DI DUNIA MAYA, SEMUA BISA MENJADI HAKIM

Dunia maya itu tak punya sekat dan batas. Sehingga orang bebas untuk menghujat. Dunia maya juga tak punya aturan dan norma, sehingga orang bisa bebas mencerca. Termasuk saya juga pernah seperti itu. (Ampuni saya ya Allah).

Disadari atau tidak, di masa yang penuh dengan ingar bingar maya inilah kita menemukan banyak orang yang bebas untuk menghakimi. Semua orang seakan-akan menjadi seorang ahli dan pakar. Semua orang bebas berpendapat dengan urat yang menegang. Padahal, jika mereka dipertemukan dalam satu forum debat langsung dengan tatap muka, saya tidak yakin mereka akan berani secara terang-terangan mencak-mencak dengan urat yang keluar. Mungkin mereka akan bicara dengan adab. Tapi karena ini dunia maya, tak ada kata sungkan, tak ada kata malu, taka da rasa terasingkan dan semacamnya. Karena dia hanya berbaring di kamarnya sendiri, tertawa dan menghujat sendiri sembari sibuk membalas komentar dengan kepedasan yang semakin naik levelnya melebihi pedasnya seblak Bik Susi di perempatan jalan.

Yang lebih mengherankan lagi ketika sudah debat dalam urusan agama. Mereka saling serang lewat komentar.

Kemudian adzan berkumandang dari toa masjid.
Mereka tak peduli, tetap saja debat sana sini.
Iqomat sudah berkumandang.

Baru mereka bangkit dari pembaringan dengan kepala yang panas dan penuh. Bahkan ketika shalat didirikan (dan agak telat), kepalanya masih berputar tentang dalil-dalil yang didebatkan.
Duh. Paradoks