WAK karmilah sudah pulang dari Saudi
setelah menjadi TKW selama dua tahun lamanya. Kontraknya habis dan dia bilang
ingin memperpanjang kontrak di majikan yang sama.
“Beruntung atuh, soalnya majikan saya
mah orangnya baik. Tidak seperti majikan si Nunung dari Riyadh yang kejam.” Aku
wak Karmilah sembari mengeluarkan oleh-oleh dari Saudi untuk suguhan para
tetangga yang berkunjung karena rasa penasaran dengan semua cerita yang dia
bawa dari Saudi sebagai TKW. Janda beranak dua tersebut memang sudah go
internasional dalam dunia asisten rumah tangga. Empat tahun di hongkong, dua
tahun di Malaysia dan dua tahun terakhir di Saudi adalah jam terbang yang cukup
menjamin bahwa Wak Karmilah sudah punya segudang pengalaman dalam dunia
per-TKW-an.
Kami para tetangga, selain menunggu
ceritanya (tentu saja) juga menunggu buah tangan dari Arab Saudi jatah kami. Ada
minyak zaitun, kurma dan hena. Adikku senang sekali diberi hena arab oleh Wak
Karmilah.
“Wak, ada pengalaman lucu nggak
selama di Arab Sana.”
“Loba pisan.” Timpal Wak Karmilah. “Say
amah kalo lagi kesel sama anak-anak majikan yang bangornya minta ampun, suka
teriak-teriak. Bentakin mereka sepuasnya.”
“Lho, memangnya emaknya nggak marah?”
“Tidaklah.” Jawab Wak Karmilah dengan
senyum dikulum. “Soalnya saya bentakin mereka pake basa sunda.”
“Misal?” tanyaku penasaran.
“Misal. Kalo mereka berantakin
mainan, saya bilang ke mereka, “Bong Balangor pisan maneh the bag*ng. ngajedog.
Pikakeuheuleun pisan! Mereka cuman bengong dikatain pake basa sunda. Tapi ya
wak mah ngerasa udah plong, bisa puas marahin.”
Kami Cuma tersenyum.
“Terus majikan perempuan suka
ngeselin juga. Suka nguji kesaraban dan keimanan. Misal, pas udah nonton filem,
mereka suka sengaja berantakin cangkang kwaci di lantai. Sengaja biar saya
cape.”
“Lah, emang tugas pembantu
bersih-bersih kan wak.”
“Angger pikakeuheuleun. Sengaja si
nyonya nyelipin cangkang kuaci di bawah karpet. Abis itu dia nanya, ‘Udah
bersih-bersih?’ Wak jawab ‘Udah’. Eh, si nyonya balikin karpet sambil bilang, ‘Yang
dibawah belum dibersihkan, Karmilah. Rasana teh asa hayang ngalegleg bullet-bulet
tah.”
Kami tertawa terbahak-bahak.
“Paling sebel sama majikan laki-laki.
Ganjennya seperti abege wae. Suka lirik-lirik gitu. Cuman wak mah suka tegas. Suka
ngancem kalo dia macem-macem ke wak, wak mau lapor ke majikan perempuan.”
“Wah, ternyata suami takut istri juga
nggak cuman di Indonesia ya, wak.” Timpal si Sapnah. Kami lagi-lagi tertawa.
“Tapi kalo pembatunya bangor mah,
tetap aja dilayanin. Contohnya si Saritem, dari Cilacap. Teeet….. sensor. Saya sendiri
tak mau menulis ulang ghibahan Wak Karmilah.
Tapi yang jelas, setelah mendengar
cerita-cerita seru Wak Karmilah sebagai TKW Go International, saya tertarik
untuk menulis cerita-cerita tentang TKW. Maka terbersit di benak saya ide
menulis novel dengan genre Comedy-romance dengan kisah seorang TKW.
No comments:
Post a Comment