25 Jun 2020

Ujian Pak Kyai


Di sebuah pondok pesantren, terdapat seorang santri yang tengah menuntut ilmu pada seorang Kyai. Sudah bertahun-tahun lamanya si santri belajar .Hingga tibalah saat dimana dia akan diperbolehkan pulang untuk mengabdi kepada masyarakat.

Sebelum kang Santri tersebut pulang, Kyai memberinya satu ujian untuk membuktikan bahwa si Santri benar-benar sudah matang ilmunya dan siap menghadapi kehidupan diluar Pesantren.

Pak Kyai kemudian berkata pada Kang santri, "Sebelum kamu pulang, dalam tiga hari ini, aku ingin meminta kamu mencarikan seorang ataupun makhluk yang lebih hina dan  buruk dari kamu.” ujar sang Kyai.

“Tiga hari itu terlalu lama Kyai, hari ini aku bisa menemukan banyak orang atau makhluk yang lebih buruk daripada saya,” jawab Santri penuh percaya diri.

Sang Kyai tersenyum seraya mempersilakan muridnya membawa seorang ataupun makhluk itu kehadapannya. Santri keluar dari ruangan Kyai dengan semangat, ”hem, ujian yang sangat gampang!”
Hari itu juga, si Santri berjalan menyusuri jalanan ibu kota. Di tengah jalan, dia menemukan seorang pemabuk berat. Menurut pemilik warung yang dijumpainya, orang tersebut selalu mabuk-mabukan setiap hari. Pikiran si Santri sedikit tenang, dalam hatinya dia berkata,  “Ahay.. pasti dia orang yang lebih buruk dariku, setiap hari dia habiskan hanya untuk mabuk-mabukan, sementara aku selalu rajin beribadah.”
Dalam perjalanan pulang Si santri kembali berpikir, "Kayaknya si pemabuk itu belum tentu lebih buruk dari aku, sekarang dia mabuk-mabukan tapi siapa yang tahu di akhir hayatnya Allah justru mendatangkan hidayah hingga dia bisa khusnul Khotimah, sedangkan aku yang sekarang rajin ibadah, kalau diakhir hayatku, Allah justru menghendaki Suúl Khotimah, bagaimana? “Huuh… berarti pemabuk itu belum tentu lebih jelek dari aku,” ujarnya bimbang.

Santri kemudian kembali melanjutkan perjalanannya mencari orang atau makhluk yang lebih buruk darinya. Di tengah perjalanan, dia menemukan seekor anjing yang menjijikkan karena selain bulunya kusut dan bau, anjing tersebut juga menderita kudisan.  “Akhirnya ketemu juga makhluk yang lebih jelek dari aku, anjing tidak hanya haram, tapi juga kudisan dan menjijikkan, ”teriak santri dengan girang.

Dengan menggunakan karung beras, si Santri membungkus anjing tersebut hendak dibawa ke Pesantren, Namun ditengah jalan , tiba-tiba dia kembali berpikir, “Anjing ini memang buruk rupa dan kudisan, namun benarkah dia lebih buruk dari aku?” Oh tidak, kalau anjing ini meninggal, maka dia tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dilakukannya di dunia, sedangkan aku harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan selama di dunia dan bisa jadi aku akan masuk ke neraka.
Akhirnya si santri menyadari bahwa dirinya belum tentu lebih baik dari anjing tersebut.

Hari semakin sore, Si  Santri maaih mencoba kembali mencari orang atau makluk yang lebih jelek darinya. Namun hingga malam tiba, dia tak jua menemukannya. Lama sekali dia berpikir, hingga akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke Pesantren dan  menemui sang Kyai.

“Bagaimana Anakku, apakah kamu sudah menemukannya?”tanya sang Kyai.

“Sudah, Kyai,” jawabnya seraya tertunduk. “Ternyata diantara orang atau makluk yang menurut saya sangat buruk, saya tetap paling buruk dari mereka,” ujarnya perlahan.
Mendengar jawaban sang Murid, kyai tersenyum lega, “Alhamdulillah.. kamu dinyatakan lulus dari pondok pesantren ini, anakku,”ujar Kyai terharu.

Kemudian Kyai berkata "Selama kita hidup di Dunia, jangan pernah bersikap sombong dan merasa lebih baik atau mulia dari orang ataupun makhluk lain.Kita tidak pernah tahu, bagaimana akhir hidup yang akan kita jalani. Bisa jadi sekarang kita baik dan mulia, tapi diakhir hayat justru menjadi makhluk yang seburuk-buruknya. Bisa jadi pula sekarang kita beriman, tapi di akhir hayat, setan berhasil memalingkan wajah kita hingga melupakan_Nya.

JANGAN MERASA SUCI
“Ketika taat, kau lebih memerlukankan belas kasih-Nya daripada ketika melakukan maksiat”.
(Ibnu Atha’illah, Al Hikam).
 Terkadang ada orang yang melakukan ketaatan terjerumus ke dalam sikap sombong, ujub dan meremehkan orang lain. Menganggap dirinya memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah dan layak mendapatkan pahala yang berlimpah.
Sebaliknya, pelaku maksiat, boleh jadi maksiat yang dia lakukan mendorongnya pada sikap penyesalan, merasa diri hina dan tak berdaya serta takut kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Kemudian diakhiri dengan taubat nasuha. Oleh sebab itu, seorang hamba lebih memerlukan belas kasih Allah saat ia taat, melebihi keperluannya terhadap belas kasih-Nya saat ia bermaksiat kepada-Nya.
Sungguh, engkau ketiduran sepanjang malam lalu menyesal di waktu pagi, lebih baik daripada melewati malam dengan ibadah tapi merasa bangga di pagi hari. Itu karena orang yang sombong, amalannya tidak akan naik ke sisi Allah." (Madarij As-Salikin: 1/177).
Para pendosa yang menangisi dosanya lebih dicintai Allah daripada tukang dzikir yang membanggakan dirinya. Karena boleh jadi, Allah akan memberikan obat atas penyakit dosanya. Sedangkan orang yang berbangga tersebut meninggal di atas ujub dan kesombongannya sementara ia tidak mengetahuinya.
Bahkan, di dalam al-quran Allah memberi peringatan kepada kita untuk berhati-hati dari sikap sok suci yang menjerumuskan ini. Allah ta’ala berfirman,
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Diaah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa” (QS. An Najm:32)
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُزَكُّونَ أَنْفُسَهُمْ بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا
Apakah kami tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih. Sebenarnya Allah mensucikan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikit pun” (QS. An-Nisa: 49).
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
لاَ تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمُ اللَّهُ أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِرِّ مِنْكُمْ
Janganlah kalian merasa diri kalian suci, Allah lebih tahu akan orang-orang yang berbuat baik diantara kalian” (HR. Muslim).
Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata, “Barangsiapa diberikan musibah berupa sikap berbangga diri, maka pikirkanlah aib dirinya sendiri. Jika semua aibnya tidak terlihat sehingga ia menyangka tidak memiliki aib sama sekali dan merasa suci, maka ketahuilah sesungguhnya musibah dirinya tersebut akan menimpa dirinya selamanya. Sesungguhnya ia adalah orang yang paling lemah, paling lengkap kekurangannya dan paling besar kecacatannya.” (Al-Akhlaq wa as-Siyar fii Mudawah an-Nufus, dinukil dari Ma’alim fii Thoriq Thalab al-Ilmi)
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment