangun pondasi. Mustahil.

Kita memang membutuhkan uang karena kita memerlukannya untuk bisa survive, memberi makan anak dan istri. Bahkan beberapa jenis ibadah membutuhkan 'modal'. Tanpa uang kita tidak bisa sedekah, zakat hingga menunaikan haji. Tapi uang bukan segala-galanya. Uang, jabatan, pengaruh dan kekuasaan hanya tiang yang membutuhkan lantai dan pondasi bernama iman. 


JANGAN LUPAKAN URUSAN DUNIAMU

وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (QS. Al Qashshash: 77).

Menurut para mufassirin, yang dimaksud 'janganlah melupakan bagianmu dari dunia' adalah untuk tidak melupakan semua potensi dunia yang bisa menyebabkan kita dekat dengan Allah dan akhirat. Sehingga dunia itu menjadi sarana untuk meraih akhirat. Allah punya hak, maka dia pun punya hak dari kehidupan dunia dengan menikah, makan dari yang halal, dan bekerja dengan semestinya.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment