Ini adalah seri ketiga dari lima bagian yang mengeksplorasi
seperti apa kehidupan para wanita yang hidup di bawah Negara Islam Irak dan
Levant (ISIL atau ISIS) di Suriah dan Irak. Seorang guru dari Suriah
menggambarkan dipaksa untuk mengajarkan kurikulum yang diberlakukan oleh ISIL -
dan apa yang terjadi pada mereka yang tidak mau patuh menerapkan kurikulum
pendidikan ala ISIS.
Kisah Ayat - Deir Az Zor, Suriah: 'Kami harus mematuhi aturan
mereka'
Nama saya Ayat. Saya berumur 27 tahun dan seorang guru
sekolah dasar. ISIL menutup sekolah dan mengubahnya menjadi pusat pelatihan
untuk pejuang.
Mereka hanya ingin kita mengajarkan ayat-ayat dalam Quran
tentang "jihad", perang dan pembunuhan. (ISIS menyalahgunakan
al-quran dengan menafsirkan ayat secara serampangan). Kami tidak suka anak-anak
belajar itu. Jadi, saya mencoba mengajar di rumah. Saya membuat kesepakatan
dengan beberapa orang tua agar sekelompok kecil siswa datang ke rumah saya.
Tetapi ibu dari salah satu murid saya terlalu banyak bicara.
Berita itu menyebar dari satu orang ke orang lain. Dan ISIL menemukan seorang
guru sedang mengajar di rumah dan tidak mengikuti instruksi mereka. Mereka
mengatakan kepada suami saya: "Sebaiknya dia mendapatkan pelatihan dalam
hukum ISIL dan mengajar anak-anak di masjid seperti yang kita inginkan. Atau
..." Itu adalah ancaman. Saya tidak punya pilihan lain selain mengikuti
kemauan mereka.
Selama pelatihan, kami selalu diingatkan bahwa kami harus mematuhi
aturan mereka. Mereka memiliki nama kami dan mengawasi kami dengan cermat. Kami
sekarang bersama mereka. Di akhir pelatihan, kami dibaiat dan disumpah. Kami didatangkan
satu persatu ke hadapan istri amir. Dia bertanggung jawab untuk hal-hal semacam
ini.
Setiap kali kami melihat mobil polisi patrol agama, kami
semua mulai gemetaran. Bahkan di rumah sendiri, saya berjaga-jaga. Dilarang
bagi wanita untuk melihat keluar jendela, atau bahkan membuka jendela atau
gorden. Bahkan jika tetangga perempuan datang mengunjungi saya, saya harus
tertutup sepenuhnya. Kami selalu harus tertutup sepenuhnya. Kami takut salah
seorang wanita akan bergosip dan memberi informasi tentang kami kepada lelaki
lain.
Dari waktu ke waktu, kepala pengawas akan melakukan
kunjungan mendadak - hanya untuk memastikan kami berperilaku seperti yang
mereka perintahkan kepada kami. Kami selalu khawatir.
Saya punya teman yang sangat dekat. Namanya Faten. Dia
mengajar bersama kami di masjid. Suatu hari, selama jam kerja kami, salah satu
pejabat datang untuk memantau cara kami mengajar. Faten tidak mengikuti
instruksi mereka. Dia tidak mengajar anak-anak tentang kurikulum yang diberikan
kepadanya. Sebaliknya, dia meminta mereka menggambar dan menyanyikan lagu-lagu
anak-anak.
Ketika pejabat itu melihat cara mengajar Faten dia menjadi
sangat marah. Ada bentrokan antara dia dan Faten. Keesokan harinya, mereka
menangkap Faten di rumahnya. Dia dituduh berzina. Dan untuk ini, hukumannya
dirajam sampai mati. Mereka membawa orang tersebut ke tempat tertentu dan
mereka menerapkan hukuman. Dan itulah yang mereka lakukan dengan Faten. Semoga
dia beristirahat dengan tenang.
Saya kenal seorang wanita yang kuat. Dia adalah istri
seorang amir. Dia datang dari luar negeri, negara yang aneh. Dia sangat suka
memerintah dan pemarah. Dia membiarkan dirinya melakukan banyak hal yang
melarang kita melakukannya. Dia pernah mengundang kami ke rumahnya. Kami tidak
bisa menolak. Kami pergi ke sana dan melihat bagaimana dia sebenarnya hidup.
Dia mengenakan pakaian normal. Dia tidak sepenuhnya tertutup. Dia merokok
hookah, memakai parfum dan makeup. Semua hal yang justru dilarang bagi
wanita-wanita selain dia.
Untuk anggota ISIL, wanita memenuhi kebutuhan seksual
mereka. Dan itu adalah cara untuk memiliki lebih banyak anak, untuk menambah
jumlah mereka. Itulah klaim mereka.
Ada beberapa jenis pernikahan, seperti "jihad"
seksual atau pernikahan dengan tahanan wanita. Para tahanan perang wanita
dijual kepada beberapa pria - amir atau pejuang. "Jihad" seksual, di
sisi lain, adalah ketika seorang wanita menikahi seorang amir atau pejuang yang
meyakini bahwa Tuhan akan membalasnya seolah-olah dia telah berpartisipasi
dalam pertempuran. Dengan mau menikah dengan pejuang, seorang wanita dianggap
telah ikut berjuang di medan perang.
Ada seorang wanita bernama Um al-Yaman. Dia mengawasi semua
perkawinan dan masalah "jihad" seksual. Dia memiliki nama, umur, dan
deskripsi fisik gadis-gadis itu. Dia mengoordinasikan semua ini dengan para
pejuang dan amir. Para emir lebih suka perawan. Seorang emir memiliki pengaruh
dan kekuatan yang lebih besar daripada pejuang biasa. Tetapi mereka semua
memiliki permintaan khusus untuk menikah; kebutuhan pribadi mereka sendiri.
Ketika ISIL mengumumkan pembentukan brigade baru, mereka
menginginkan anggota baru, termasuk para wanita untuk direkrut. Para wanita penguasa
ini menggunakan segala cara yang mungkin untuk meyakinkan wanita lain untuk
mendaftar dan mengambil bagian dalam pertempuran. Mereka menyanjung kami dengan
memberi tahu bahwa kami akan seperti
laki-laki; bahwa mereka akan memiliki wewenang, kekuasaan dan kendali - dan tentu
saja, uang. Mereka menawari kami banyak uang. Mereka menggunakan banyak taktik
untuk meyakinkan kami. Mereka meminta saya untuk bergabung dengan brigade yang
mereka dirikan. Tetapi saya mengatakan kepada mereka saya memiliki masalah
kesehatan. Saya menggunakan alasan ini sehingga mereka tidak akan curiga saya
menentang mereka.
(Diterjemahkan dari laman aljazeera.com)
No comments:
Post a Comment