22 pertanyaan
dibawah ini bisa kamu tanyakan kepada kaum syiah, dan mereka akan kebingungan
karena tidak bisa menjawabnya. Ini adalah bukti bahwa syiah adalah ajaran sesat
yang menyimpang dari islam
1
Syiah menyangka
bahwa Muawiyah adalah kafir. Kemudian kita dapati bahwa al Hasan bin Ali turun
dari kursi kekhalifahan dan memberikannya kepada Muawiyah. Padahal al Hasan di
antara imam Syiah yang makshum. Maka
konsekuensinya, mereka harus mengakui bahwa al Hasan telah turun dari tampuk
khilafah untuk diserahkan kepada orang kafir. Ini menyelisihi kemakshuman
beliau, atau berarti Muawiyah itu muslim?
2
Pembebasan masjid
al Aqsha terjadi pada masa Umar Ibn Khatab. Pembebasan Persia juga oleh Umar
ibn Khatab. Lalu pada masa panglima Sunni, Shalahuddin al Ayyubi juga
membebaskan al-Aqsha. Lalu apa keberhasilan Syiah sepanjang sejarah? Apakah
mereka berhasil menaklukkan walau sejengkal tanah musuh-musuh Islam?
3
Apakah masuk
akal, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam gagal dalam memilih sahabat-sahabatnya,
sebaliknya Khomeini berhasil dalam hal itu? Kita dapati bahwa mayoritas sahabat
nabi telah kafir di mata orang-orang Syiah. Bagaimana mungkin Rasulullah gagal
dalam membina dan membimbing sahabatnya. Padahal di dalam al-quran Allah telah
memuji sahabat dari muhajirin dan anshor. Padahal di dalam al-quran Allah telah
memuji ahlul badr.
4
Ketika kita
melihat Syiah mendekatkan diri kepada Allah dengan mencaci maki para pemuka
sahabat, terutama tiga khulafaur rasyidin; Abu Bakar, Umar, dan Utsman
Radhiyallahu Anhu Ajmain, ternyata kita tidak menjumpai seorang Sunni pun
mencaci maki seorang pun dari ahlul bait. Bahkan mereka mendekatkan diri kepada
Allah Subhaanahu Wata’ala dengan mencintai mereka. Ini yang tidak bisa
dipungkiri oleh Syiah, walaupun dengan kedustaan.
5
Manakah yang
lebih berat bagi Islam dan kaum muslimin, kematian Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam atau terbunuhnya al-Husain? Jika Anda mengatakan kematian Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam, saya tanyakan : Mengapa kami tidak melihat kalian
menampar dan memukul-mukul tubuh kalian untuk beliau?
Jika kalian
mengatakan terbunuhnya al-Husain lebih berat dan buruk, maka akan jelaslah bagi
kami bahwa Nabi yang mulia tidak memiliki kedudukan berarti dalam pandangan
kalian, dan kalian lebih mengutamakan al-Husain daripada beliau.
6
Jika Ali bin Abi
Thalib radiallahu anhu membenci Abu Bakar radiallahu anhu dan Umar radiallahu
anhu lalu kenapa beliau memberi nama anaknya Abu Bakar dan Umar?
Setelah wafatnya
Fathimah, Ali menikah dengan sejumlah wanita yang melahirkan sejumlah anak
untuknya, di antaranya; Abbas bin Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Ali, Ja’far
bin Ali, dan Utsman bin Ali. Ibu mereka adalah Umm al Banin binti Hizam bin
Darim. (Kasyful Ghummah fi Ma’rifah al A’immah, Ali al Arbili, 2/66).
Juga Ubaidullah
bin Ali, Abu Bakar bin Ali. Ibu keduanya adalah Laila binti Mas’ud. (Kasyful
Ghummah fi Ma’rifah al A’immah, Ali al Arbili, 2/66).
Juga Ruqayyah
binti Ali, Umar bin Ali—yang meninggal dunia pada usia 35 tahun. Ibu keduanya
adalah Ummu Habib binti Rabi’ah. (Kasyful Ghummah fi Ma’rifah al A’immah, Ali
al Arbili, 2/66).
Pertanyaan:
Apakah mungkin seorang ayah menamakan buah hatinya dengan nama musuh
bebuyutannya. Lalu bagaimana halnya jika sang ayah ini adalah Ali bin Abi
Thalib?
Bagaimana mungkin
Ali menamakan anak-anaknya dengan nama orang-orang yang dianggap Syiah bahwa
mereka adalah musuh-musuh Ali?
Jika Anda
mendengar seseorang mengatakan, “Aisyah adalah penduduk neraka, Aisyah berada
dalam neraka,” tanyakan kepadanya, Aisyah siapa yang anda maksud? :
Aisyah binti
Ja’far Shadiq ? (Keturunan ke 5 Ali bin Abi Thalib)
Aisyah binti Musa
Al-Kazhim ? (Keturunan ke 7 Ali bin Abi Thalib)
Aisyah binti Ali
Ar-Ridha? (Keturunan ke 8 Ali bin Abi Thalib) Atau
Aisyah binti Ali
Al-Hadi? (Keturunan ke 11 Ali bin Abi Thalib)
Aisyah siapa yang
anda maksud…???
Kenapa mereka
menamakan putra dan putri mereka dengan nama-nama itu ? Apakah bukan karena
mereka menghormati pemilik nama aslinya dan memuliakannya ?
Dan mereka
menginginkan nama-nama itu kekal dengan baik dalam ingatan jiwa-jiwa mereka. Seorang
ayah akan memilih nama-nama untuk anaknya dengan nama-nama yang ia sukai.
7
Syiah meyakini
bahwa kepemimpinan setelah Rasulullah adalah Ali. Dan menurut syiah inilah yang
telah diamanatkan Rasulullah kepada umatnya. Jadi, ini adalah sudah ketentuan
Allah dan syariat yang tidak bisa diganggu gugat. Namun, pada prakteknya
setelah Rasulullah wafat, yang menjadi khalifah adalah Abu Bakar, Umar, dan
Uthman.
Dari kenyataan
tersebut ada satu pertanyaan penting: Bagaimana mungkin skenario Allah yang
diturunkan dari langit gagal? Mana mungkin apa yang telah Allah rencanakan
tidak terjadi?
Padahal Allah
berfirman di dalam quran surat Ali Imran ayat 26:
Katakanlah:
“Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang
Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki.
Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang
Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau
Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dalam ayat tersebut disebutkan ”Engkau berikan kerajaan kepada orang yang
Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki”.
Maksudnya Allah SWT berkuasa memberi dan mencabut kekuasaan dari orang yang
dikehendaki-Nya.
8
Kaum Syi’ah
mengatakan bahwa semua Sahabat Nabi Muhammad SAW telah murtad kecuali hanya beberapa
orang saja. Tuduhan “murtad” itu pun hanya karena mereka semua telah membai’at
Sahabat Abu Bakar sebagai pengganti Nabi sebagai pemimpin pertama setelah Nabi
Muhammad wafat.
Dengan kenyataan
di atas secara tidak sadar Kaum Syi’ah menuduh Rasulullah sebagai seorang guru
telah gagal mendidik murid-murid Beliau. Jika dibandingkan dengan peran Nabi Isa
dalam mendidik muridnya, maka Rasulullah telah kalah karena murid Nabi Isa yang
berkhianat hanya satu orang yaitu Yudas Eskariot. Selain Yudas semuanya ta’at
pada Nabi Isa.
9
Ali menjadi
khalifah setelah 24 tahun lamanya. Ali menjadi khalifah setelah islam jaya
karena penaklukan yang dilakukan di masa Abu Bakar, Umar, dan Uthman. Dalam
waktu 2,5 tahun, Abu Bakar telah memadamkan lima macam fitnah dari dalam dan luar negeri setelah
wafatnya Nabi Muhammad. Lima macam fitnah itu ialah: munculnya nabi palsu yaitu
musailamatul kadzab, banyaknya orang yang murtad dari Islam, orang munafik
menampakkan diri, ada sekelompok orang yang tidak mau membayar zakat dan
ancaman serangan orang Romawi.
Kemudian Umar telah
nmenyebarkan Islam sampai ke Mesir, Syam, Madain, Roma dan Persia selama 10
tahun. Setelah itu dilanjutkan oleh Utsman selama 12 tahun dan hasilnya
terbukanya wilayah Afrika: Maroko, Aljazair dan Tunisia. Dalam periode ini juga
disusun Mushaf Al-Qur’an yang sebut mushaf Utsmani.
Sekali lagi perlu dicatat Bahwa ketika Ali menjadi
khalifah, islam sudah jaya dan menyebar ke berbagai penjuru dunia karena jasa
tiga khilafah sebelumnya.
Pertanyaanya,
bagaimana mungkin orang syiah mengabaikan ini, sementara Ali sendiri merasa
bangga dengan hasil yang telah ditorehkan oleh khalifah sebelumnya.
10
Jika tiga
khilafah itu kafir, kenapa Ali tidak pernah mencaci mereka? Kenapa Ali
menyembunyikan kebenaran. Padahal Allah dan Rasulullah melarang menyembunyikan
kebenaran. Karena yang benar itu harus disampaikan. Dan kaum syiah mencaci para
sahabat sementara Ali tidak mengajarkannya. Itu artinya, kaum syiah tidak
mengikuti jalan Ali dan ahlul bayt. Bahkan syiah tidak pernah bisa membuktikan
Ali pernah mengutuk para sahabat Rasulullah.
11
Syiah meyakini
bahwa Ali adalah imam yang makshum (suci dari dosa). Tapi kita jumpai, ternyata
beliau menikahkan puteri beliau, Ummu Kultsum, saudara perempuan sekandung Al
Hasan dan al Husain dengan Umar bin Khaththab. Ini berkonsekuensi terhadap
salah satu dari dua hal bagi Syiah;
Pertama, Ali
Radhiyallahu ‘Anhu tidak makshum karena menikahkan puterinya dengan orang kafir
(menurut keyakinan mereka, yaitu Umar Radhiyallahu ‘Anhu). Ini bertentangan
dengan dasar-dasar madzhab, bahkan ini berkonsekuensi bahwa para imam selain
beliau tidak makshum pula.
Kedua, Umar bin
Khatthab Radhiyallahu ‘Anhu adalah Muslim. Ali Radhiyallahu ‘Anhu menjadikannya
sebagai menantu. Tapi orang-orang Syiah yang mengaku sebagai pengikut Ali justru mengafirkannya.
Ini adalah dua
jawaban yang harus dipilih oleh orang-orang Syiah.
12
Syiah menyangka
bahwa Fathimah, darah daging Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terpilih, telah
dihinakan pada zaman Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu, dipatahkan tulang rusuknya,
rumahnya hendak dibakar, dan janinnya yang mereka namakan al Muhsin digugurkan.
Pertanyaan: Di
manakah Ali bin Abi Thalib ketika itu terjadi? Mengapa beliau tidak menuntut
hak istrinya, padahal beliau adalah seorang pemberani dan kuat?
13
Al Kulaini
menyebutkan dalam kitab-nya, Ushul al Kafi (1/239), “Sesungguhnya kita
benar-benar memiliki mushaf Fathimah. Tahukah mereka apakah mushaf Fathimah
itu?” Aku bertanya, “Apakah mushaf Fathimah itu?” Ia menjawab, “Yaitu mushaf
yang di dalamnya seperti Qur’an kalian ini tiga kali lipatnya. Demi Allah, di
dalamnya tidak ada satu huruf pun dari Qur’an kalian.”
Bayangkan, tidak
ada ? (alif), tidak ada ? (ba), dan seterusnya.
Pertanyaan:
Apakah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengetahui mushaf Fathimah? Jika
beliau tidak mengetahuinya, maka bagaimana ahli baitnya mengetahuinya tanpa
sepengetahuan beliau, padahal beliau adalah utusan Allah? Jika beliau mengetahuinya,
mengapa beliau menyembunyikan-nya dari ummatnya? Padahal Allah Subhaanahu
Wata’ala berfirman, artinya:
“Hai Rasul,
sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya.” (QS. Al Ma’idah: 67).
14
Syiah menuduh
bahwa khulafaur Rasyidin adalah kafir, lalu mengapa Allah menolong dan
menaklukkan negeri-negeri lewat tangan mereka. Islam jaya dan berwibawa di masa
mereka, di mana kaum Muslimin tidak pernah melihat satu masa di mana Allah
lebih memuliakan Islam dibandingkan pada masa mereka.
Apakah ini
sejalan dengan sunnah Allah yang telah ditetapkan untuk menghinakan kaum kafir
dan munafik? Sebaliknya, kita lihat pada masa “al Ma’shum” (Ali bin Abi Thalib)
yang kepemimpinan beliau dijadikan rahmat bagi manusia—seperti yang dikatakan
Syiah—umat berpecah belah dan saling memerangi, sehingga musuh memangsa Islam.
15
Syiah mengatakan,
sebab gaibnya imam mereka yang kedua belas di tempat persembunyiannya adalah
karena takut dizalimi. Namun mengapa kegaiban ini terus berlanjut meskipun
kekuatiran itu telah sirna dengan berdirinya negara-negara Syiah sepanjang
sejarah, seperti al Ubaidiyyun, al Buwaihiyyun, ash-Shafawiyyun, dan terakhir
negara Iran sekarang?
Mengapa ia tidak
keluar sekarang, padahal Syiah mampu membela dan melindunginya di negeri
mereka? Jumlah mereka jutaan dan akan menebusnya dengan jiwa mereka di waktu
pagi dan petang? Apakah mereka tidak malu kepada sahabat-sahabat Rasulullah yang
mereka kafirkan yang berani mengorbankan jiwa dan raga mereka untuk membela
Rasulullah?
16
Mengapa Abu Bakar
berani memerangi kaum murtad—yang menolak membayar zakat—dan mengatakan,
“Sekiranya mereka menghalangiku mengambil anak kambing/unta yang dahulu mereka
bayarkan kepada Rasulullah, niscaya aku memerangi mereka karenanya.”
Sementara Syiah
mengatakan bahwa Ali Radhiyallahu ‘Anhu tidak mengeluarkan mushaf yang
ditulisnya dari Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam karena takut orang-orang akan murtad. Padahal beliau seorang
khalifah, memiliki sifat-sifat dan pertolongan ilahi sebagaimana yang diklaim
Syiah. Kendati demikian, beliau tetap menolak mengeluarkan mushaf karena kuatir
orang-orang akan murtad, dan rela membiarkan orang-orang dalam kesesatan.
Sementara Abu Bakar memerangi murtaddin
karena anak onta yang mereka menolak membayarkannya.
17
Sunni dan Syiah
dengan semua sektenya bersepakat bahwa Ali seorang pemberani tak tertandingi,
dan beliau tidak pernah takut dalam menegakkan agama Allah terhadap celaan
siapa pun. Keberanian ini tak pernah putus walau sejenak, sejak awal kehidupan
beliau hingga terbunuh di tangan Ibnu Muljam. Syiah, seperti diketahui,
memaklumatkan bahwa Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu adalah penerima
wasiat sepeninggal Nabi tanpa tenggang waktu.
Apakah keberanian
Ali terhenti setelah wafatnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sehingga beliau
membaiat Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, dan Utsman bin Affan ??
Apakah Ali tidak
mampu—dan tidak mungkin beliau demikian—untuk naik ke atas mimbar Rasulullah walau
sekalipun dari masa kekhalifahan salah satu dari ketiganya dan mengumumkan
bahwa kekhalifahan telah dirampas dari dirinya? Dan bahwa dirinyalah yang
paling berhak dengan hal itu karena beliau sebagai penerima wasiat?
Mengapa Ali tidak
melakukan ini dan menuntut haknya, padahal beliau seorang pemberani? Dan beliau
memiliki banyak pembela yang mencintainya?
18
Syiah menyangka
bahwa Umar bin Khaththab membenci Ali, lalu ternyata, Umar menyerahkan
kepemimpinan Madinah kepada Ali saat Umar pergi untuk menerima penyerahan
kunci-kunci Baitul Maqdis? Ini terjadi karena Ali akan menjadi khalifah atas
kaum Muslimin bila terjadi peristiwa yang tak diinginkan pada Umar. Lantas di manakah
letak kebencian Umar?
19
Syiah tidak bisa
menyangkal, Abu Bakar, Umar, dan Utsman Radhiyallahu ‘Anhu Ajmain telah
membaiat Rasulullah di bawah pohon. Allah Subhaanahu Wata’ala mengabarkan bahwa
Dia telah ridha kepada mereka dan mengetahui isi hati mereka. Allah Subhaanahu
Wata’ala berfirman, artinya,
“Sesungguhnya
Allah telah ridha terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka berjanji setia
kepadamu di bawah pohon. Maka Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati
mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka
dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (QS. Al Fath: 18)
Lalu datanglah
Syiah, mengingkari firman Allah dan menuduh yang sebaliknya? Seakan-akan mereka
mengatakan, “Engkau, wahai Rabb, tidak mengetahui tentang mereka sebagaimana
yang kami ketahui.” Wal ‘iyadzu billah.
20
Agama Islam telah
sempurna pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, berdasarkan
firman-Nya, artinya, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu.”
(QS. Al Maidah: 3).
Sementara Syiah,
baru muncul setelah wafatnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
21
Bagaimana mungkin
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dimakamkan di kamar ‘Aisyah sementara
orang-orang Syiah menuduhnya sebagai kafir dan munafik? Bukankah ini bukti
bahwa beliau mencintainya dan ridha kepadanya?
22
Bagaimana mungkin
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dikuburkan di antara Abu Bakar dan
Umar, padahal keduanya—dalam pandangan Syiah—adalah kafir? Orang Muslim tidak
dikubur di tengah kaum kafir, lalu bagaimana halnya dengan Nabi? Berarti Allah
Subhaanahu Wata’ala tidak memelihara nabi-Nya yang terhormat?
No comments:
Post a Comment