15 May 2020

22 Pertanyaan yang Tak Bisa Dijawab Kaum Syiah


22 pertanyaan dibawah ini bisa kamu tanyakan kepada kaum syiah, dan mereka akan kebingungan karena tidak bisa menjawabnya. Ini adalah bukti bahwa syiah adalah ajaran sesat yang menyimpang dari islam
1
Syiah menyangka bahwa Muawiyah adalah kafir. Kemudian kita dapati bahwa al Hasan bin Ali turun dari kursi kekhalifahan dan memberikannya kepada Muawiyah. Padahal al Hasan di antara  imam Syiah yang makshum. Maka konsekuensinya, mereka harus mengakui bahwa al Hasan telah turun dari tampuk khilafah untuk diserahkan kepada orang kafir. Ini menyelisihi kemakshuman beliau, atau berarti Muawiyah itu muslim?
2
Pembebasan masjid al Aqsha terjadi pada masa Umar Ibn Khatab. Pembebasan Persia juga oleh Umar ibn Khatab. Lalu pada masa panglima Sunni, Shalahuddin al Ayyubi juga membebaskan al-Aqsha. Lalu apa keberhasilan Syiah sepanjang sejarah? Apakah mereka berhasil menaklukkan walau sejengkal tanah musuh-musuh Islam?
3
Apakah masuk akal, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam gagal dalam memilih sahabat-sahabatnya, sebaliknya Khomeini berhasil dalam hal itu? Kita dapati bahwa mayoritas sahabat nabi telah kafir di mata orang-orang Syiah. Bagaimana mungkin Rasulullah gagal dalam membina dan membimbing sahabatnya. Padahal di dalam al-quran Allah telah memuji sahabat dari muhajirin dan anshor. Padahal di dalam al-quran Allah telah memuji ahlul badr.
4
Ketika kita melihat Syiah mendekatkan diri kepada Allah dengan mencaci maki para pemuka sahabat, terutama tiga khulafaur rasyidin; Abu Bakar, Umar, dan Utsman Radhiyallahu Anhu Ajmain, ternyata kita tidak menjumpai seorang Sunni pun mencaci maki seorang pun dari ahlul bait. Bahkan mereka mendekatkan diri kepada Allah Subhaanahu Wata’ala dengan mencintai mereka. Ini yang tidak bisa dipungkiri oleh Syiah, walaupun dengan kedustaan.
5
Manakah yang lebih berat bagi Islam dan kaum muslimin, kematian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam atau terbunuhnya al-Husain? Jika Anda mengatakan kematian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, saya tanyakan : Mengapa kami tidak melihat kalian menampar dan memukul-mukul tubuh kalian untuk beliau?
Jika kalian mengatakan terbunuhnya al-Husain lebih berat dan buruk, maka akan jelaslah bagi kami bahwa Nabi yang mulia tidak memiliki kedudukan berarti dalam pandangan kalian, dan kalian lebih mengutamakan al-Husain daripada beliau.
6
Jika Ali bin Abi Thalib radiallahu anhu membenci Abu Bakar radiallahu anhu dan Umar radiallahu anhu lalu kenapa beliau memberi nama anaknya Abu Bakar dan Umar?
Setelah wafatnya Fathimah, Ali menikah dengan sejumlah wanita yang melahirkan sejumlah anak untuknya, di antaranya; Abbas bin Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Ali, Ja’far bin Ali, dan Utsman bin Ali. Ibu mereka adalah Umm al Banin binti Hizam bin Darim. (Kasyful Ghummah fi Ma’rifah al A’immah, Ali al Arbili, 2/66).
Juga Ubaidullah bin Ali, Abu Bakar bin Ali. Ibu keduanya adalah Laila binti Mas’ud. (Kasyful Ghummah fi Ma’rifah al A’immah, Ali al Arbili, 2/66).
Juga Ruqayyah binti Ali, Umar bin Ali—yang meninggal dunia pada usia 35 tahun. Ibu keduanya adalah Ummu Habib binti Rabi’ah. (Kasyful Ghummah fi Ma’rifah al A’immah, Ali al Arbili, 2/66).
Pertanyaan: Apakah mungkin seorang ayah menamakan buah hatinya dengan nama musuh bebuyutannya. Lalu bagaimana halnya jika sang ayah ini adalah Ali bin Abi Thalib?
Bagaimana mungkin Ali menamakan anak-anaknya dengan nama orang-orang yang dianggap Syiah bahwa mereka adalah musuh-musuh Ali?
Jika Anda mendengar seseorang mengatakan, “Aisyah adalah penduduk neraka, Aisyah berada dalam neraka,” tanyakan kepadanya, Aisyah siapa yang anda maksud? :
Aisyah binti Ja’far Shadiq ? (Keturunan ke 5 Ali bin Abi Thalib)
Aisyah binti Musa Al-Kazhim ? (Keturunan ke 7 Ali bin Abi Thalib)
Aisyah binti Ali Ar-Ridha? (Keturunan ke 8 Ali bin Abi Thalib) Atau
Aisyah binti Ali Al-Hadi? (Keturunan ke 11 Ali bin Abi Thalib)
Aisyah siapa yang anda maksud…???
Kenapa mereka menamakan putra dan putri mereka dengan nama-nama itu ? Apakah bukan karena mereka menghormati pemilik nama aslinya dan memuliakannya ?
Dan mereka menginginkan nama-nama itu kekal dengan baik dalam ingatan jiwa-jiwa mereka. Seorang ayah akan memilih nama-nama untuk anaknya dengan nama-nama yang ia sukai.
 7
Syiah meyakini bahwa kepemimpinan setelah Rasulullah adalah Ali. Dan menurut syiah inilah yang telah diamanatkan Rasulullah kepada umatnya. Jadi, ini adalah sudah ketentuan Allah dan syariat yang tidak bisa diganggu gugat. Namun, pada prakteknya setelah Rasulullah wafat, yang menjadi khalifah adalah Abu Bakar, Umar, dan Uthman.
Dari kenyataan tersebut ada satu pertanyaan penting: Bagaimana mungkin skenario Allah yang diturunkan dari langit gagal? Mana mungkin apa yang telah Allah rencanakan tidak terjadi?
Padahal Allah berfirman di dalam quran surat Ali Imran ayat 26:  
Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dalam ayat tersebut disebutkan  ”Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki”. Maksudnya Allah SWT berkuasa memberi dan mencabut kekuasaan dari orang yang dikehendaki-Nya.
8
Kaum Syi’ah mengatakan bahwa semua Sahabat Nabi Muhammad SAW telah murtad kecuali hanya beberapa orang saja. Tuduhan “murtad” itu pun hanya karena mereka semua telah membai’at Sahabat Abu Bakar sebagai pengganti Nabi sebagai pemimpin pertama setelah Nabi Muhammad wafat.
Dengan kenyataan di atas secara tidak sadar Kaum Syi’ah menuduh Rasulullah sebagai seorang guru telah gagal mendidik murid-murid Beliau. Jika dibandingkan dengan peran Nabi Isa dalam mendidik muridnya, maka Rasulullah telah kalah karena murid Nabi Isa yang berkhianat hanya satu orang yaitu Yudas Eskariot. Selain Yudas semuanya ta’at pada Nabi Isa.
9
Ali menjadi khalifah setelah 24 tahun lamanya. Ali menjadi khalifah setelah islam jaya karena penaklukan yang dilakukan di masa Abu Bakar, Umar, dan Uthman. Dalam waktu 2,5 tahun, Abu Bakar telah memadamkan lima macam  fitnah dari dalam dan luar negeri setelah wafatnya Nabi Muhammad. Lima macam fitnah itu ialah: munculnya nabi palsu yaitu musailamatul kadzab, banyaknya orang yang murtad dari Islam, orang munafik menampakkan diri, ada sekelompok orang yang tidak mau membayar zakat dan ancaman serangan orang Romawi.
Kemudian Umar telah nmenyebarkan Islam sampai ke Mesir, Syam, Madain, Roma dan Persia selama 10 tahun. Setelah itu dilanjutkan oleh Utsman selama 12 tahun dan hasilnya terbukanya wilayah Afrika: Maroko, Aljazair dan Tunisia. Dalam periode ini juga disusun Mushaf Al-Qur’an yang sebut mushaf Utsmani.
Sekali  lagi perlu dicatat Bahwa ketika Ali menjadi khalifah, islam sudah jaya dan menyebar ke berbagai penjuru dunia karena jasa tiga khilafah sebelumnya.
Pertanyaanya, bagaimana mungkin orang syiah mengabaikan ini, sementara Ali sendiri merasa bangga dengan hasil yang telah ditorehkan oleh khalifah sebelumnya.
10
Jika tiga khilafah itu kafir, kenapa Ali tidak pernah mencaci mereka? Kenapa Ali menyembunyikan kebenaran. Padahal Allah dan Rasulullah melarang menyembunyikan kebenaran. Karena yang benar itu harus disampaikan. Dan kaum syiah mencaci para sahabat sementara Ali tidak mengajarkannya. Itu artinya, kaum syiah tidak mengikuti jalan Ali dan ahlul bayt. Bahkan syiah tidak pernah bisa membuktikan Ali pernah mengutuk para sahabat Rasulullah.
11
Syiah meyakini bahwa Ali adalah imam yang makshum (suci dari dosa). Tapi kita jumpai, ternyata beliau menikahkan puteri beliau, Ummu Kultsum, saudara perempuan sekandung Al Hasan dan al Husain dengan Umar bin Khaththab. Ini berkonsekuensi terhadap salah satu dari dua hal bagi Syiah;
Pertama, Ali Radhiyallahu ‘Anhu tidak makshum karena menikahkan puterinya dengan orang kafir (menurut keyakinan mereka, yaitu Umar Radhiyallahu ‘Anhu). Ini bertentangan dengan dasar-dasar madzhab, bahkan ini berkonsekuensi bahwa para imam selain beliau tidak makshum pula.
Kedua, Umar bin Khatthab Radhiyallahu ‘Anhu adalah Muslim. Ali Radhiyallahu ‘Anhu menjadikannya sebagai menantu. Tapi orang-orang Syiah yang mengaku sebagai pengikut Ali  justru mengafirkannya.
Ini adalah dua jawaban yang harus dipilih oleh orang-orang Syiah.
12
Syiah menyangka bahwa Fathimah, darah daging Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terpilih, telah dihinakan pada zaman Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu, dipatahkan tulang rusuknya, rumahnya hendak dibakar, dan janinnya yang mereka namakan al Muhsin digugurkan.
Pertanyaan: Di manakah Ali bin Abi Thalib ketika itu terjadi? Mengapa beliau tidak menuntut hak istrinya, padahal beliau adalah seorang pemberani dan kuat?
13
Al Kulaini menyebutkan dalam kitab-nya, Ushul al Kafi (1/239), “Sesungguhnya kita benar-benar memiliki mushaf Fathimah. Tahukah mereka apakah mushaf Fathimah itu?” Aku bertanya, “Apakah mushaf Fathimah itu?” Ia menjawab, “Yaitu mushaf yang di dalamnya seperti Qur’an kalian ini tiga kali lipatnya. Demi Allah, di dalamnya tidak ada satu huruf pun dari Qur’an kalian.”
Bayangkan, tidak ada ? (alif), tidak ada ? (ba), dan seterusnya.
Pertanyaan: Apakah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengetahui mushaf Fathimah? Jika beliau tidak mengetahuinya, maka bagaimana ahli baitnya mengetahuinya tanpa sepengetahuan beliau, padahal beliau adalah utusan Allah? Jika beliau mengetahuinya, mengapa beliau menyembunyikan-nya dari ummatnya? Padahal Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman, artinya:
“Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.” (QS. Al Ma’idah: 67).
14
Syiah menuduh bahwa khulafaur Rasyidin adalah kafir, lalu mengapa Allah menolong dan menaklukkan negeri-negeri lewat tangan mereka. Islam jaya dan berwibawa di masa mereka, di mana kaum Muslimin tidak pernah melihat satu masa di mana Allah lebih memuliakan Islam dibandingkan pada masa mereka.
Apakah ini sejalan dengan sunnah Allah yang telah ditetapkan untuk menghinakan kaum kafir dan munafik? Sebaliknya, kita lihat pada masa “al Ma’shum” (Ali bin Abi Thalib) yang kepemimpinan beliau dijadikan rahmat bagi manusia—seperti yang dikatakan Syiah—umat berpecah belah dan saling memerangi, sehingga musuh memangsa Islam.
15
Syiah mengatakan, sebab gaibnya imam mereka yang kedua belas di tempat persembunyiannya adalah karena takut dizalimi. Namun mengapa kegaiban ini terus berlanjut meskipun kekuatiran itu telah sirna dengan berdirinya negara-negara Syiah sepanjang sejarah, seperti al Ubaidiyyun, al Buwaihiyyun, ash-Shafawiyyun, dan terakhir negara Iran sekarang?
Mengapa ia tidak keluar sekarang, padahal Syiah mampu membela dan melindunginya di negeri mereka? Jumlah mereka jutaan dan akan menebusnya dengan jiwa mereka di waktu pagi dan petang? Apakah mereka tidak malu kepada sahabat-sahabat Rasulullah yang mereka kafirkan yang berani mengorbankan jiwa dan raga mereka untuk membela Rasulullah?
16
Mengapa Abu Bakar berani memerangi kaum murtad—yang menolak membayar zakat—dan mengatakan, “Sekiranya mereka menghalangiku mengambil anak kambing/unta yang dahulu mereka bayarkan kepada Rasulullah, niscaya aku memerangi mereka karenanya.”
Sementara Syiah mengatakan bahwa Ali Radhiyallahu ‘Anhu tidak mengeluarkan mushaf yang ditulisnya dari Rasulullah  Shallallahu ‘Alaihi Wasallam karena takut orang-orang akan murtad. Padahal beliau seorang khalifah, memiliki sifat-sifat dan pertolongan ilahi sebagaimana yang diklaim Syiah. Kendati demikian, beliau tetap menolak mengeluarkan mushaf karena kuatir orang-orang akan murtad, dan rela membiarkan orang-orang dalam kesesatan. Sementara  Abu Bakar memerangi murtaddin karena anak onta yang mereka menolak membayarkannya.
17
Sunni dan Syiah dengan semua sektenya bersepakat bahwa Ali seorang pemberani tak tertandingi, dan beliau tidak pernah takut dalam menegakkan agama Allah terhadap celaan siapa pun. Keberanian ini tak pernah putus walau sejenak, sejak awal kehidupan beliau hingga terbunuh di tangan Ibnu Muljam. Syiah, seperti diketahui, memaklumatkan bahwa Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu adalah penerima wasiat sepeninggal Nabi tanpa tenggang waktu.
Apakah keberanian Ali terhenti setelah wafatnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sehingga beliau membaiat Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, dan Utsman bin Affan ??
Apakah Ali tidak mampu—dan tidak mungkin beliau demikian—untuk naik ke atas mimbar Rasulullah walau sekalipun dari masa kekhalifahan salah satu dari ketiganya dan mengumumkan bahwa kekhalifahan telah dirampas dari dirinya? Dan bahwa dirinyalah yang paling berhak dengan hal itu karena beliau sebagai penerima wasiat?
Mengapa Ali tidak melakukan ini dan menuntut haknya, padahal beliau seorang pemberani? Dan beliau memiliki banyak pembela yang mencintainya?
18
Syiah menyangka bahwa Umar bin Khaththab membenci Ali, lalu ternyata, Umar menyerahkan kepemimpinan Madinah kepada Ali saat Umar pergi untuk menerima penyerahan kunci-kunci Baitul Maqdis? Ini terjadi karena Ali akan menjadi khalifah atas kaum Muslimin bila terjadi peristiwa yang tak diinginkan pada Umar. Lantas di manakah letak kebencian Umar?
19
Syiah tidak bisa menyangkal, Abu Bakar, Umar, dan Utsman Radhiyallahu ‘Anhu Ajmain telah membaiat Rasulullah di bawah pohon. Allah Subhaanahu Wata’ala mengabarkan bahwa Dia telah ridha kepada mereka dan mengetahui isi hati mereka. Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman, artinya,
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon. Maka Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (QS. Al Fath: 18)
Lalu datanglah Syiah, mengingkari firman Allah dan menuduh yang sebaliknya? Seakan-akan mereka mengatakan, “Engkau, wahai Rabb, tidak mengetahui tentang mereka sebagaimana yang kami ketahui.” Wal ‘iyadzu billah.
20
Agama Islam telah sempurna pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, berdasarkan firman-Nya, artinya, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu.” (QS. Al Maidah: 3).
Sementara Syiah, baru muncul setelah wafatnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
21
Bagaimana mungkin Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dimakamkan di kamar ‘Aisyah sementara orang-orang Syiah menuduhnya sebagai kafir dan munafik? Bukankah ini bukti bahwa beliau mencintainya dan ridha kepadanya?
22
Bagaimana mungkin Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dikuburkan di antara Abu Bakar dan Umar, padahal keduanya—dalam pandangan Syiah—adalah kafir? Orang Muslim tidak dikubur di tengah kaum kafir, lalu bagaimana halnya dengan Nabi? Berarti Allah Subhaanahu Wata’ala tidak memelihara nabi-Nya yang terhormat?


Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment