10 Aug 2020

Novelis Israel Yang Menjadi Ancaman ‘Ekslusifme Yahudi’

 

 

Beberapa tahun yang lalu, novelis Israel Dorit Rabinyan berada di pusat badai yang tak terduga. Novel ketiganya, All the Rivers menceritakan tentang hubungan asmara antara seniman Palestina, Hilmi, dan seorang wanita Israel, Liat, telah dipilih untuk kurikulum nasional. Kemudian, tiba-tiba, buku tersebut ditarik oleh kementerian pendidikan karena dinilai kontroversial.

 

Upaya penyensoran itu - seperti yang diakui Rabinyan - memiliki aspek positifnya. Penjualan novelnya meningkat dua kali lipat sejak pelarangan. Sampai saat ini bukunya sudah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa. Dan Rabinyan sudah memulai tur buku di Amerika serikat selama sebulan.

 

Apa yang dialaminya hanya sepotong bagian yang menggambarkan bagaimana koalisi sayap kanan pemerintah Israel, Benjamin Netanyahu telah membidik media dan seni, serta pada pembuat film dokumenter dan LSM kritis yang tidak suka dengan kebijakan pemerintahannya.

 

Bagi Rabinyan, itu berarti memeriksa bagaimana seni di Israel dianggap oleh beberapa orang sebagai hal yang berbahaya.

“Seni dan sastra adalah tentang daya tarik magis terhadap identitas dan empati. Bagaimana identitas dalam literatur ditransfer ke identitas Anda sendiri sehingga Anda merasakan perasaan orang yang selama ini Anda anggap asing,” tutur Rabinyan.

 

Rabinyan menduga, seruan terhadap empati terhadap orang Palestina itulah yang menyebabkan novelnya dipersepsikan oleh sayap kanan sebagai ancaman bagi Israel modern. Duduk di sebuah kafe di Habima Square, Tel Aviv, Rabinyan mengenang saat dia mengetahui bahwa bukunya dianggap sebagai subversive.

 

Bagi Rabinyan, novel itu sendiri ditulis untuk mengenang seorang seniman Palestina yang dia temui di New York dan yang meninggal mendadak. Lebih tepatnya, seniman Palestina itu adalah kekasih Rabinyan sendiri.

 

"Mereka bilang buku saya ini merupakan ancaman bagi identitas Yahudi. Karena itu mungkin mendorong pembaca muda untuk terlibat secara intim dengan penduduk non-Yahudi di negara ini, ”katanya.

 

Tapi itulah tepatnya bagaimana komite pedagogis kementerian pendidikan Israel - dalam keputusan yang didukung oleh menteri pendidikan sayap kanan Naftali Bennett - menilai buku itu sangat berbahaya.

 

Dalam penjelasan tertulis, pejabat kementerian pendidikan Israel, Dalia Fenig, mengatakan: "Hubungan antara orang Yahudi dan non-Yahudi, dipandang oleh sebagian besar masyarakat sebagai ancaman terhadap identitas terpisah (orang Arab dan Yahudi)."

Intinya adalah ketakutan akan kehilangan identitas. Rabinyan menyalahkan tindakan keras pada kebebasan berbicara dan berekspresi di pemerintah yang dipimpin Netanyahu.

 

Disadur dari >> https://www.theguardian.com/world/2017/apr/08/dorit-rabinyan-novel-censorship-israel

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment