18 Nov 2019

Tips Menembus Penerbit Mayor


Beberapa bulan yang lalu saya mengikuti sharing kepenulisan di chanel Telegram Indonesia Menulis. Saat itu, tema yang diambil adalah 'Bagaimana supaya bisa menerbitkan buku di Penerbit Mayor. Adapun pembicaranya adalah Shabira Ika, yand dimoderatori oleh kak Indah Tinumbia. Mbak Ika sendiri adalah seorang editor yang bekerja di salahsatu penerbit buku Mayor. Maka nggak heran banyak pengalaman di bidang editor. 

Mengingat informasi yang diberikan oleh Mbak Ika ini penting, maka saya meminta izin kepada beliau untuk mempublikasikan materinya di sini. Nah, buat kamu-kamu yang penasaran, bisa langsung cekidot pemaparan dibawah ini ya. 

===

Meskipun saat ini kesempatan untuk menerbitkan buku secara mandiri sangat besar, mengupayakan karya kita dapat terbit di penerbit mayor adalah tantangan tersendiri juga.

Sebelum masuk pada tips, saya akan berbagi sedikit kasus yang sering saya temui ketika mereview naskah masuk. Semoga ini dapat diambil pelajaran dalam mengirimkan naskah ke penerbit, ya.
1. Ada yang mengirimkan naskah hanya berupa satu cerpen dengan jumlah halaman 2 halaman, atau naskah nonfiksi dengan halaman yang bisa dihitung dengan jari (ini tidak akan mungkin diterbitkan, kecuali cerpennya bagus banget, penulisnya memiliki pembaca setia, dan mau menambah materi minimal menjadi sekitar 100 halaman word). Ingatlah bahwa penerbit menerbitkan karya berupa buku, bukan artikel seperti di web.
2. Mengirimkan tulisan yang tidak sesuai dengan genre penerbit. Misal: mengirimkan tulisan tentang otomotif ke penerbit Islami. Sebagus apa pun naskah Anda, pasti akan ditolak hanya dengan membaca judulnya.
3. Mengirimkan naskah yang berantakan; baik berantakan penampilannya maupun bahasanya. Spasi tidak beraturan, tanda baca dipakai seenaknya. (Naskah seperti ini mungkin akan dibaca oleh Tim editor, tetapi nantii…nanti kalau sudah tidak ada naskah lain yang lebih enak untuk dibaca dan tidak ada pekerjaan lain. Ini masih lebih bagus karena bisa jadi hanya sekali lihat dan membaca halaman pertama langsung ditolak.
4. Mengirimkan naskah dengan tema yang sudah pernah diterbitkan oleh penerbit tersebut tanpa ada pembeda dan keunggulannya (kemungkinan Anda akan mendapat email balasan dengan bunyi, “Kami sudah memiliki naskah sejenis yang sudah terbit”).
5. Sasaran pembaca tulisan tidak jelas atau tidak sesuai. Misal, tema materi untuk remaja tetapi gaya penyampaian untuk orang dewasa. Katanya naskah anak, tetapi pengemasan materinya tidak cocok untuk anak-anak, dll.  
LALU, BAGAIMANA SUPAYA NASKAH TEMBUS PENERBIT?
Berikut beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh penulis untuk memperbesar peluang naskahnya tembus penerbit.
1. Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang selera penerbit incaran tersebut. Semakin naskah kita sesuai dengan penerbit tersebut, semakin besar peluang naskah diterima.
Kemudian, bagaimana cara mencari tahunya?
Di era sekarang sangat mudah untuk mendapatkan informasi. Termasuk informasi tentang penerbit. Ikuti media sosial penerbit-penerbit tersebut.
Perhatikan jenis-jenis buku yang diterbitkan.
Jika perlu, belilah beberapa buku terbitan penerbit tersebut. Baca dan amati isinya. Biasanya setiap penerbit memiliki pakem atau semacam visi misi sendiri yang bisa jadi berbeda antara satu penerbit dengan penerbit yang lain. Ini bisa kita ketahui dari buku-buku terbitannya.
Misal, ada penerbit khusus buku pelajaran. Ada penerbit khusus buku islami. Ada penerbit khusus menerbitkan novel. Ada yang menerima berbagai jenis buku. Ini harus benar-benar dipahami oleh penulis sehingga naskah terkirim ke sasaran yang tepat.
Setelah mengumpulkan info, lalu mulai ke langkah kedua
2. Siapkan naskah terbaik.
Naskah terbaik itu yang bagaimana?
a. Tema up to date atau meskipun tema mainstream, pengemasan unik. Unik di sini bisa disesuaikan dengan tren yang sedang digemari saat ini. Misal, generasi milenial itu ternyata lebih suka informasi yang ada visualnya. Oleh karena itu,  kita mengemas naskah ada perpaduan yang apik antara isi dengan visual.
b. Judul menarik (minimal menarik buat editor)
Misal, Mana yang lebih menarik dan membuat orang ingin membacanya lebih dahulu? Judul buku ‘Panduan Pernikahan untuk Pasangan Suami Istri’ atau ‘Psikologi Pernikahan’?
c. Sasaran pembaca jelas (rentang usia berapa, tingkat pendidikannya, kehidupan sosialnya, dll.)
d. Outline cakep (outline ini untuk naskah nonfiksi bisa juga sama dengan daftar isi).
e. Naskah lengkap
f. Sistematika penulisan oke (jelas pembeda dan pembagian antara judul, subjudul, subsubjudul, dst.
g. Sinopsis ada
h. Portofolio terlampir
i. Kalimat tidak ‘acak-acakan’ (rapi, mengikuti aturan penulisan dari PUEBI) sehingga pembaca mudah mencerna maksud penulis. Tanda baca rapi. Penulis tidak boleh alergi dengan KBBI dan PUEBI (EYD) yaa
j. Penulis juga harus suka membaca karena otak ibarat teko, jika tidak diisi, tidak akan bisa menuangkan sesuatu ke dalam gelas. Dengan gemar membaca juga mengasah kemampuan kita membuat kalimat yang rapi dan bagus.
3. Penulis yang memiliki marketing plan (rencana pemasaran bukunya) sangat disukai oleh penerbit. Apalagi jika bisa ikut menjual bukunya.
Sekarang eranya berbeda dengan dahulu. Penulis yang aktif lebih disukai daripada penulis yang pasif.
4. Eksis dan berkomunitas
Zaman sekarang, editor dan penerbit suka penulis yang eksis. Yang tergabung dalam komunitas dan tak segan-segan mempromosikan karya-karyanya di media sosial. Mengapa? Karena ini sangat membantu promosi. Tak bisa dipungkiri bahwa penerbit menerima naskah kita bukan dalam rangka sosial, tetapi pasti ada unsur mencari profit karena menerbitkan buku ribuan eksemplar juga menggunakan modal :-).
5. Jaga attitude
Naah, ini poin penting yang kadang terlupa. Penulis yang baik selalu menjaga akhlak/kelakuan/attitudenya dengan baik di mana pun berada, baik di dunia maya maupun dunia nyata.
Biasanya saya, ketika akan menerima naskah dari penulis yang belum saya kenal, saya selalu mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang penulis ini. Saya telusuri media sosialnya satu-satu. Naskah bagus, tetapi attitude tidak baik, sangat bisa menyebabkan naskah ditolak.
6. Ikuti tren perbukuan, baik nasional maupun internasional.
Sempatkan untuk main ke toko buku-toko buku ataupun toko buku online. Perhatikan buku-buku yang best seller. Lihat tema dan pengemasannya.
7. Tulis dan kirimkan naskah sebanyak-banyaknya.
Kalau tidak ditulis-tulis, siap-siap saja ide keren kita ternyata sudah menjadi buku dan nampang di toko buku di seluruh Indonesia dengan penulis yang berbeda. Sebab, bukan hanya kita yang memiliki ide yang sama dan tak kalah keren.
Menurut saya, sesungguhnya, penulis dan pegiat literasi adalah salah satu elemen penjaga moral bangsa. Oleh karena itu, semoga hanya tulisan yang baik-baik yang kita hasilkan dan sebarkan sehingga berkontribusi memperkuat karakter penerus bangsa.
Selamat berkarya
TANYA JAWAB
Pertanyaan Pertama,
Assalamu 'alaikum
Kak, maksud dari "Portofolio terlampir" itu gimana ya?
JAWAB:
- Maksudnya, dalam pengiriman naskah disertakan juga portofolio, Kak. Daftar judul karya, contoh karya, yang pernah diterbitkan jika ada. Bisa juga CV. Untuk apa melampirkan CV/portofolio? Untuk memperkenalkan diri kita.  

PERTANYAAN 2
Selamat siang kak Indah Tinumbia.
Perkenalkan, nama saya : Dheny Muhammad Ismail. Saya adalah tergabung di INDONESIA MENULIS. Saat ini saya sedang mengikuti materi dari kak Shabira Ika yang berjudul "TIPS MENEMBUS PENERBIT (MAYOR)".
Saya ingin bertanya : "Mengapa kita (penulis) sangat disarankan untuk bisa menembus penerbit mayor? Padahal, setahu saya royaltinya terbilang tidak besar. Dan apakah jika tidak bisa menembus penerbit mayor itu bisa dikatakan naskah buku kita (penulis) itu tidak bagus? Ya memang kalau dipasarkan sendiri itu profit bisa lebih besar daripada harus ke penerbit mayor (dalam tanda kutip, "PENJUALAN nya sama"). Dan banyak saya temui di internet tulisan-tulisan penulis yang bagus (mungkin hanya bagus di saya saja) yang bisa dijadikan karya buku itu tidak melulu mau tembus ke penerbit mayor. Padahal tulisan mereka (penulis di internet) jika bisa dipasarkan dengan baik, waow.. penghasilannya bisa besar.
JAWAB:
1. Sangat disarankan untuk terbit di penerbit mayor?
Sebenarnya ini dikembalikan kepada masing-masing orang. Yang paling penting, sebelum memutuskan untuk memilih menerbitkan mandiri atau mencoba memasukkan ke penerbit mayor sudah tahu kelebihan dan kekurangan masing-masing pilihan ^^.
Sebab, dua-duanya memiliki tantangan masing-masing.
Misal:
- Menerbitkan buku mandiri berarti membutuhkan modal di awal, mempersiapkan marketing sendiri, dll. Namun, jika berhasil, keuntungan lebih besar.
- Menerbitkan di penerbit mayor, tidak memerlukan modal di awal. Mendapat royalti. Namun, royalti tidak sebesar jika menerbitkan sendiri, dll.
2. apakah jika tidak bisa menembus penerbit mayor itu bisa dikatakan naskah buku kita (penulis) itu tidak bagus?
Belum tentu, Kak. Mungkin pemilihan penerbit belum sesuai dengan tipe naskah kita. Mungkin sebenarnya naskah bagus, tetapi cara penyajiannya belum maksimal.
Jika sudah siap menerbitkan buku secara mandiri, termasuk promosi dan marketingnya sudah siap, sasaran pembeli juga sudah ada, kenapa tidak menerbitkan buku sendiri? Secara pribadi saya juga mendukung yang mengambil langkah seperti ini.
Dengan catatan, mohon untuk tetap menjaga kualitas buku, baik dari sisi isi maupun pengemasan. Libatkan editor dan desainer untuk mengolahnya karena kadang editor dapat menemukan hal-hal yang terlewat dari penulis.
Sekarang, banyak penulis yang menerbitkan naskah sendiri dengan berbagai kreativitas yang justru lebih bagus, baik dari sisi isi (konten) maupun pengemasan daripada penerbit besar (terutama produk-produk buku anak). Saya salut dan sangat mengapresiasi ini.
Intinya, mau memilih menerbitkan buku sendiri ataupun melalui penerbit mayor, yang harus tetap dijaga adalah kualitas naskah. Isi dapat dipertanggungjawabkan, menyebarkan kebaikan, dan dikemas dengan apik juga. ^^
PERTANYAAN 3
Rekomendasi buku non fiksi untuk editor teh? langkah awal untuk jadi editor itu apa harus jadi penulis juga? Tips supaya jadi editor yang baik
Referensi Belajar editor yang baik di mana teh?
JAWAB:
1. Rekomendasi buku non fiksi untuk editor teh?
- Buku Pintar Penyuntingan Naskah (Pamusuk E.)
- Taktis Menyunting Buku (Bambang Trim)
dua buku ini bisa dijadikan bahan belajar, Kak.
2. langkah awal untuk jadi editor itu apa harus jadi penulis juga?
- Langkah awal untuk jadi editor harus suka buku, Kak, dan betah duduk. Hehehe
- Harus mau mendalami kembali aturan EYD/EBI
3.  Apakah harus jadi penulis juga?
Editor yang baik hendaknya bisa menulis juga karena jika bisa menulis, kelenturan berbahasa tulisnya juga lebih terasah. Di samping itu, dalam beberapa kasus, editor kadang juga bertindak me-rewrite naskah.
3. Tips supaya jadi editor yang baik (menurut saya)
- Tidak alergi untuk terus belajar
- Mengikuti perkembangan dunia perbukuan dan literasi
- Suka membaca
- Tidak malas (malas mengecek informasi/kebenaran naskah, malas ‘mengobrak-abrik’ naskah supaya lebih maksimal)
4. Referensi Belajar editor yang baik di mana teh? Selain belajar mandiri, bisa mengikuti pelatihan-pelatihan editing yang diadakan berbagai Lembaga, Kak, baik yang diadakan oleh praktisi maupun akademisi.
PERTANYAAN 4
 Assalamu'alaikum kak indah, mau nitip pertanyaan untuk kak shabira :
1. Biasanya naskah yang masuk penerbit mayor tiap bulannya ada berapa & jumlah yg diambil/diterima berapa?
2. Sebetulnya defenisi plagiat buku itu seperti apa? kok belum lama ini ada penulis yg merasa karyanya dibajak (dalam hal ini konsep isi bukunya) & buku yg dianggap plagiat itu justru menerima penghargaan di islamic book award
 3. Penerbit akan mendahulukan mana antara naskah yang dikirim dalam bentuk soft file & printout?
4. Seberapa besar pengaruh endorse dari tokoh terhadap peluang diterimanya naskah?
Terimakasih kak.
Ditunggu jawabannya 😊🙏
JAWAB:
1. Puluhan hingga ratusan, Kak. Yang diterima bergantung seberapa bnyk naskah yang berdasarkan review redaksi layak untuk diterbitkan, Kak. Tidak ada patokan berapa persennya ^^
2. Plagiat :
- Menjiplak mentah-mentah karya orang lain dan membubuhkan Namanya sebagai pencipta.
- Membayar tulisan karya orang lain, lalu mengakuinya sebagai karya sendiri.
- Mencuri gagasan/ide orang lain lalu memublikasikan atas nama sendiri.
- Menggunakan kata-kata yang diucapkan orang lain apa adanya dan memublikasikan atas nama sendiri.
- Mengubah tulisan orang lain pada suatu bagian dengan kata-kata sendiri, lalu memublikasikan atas nama sendiri.
- Mengopi tulisan orang lain (contoh dari internet), lalu menggunakan dalam tulisan seakan-akan merupakan tulisan karya sendiri.
https://manistebu.com/2014/06/ini-yang-disebut-plagiat/

Beberapa poin tersebut tercantum dalam tulisan yang dibuat oleh Pak Bambang Trim pada blognya. Silakan mengunjungi alamat tersebut di atas untuk penjelasan lebih lengkap, ya Kak.
Untuk kasus konsep isi buku atau ide menurut saya pribadi bisa jadi ada dua kemungkinan,
- Bisa jadi memang ada pembajakan (dibuktikan dengan kesamaan tulisan)
- Bisa jadi memang memiliki ide yang sama, tetapi cara menuangkannya berbeda. Hanya sama secara ide besarnya saja.
Dalam kasus seperti ini, harus dilihat lebih mendalam.
Dalam kasus nomor 2 ini misal dapat ditelusuri karya yang manakah yang terlebih dahulu terbit? Ataukah penulis yang satunya memang tahu ada buku tersebut? Atau hanya kebetulan memiliki ide yang sama.
3. Keduanya akan diperlakukan sama, Kak. Untuk efektivitas dan penghematan kertas sekarang sudah banyak penerbit yang lebih menyarankan pengiriman naskah melalui email.
4. Bergantung kualitas naskah, Kak. Endors sifatnya adalah elemen tambahan.

PERTANYAAN 5
1. Kelengkapan naskah yang harus disiapkan sebelum dikirim ke penerbit, apa saja ya mbak? (Selain naskah buku lengkap, sinopsis, profil penulis dan portofolio)
2. Biasanya kalo naskah kita ditolak penerbit, nasib naskahnya apakah dikembalikan/dimusnahkan atau diapakan ya mbak?
Terima kasih 🙏🙏
JAWABAN:
1. Poin-poin tersebut sudah cukup, Kak. Jika ada dapat ditambahkan marketing plan.
2. Dimusnahkan, Kak. Jika ingin dikembalikan (misal dalam bentuk print out) penulis harus menyediakan prangko untuk mengirimkan kembali atau dapat diambil langsung.

PERTANYAAN 6
Kk jadi editor dmn aja?
JAWAB:
Sehari-hari saya editor di Gema Insani, Kak. Sambil freelance dari beberapa penerbit lain.

PERTANYAAN 7
Mau tanya dalam menulis novel berp persen narasi berp persen diaolog?
Aku baca novel mayor kebanyakan narasi dr pd dialog. Sementara yg indi kebalikannya. Biasanya😁
JAWABAN:
Tidak ada patokan khusus, Kak. Yang penting seimbang untuk membangun cerita. Salah satu elemen terlalu minim tidak bagus, terlalu berlebihan juga tidak bagus.
PERTANYAAN 8
Lebih sulit mana edit naskah yang fiksi sama non fiksi?
JAWABAN:
Masing-masing memiliki kekhasan sendiri, Kak. Hehehe.
PERTANYAAN 9
Assalamu'alaikum
Mau tanya Mbak, apakah jika kita ingin menerbitkan buku islami harus berlatarbelakang jurusan agama?  Maksudnya apakah itu jadi pertimbangan utama diterimanya naskah?
JAWABAN:
Tidak menjadi satu-satunya pertimbangan, Kak. Bergantung jenis naskahnya. Islami populer ataukah jenis referensi. Untuk jenis referensi biasanya akan lebih menjadi pertimbangan. Untuk islami populer yang terpenting keseharian kita tidak berbeda dengan nilai-nilai/gagasan yang kita usung dalam tulisan.
PERTANYAAN 10
Mbak Indah mau tanya, sy punya naskah liputan orang Indonesia di Amerika hasil wawancara dg mereka. Suka dukanya dll. Sudah sy muat di koran. Tp sy tulis dg gaya novel. Sudah saya kumpulkan dlm bentuk buku, gimana caranya menembus penerbiy mayor? (Gatot Susanto)
JAWAB:
Coba dikirimkan saja, Kak. Ke beberapa penerbit yang menerima/menerbitkan jenis tulisan yang sesuai dengan naskah Kakak.
PERTANYAAN 11
Kak mau tanya kpd teh ika, apakah setiap penerbit akan memberi  konfirmasi atas naskah2 yg kita kirim jika gagal? Lalu bolehkah kita aktif bertanya kpd penerbit letak.kesalahan yg membuat naskah tertolak? Terimakasih
JAWABAN:
1. Betul, Kak. Akan ada jawaban atas naskah diterima atau tidak.
2. Lalu bolehkah kita aktif bertanya kpd penerbit letak kesalahan yg membuat naskah tertolak? Boleh banget, Kak.
PERTANYAAN 12
Di nomor 2, poin b dituliskan bahawa disana, tulis judul yang menarik minimal untuk menarik perhatian editor.
Pertanyaannya, apakah kita harus tahu dulu yang disebut unik menurut selera editor dari penerbit itu seperti apa? Soalnya kan tiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda tentang keunikan.
JAWABAN:
Dapat dilihat secara umum saja, Kak. Keumuman pemilihan judul pada buku-buku yang telah diterbitkan berbagai penerbit. Jika ingin lebih spesifik, dapat memerhatikan judul-judul buku terbitan penerbit yang menjadi incaran kita.
PERTANYAAN 13
Bismillah..mo tanya kak..klo qt sudah mmpelajari "selera" penerbit. Trs qt sudah bikin tulisan, msalnya 100 halaman gt. Langkah pertama kita masuk ke penerbit, ntar menemui siapa kak? Trs apa yg kita lakukan kmudian setelah mmperkenalkan diri, kak? Terima kasih.
JAWABAN:
Kirimkan saja naskahnya ke email penerimaan naskah penerbit yang menjadi incaran kita, Kak.
Jika datang langsung, bilang saja ingin memasukkan naskah, apakah bisa bertemu orang dari redaksi?
PERTANYAAN 14
Maaf teh mau tanya penerbit yang khusus novel itu pnrbit apa aja ya...
Dan untuk menulis novel langkah awal apa ya....
JAWABAN:
1. Gramedia grup, Gagasmedia, mizan grup, dan lain-lain. Silakan lebih lengkap digoogling ya, Kak. Banyak informasi di internet ^^.
2. Mungkin Kakak-Kakak yang lain ada yang mau berbagi ilmu dan pengalaman bagaimana langkah awal menulis novel? ^^
Setiap orang bisa saja jawabannya berbeda sepertinya.
Menurut saya, langkah awal bisa dimulai dari pemilihan tema, riset tentang tema tersebut dan kebutuhan cerita, penentuan tokoh dan karakternya, lalu mulai merancang garis besar cerita.
Silakan ya, Kakak-Kakak lain yang lebih berpengalaman dapat berbagi tipsnya ^^
Pertanyaan :
Salam mba Indah. Menurut mba syabiha mengirim fortofolio itu apa menuliskan karya kita juga?  Apa hanya judulnya saja? Terima kasih
Berarti kalau datang langsung ke penerbit, naskah kita berbentuk fisik?
Jawab:
1. hanya judulnya saja cukup,  Kak.
2. Boleh fisik. Boleh softfile. Karena biasanya redaksi tetap butuh waktu untuk review. Kalau datang langsung perbedaannya bisa menjelaskan naskah kita, kelebihannya secara langsung dan bs berdiskusi langsung

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment