20 Dec 2019

Mengenal Lebih Dekat Etnis Uighur



Pemberitaan terhadap penindasan yang dialami oleh muslim Uighur di Xinjiang semakin mengemuka setelah Mesut Ozil mendoakan dan membela muslim Uighur lewat cuitannya. Setelah itu, jagat kembali ramai memperbincangkannya. Warga Muslim Uighur di Xinjiang dilaporkan kerap diperlakukan secara diskriminatif oleh pemerintah China. Identitas warga Uighur sebagai Muslim juga coba ditiadakan oleh China, dengan dalih memberantas ekstremisme.

Di penghujung tahun 2018, dunia mengecam laporan jutaan warga Uighur yang dipenjara oleh China. Warga Uighur dilaporkan dipaksa menanggalkan keislaman mereka dan didoktrin mencintai Partai Komunis. Sejak bertahun-tahun, jutaan masyarakat Uighur didera berbagai larangan dalam beragama. Larangan tersebut mulai dari berjenggot, bercadar, hingga menggunakan nama-nama Islami.
Lalu siapakah etnis Uighur? Dan Sejak kapan mereka menjadi muslim? Kali ini, Kita akan mencoba mengenal lebih dekat dengan Etnis Uighur.

Tahukah Anda, menurut sejarah, bangsa Uighur telah tinggal di Uighuristan lebih dari 2 ribu tahun.
Bangsa Uighur adalah keturunan klan Turki yang hidup di Asia Tengah, terutama di propinsi Cina, Xinjiang. Namun, sejarah etnis Uighur menyebut daerahnya itu Uighuristan atau Turkestan Timur.
Akan tetapi Cina, mengklaim daerah itu warisan sejarahnya. Cina juga mengklaim wilayah yang dihuni etnis Uighur tidak dapat dipisahkan dari Cina. Akan tetapi, fakta sejarah menunjukkan klaim Cina tidak berdasar dan Cina sengaja memalsukan sejarah untuk kepentingan perluasan wilayah Cina.
Uighuristan merupakan tanah subur yang luasnya seperenam dari wilayah Cina secara keseluruhan. Dan Xinjiang adalah provinsi terbesar di Cina.

Keturunan-keturunan klan Turki di Asia Tengah memiliki asal, bahasa, tradisi dan kebudayaan dan agama yang sama dengan bangsa Turki pada umumnya.  Pada tahun 1949, hampir 100 persen penduduk Xinjiang adalah klan Turki. Namun, sensus Cina terakhir menyebutkan kini hanya ada lebih dari 7 juta Uighur dari 15 juta warga Xinjiang. Para tokoh Uighur percaya jumlah mereka di sana 15 juta. Selain itu, kini di Xinjiang tinggal juga etnis ras Asia seperti etnis Han cina, Manchu, Huis dan Mongol.

Orang Uighur berbeda ras dengan Cina-Han. Mereka lebih mirip orang Eropa Kaukasus, sedang Han mirip orang Asia. Bangsa Uighur memiliki sejarah lebih dari 4 ribu tahun. Sepanjang itu, mereka telah mengembangkan kebudayaan unik, sistem masyarakat, dan banyak menyumbang dalam peradaban dunia.

Orang Uighur memeluk Islam sejak tahun 934 Masehi. Saat itu, 300 masjid megah dibangun di kota Kashgar. Islam lalu berkembang dan menjadi satu-satunya agama orang Uighur di Uighuristan.
Kemudian timbul pertanyaan, lalu sejak kapan Cina menguasai wilayah Turkistan Timur?

Republik Turkistan Timur yang sekarang berubah menjadi provinsi Xinjiang dibawah pemerintahan Cina sejak tahun 1949. Dengan dukungan penuh Uni Soviet, Jenderal Cina bernama Wang membantai warga Uighur. Puluhan ribu Muslim Uighur tewas dan Republik Turkistan Timur jatuh ke Cina, diganti menjadi Xinjiang yang berarti "teritori baru".

Setelah republic Turkistan Timur jatuh, Pemerintah Cina mulai melakukan aksi pembersihan budaya etnis Uighur.  Pemerintah Komunis cina berusaha menghapus bahasa, tradisi, nilai-nilai agama, simbol agama, kebiasaan, adat, dan kehidupan asli warga Uighur di Republik Turkistan Timur.
Cina telah memaksakan kehendak dengan menjadikan Bahasa Cina sebagai satu-satunya bahasa pengantar di Xinjiang. China menolak dan membatasi ketat sekolah-sekolah Islam yang mengajarkan sejarah dan nilai-nilai keislaman.

Cina lantas menetapkan status kawasan itu sebagai kawasan otonomi khusus. Namun, ternyata mereka perlahan-lahan mengirim etnis Han ke wilayah itu dan kemudian beranak pinak hingga jumlahnya dua kali lipat dari etnis Uighur.

Ada beberapa bentuk diskriminasi yang dialami oleh muslim Uighur di Xinjiang yang dilakukan oleh pemerintah cina.

Yang pertama, larangan berjenggot bagi kaum lelaki dan larangan bercadar bagi perempuan muslim.
Diberitakan bahwa pemerintah China mengeluarkan larangan menumbuhkan jenggot bagi pria dan mengenakan cadar bagi wanita.

Dalam peraturan yang sama, warga Uighur diharuskan untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah-sekolah pemerintah yang didoktrin oleh ajaran komunis, mereka juga melarang warga Uighur untuk tidak mentaati kebijakan keluarga berencana cina. Bahkan kaum perempuan dilarang mengenakan gamis. Jika ada yang mengenakan gamis, maka mereka akan segera dipantau dan disuruh untuk mengganti baju oleh petugas.

Di beberapa kota di Xinjiang, wanita yang memakai jilbab atau pria berjenggot dilarang naik bus. Pemerintah China menerapkan aturan berpakaian ini dengan ketat. Pada 2018, petugas China dilaporkan menggunting rok wanita Uighur yang terlalu panjang.

Kemudian bentuk diskriminasi pemerintah cina kepada muslim Uighur yang kedua adalah larangan berpuasa di bulan romadhon.

Berita soal larangan berpuasa bagi kaum muslim uighur muncul setiap tahun dari Xinjiang. Pada 2015, pemerintah China melarang pegawai negeri, pelajar, dan guru Muslim di Xinjiang untuk berpuasa dan beribadah di masjid.

Restoran-restoran milik warga Uighur juga dipaksa tetap buka di siang hari Ramadan. Larangan ini disampaikan salah satunya oleh pemerintah kota Tarbaghatay atau Tacheng dalam bahasa Mandarin. Larangan tersebut menyebutkan bahwa Selama Ramadan, pelajar dari etnis minoritas tidak berpuasa, tidak masuk masjid, dan tidak melakukan aktivitas religius.

Kemudian bentuk diskrimasi yang ketiga adalah larangan bernama islami atau memberi bayi dengan nama-nama islami.

Pada 2017 lalu, pemerintah kota Xinjiang mengeluarkan larangan pemberian nama-nama Islami bagi bayi yang baru lahir.  Bahkan nama yang berbau religius tidak akan mendapatkan kartu tanda penduduk khusus China. Pemerintah cina menganggap nama-nama islami sama saja dengan mempromosikan terror.

Bentuk diskriminasi yang keempat adalah otoritas China meluncurkan kampanye untuk melawan produk halal.

Sebagaimana disebutkan bahwa mayoritas penduduk di Xinjiang berasal dari suku Uighur yang memeluk agama Islam, namun Muslim adalah kelompok minoritas di China. Tentu saja kebijakan kampanye anti-produk halal tersebut berpengaruh pada kehidupan kelompok minoritas tersebut.

Pemerintah Cina mendeklarasikan untuk melawan halalisasi. Halalisasi adalah istilah untuk melarang kebebasan dan hak warga muslim Uighur untuk mengonsumsi produk halal.

Kemudian yang kelima, Pemerintah cina memaksa hampir satu juta orang untuk masuk kamp re-edukasi atau pendidikan ulang dengan alasan untuk melawan ekstrimisme.

Di dalam kamp-kamp tersebut, warga Uighur dipaksa untuk meninggalkan agamanya, dilarang beribadah dan didoktrin ajaran komunis yang bertentangan dengan ajaran islam. Ada seorang mantan tahanan yang mengaku pernah diminta untuk keluar dari agama Islam. Tak hanya itu, dia juga diminta mengucapkan kesetiaan kepada Partai Komunis China. Penyiksaan kerap terjadi bagi para tahanan yang tidak patuh pada perintah.

Itulah beberapa fakta penting yang terkait dengan muslim etnis Uighur. Semoga dengan mengetahui fakta-fakta tersebut, dapat menumbuhkan solidaritas dan kepedulian terhadap saudara muslim kita di Xinjiang. Jangan lupakan mereka dalam doa kita kepada Alloh subhanahu wata'ala sebagai sebaik-baik penolong.

Semoga bermanfaat

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment