Cerita Susi
Susi benar-benar tidak lagi memiliki kegiatan yang berarti selain tidur-tiduran di ranjang atau menonton televisi. Semenjak pandemi melanda, secara otomatis dia tidak lagi mengajar dan hanya perlu memberikan bahan lewat kelas online dan WhatsApp. Karena itulah, seringkali Susi dilanda rasa bosan.
Ditengah kebosanan yang melanda, Susi seringkali mengisi waktunya dengan membuka media sosial dan chating dengan teman-teman dunia mayanya. Apalagi Susi belum punya anak sehingga dia tidak memiliki kewajiban yang berarti selain masak, sedikit beres-beres rumah, setelah itu dia akan kembali leyeh-leyeh di sofa atau di atas kasur. Sementara Mas Pram, suaminya tetap sibuk dengan pekerjaannya di kantor importir. Sudah lima tahun mereka menikah tapi masih belum dikaruniai buah hati.
Suatu hari, Susi berkenalan dengan seorang lelaki lewat Facebook dan mereka pun mulai chat dengan riang gembira. Sebut saja namanya Dion. Dion adalah seorang duda berusia 45 tahun yang sudah bercerai dengan istrinya sejak dua tahun yang lalu. Menurut pengakuan Dion, istrinya meninggalkan dirinya karena kepincut lelaki lain setelah acara reunian SMA.
Diam-diam Susi menyadari bahwa Dion adalah lelaki yang humoris, nyambung jika diajak ngobrol dan selalu membuat Susi bisa tertawa dan tak lagi kesepian. Sejak saat itu, Susi selalu membandingkan Dion dengan Pram. Dion selalu pintar mengumbar candaan, Pram selalu dingin dan pendiam. Dion yang selalu menyapanya serta mengingatkan dirinya untuk tidak lupa makan, sementara Pram tak pernah peduli dengan perkara remeh remeh seperti itu. Dion telah mengisi satu bilik hati Susi yang selama ini kosong.
"Coba aku mengenal Bang Dion lebih dulu dibanding kenal suamiku. Pasti aku nikah sama kamu," lirih Susi manja lewat aplikasi messenger yang selama sebulan ini menjadi aplikasi paling sering dibuka di ponselnya.
"Ah, jangan berandai-andai seperti itu, Susi. Tidak baik," timpal Dion dari seberang sana.
"Abisnya suamiku nggak seasik Bang Dion. Sebel deh," lanjut Susi dengan rutukannya.
"Yang penting kan uangnya tetep ngalir ke rekening kami," goda Dion.
"Memangnya rumah tangga itu cukup dengan duit, kagak bang Dion. Hidup juga butuh cinta dan kehangatan," racau Susi.
"Kok berbanding terbalik dengan apa yang dikatakan mantan istriku ya," balas Dion, selalu diakhiri dengan tawa renyah. Tawa bariton yang selalu disukai Susi.
"Memangnya mantan istri Bang Dion bilang apa?"
"Dia bilang, rumah tangga itu nggak cukup dengan cinta. Tapi juga butuh uang untuk sandang, pangan dan papan. Dia bilang, 'Memangnya perut bisa kenyang dengan cinta?'"
Susi tertawa, "Dia itu bodoh. Dia itu belum pernah merasakan menjadi istri yang kering dari limpahan cinta dan perhatian seperti saya."
"Ya tak perlu ruwet begitu. Kamu dapat uang dari suamimu. Adapun kurangnya cinta dan perhatian kamu bisa dapatkan dariku," rayu Dion untuk yang kesekian kalinya.
"Gombaaal..." Seru Susi, tapi senang luar biasa. "Jadi kapan kita ketemuan nih. Aku kangen tahu!"
"Nanti kalau aku punya kesempatan datang ke kotamu kita ketemuan ya. Jangan sampai suamimu tahu."
"Beres. Mana tahu suamiku istrinya kemana perginya. Dia tidak pernah peduli hal itu. Justru dia lebih sering di luar daripada di rumah."
"Wah, kalau begitu kita ketemuan di rumah kamu saja, tapi aku nggak bisa menjanjikan kapan aku bisa berkunjung ke kotamu."
"Ih, jangan. Nggak enak sama tetangga. Nanti mereka mikirnya kita macam-macam."
"Memang sudah macam-macam."
Susi tertawa tergelak dan merasa bahagia karena bisa ngobrol ngaler ngidul dengan Dion. Sampai-sampai dia tak dengar suara ketukan di pintu depan. Susi baru tersadar setelah ketukan itu terdengar semakin keras, bahkan boleh dibilang menjadi gedoran.
"Eh, udah dulu ya, sepertinya suamiku udah pulang tuh. Dia udah nggak sabar gedor-gedorin pintu."
"Iya. Pergi sana. Layani suamimu dengan baik. Jadilah istri yang baik dan berbakti."
"Preeet...."
Klik. Aplikasi messenger dimatikan dan Susi beranjak dengan tergesa, membukakan pintu untuk suaminya. Tampaklah di ambang pintu, wajah kusut Pram yang selalu datang dengan tatapan dingin dan tanpa senyuman.
"Lama banget sih!"
"Aku habis bangun tidur mas."
"Tidur melulu!"
"Lha, mau ngapain lagi, orang nggak ada kerjaan," timpal Susi dengan hati dongkol. Sementara Pram melanjutkan langkahnya ke meja makan, membuka tudung saji dan sejurus kemudian dia sudah mencentong nasi berikut lauk pauk berupa tempe dan goreng ayam. Satu sendok makan dia menelan makanan di piring, Pram berteriak lantang, ditujukan kepada Susi yang kembali rebahan di ranjang.
"Kamu nggak manasin nasi sama lauknya?"
"Lupa!"
"Kok bisa lupa?"
"Ya kalau lupa emang harus gimana lagi. Yang namanya lupa nggak bisa dikontrol. Namanya juga lupa."
"Memangnya sesibuk apa sih kamu? Anak nggak punya, di rumah nggak ngapa-ngapain. Kok bisa manasin nasi aja lupa."
Susi tidak peduli, dia lebih memilih melanjutkan chating dengan Dion lewat aplikasi messenger.
[Hai]
[Lho, kok balik lagi, ntar suamimu cemburu lho.]
[Dia nggak bakalan tahu kok. Sebel, abis dicerewetin gara-gara aku lupa nggak manasin nasi]
[Aku jadi ragu buat nikah sama kamu. Jangan-jangan kamu nanti lupa manasin nasi buat aku]
[Kamu pede banget deh. Emangnya kamu yakin kita bakalan jadi suami istri]
[Bisa lah, asal kamu cerai dulu sama suamimu. Istilah 'kutunggu jandamu' itulah jalan ninjaku]
[Hmm, aku nggak tahu juga sih, apa aku bisa cerai sama si Pram]
[Kenapa nggak bisa?]
[Dia pasti nggak mau cerai sama aku]
[Ya kamu gugat cerai lah. Kan perempuan bisa gugat cerai ke pengadilan]
[Sudahlah, untuk saat ini aku nyaman seperti ini. Mudah-mudahan kita jodoh ya]
Bersambung
25 Jan 2021
BERCERAI GARA-GARA FACEBOOK (1)
January 25, 2021
By:
Husni
Husni
Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.
you may also like
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
New Post
recentposts
My Tweet

Blog Archive
About this blog
HusniMagazine
Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis..
husnimubarok5593@gmail.com
No comments:
Post a Comment