Beberapa bulan yang lalu saya mengikuti sharing kepenulisan di chanel Telegram Indonesia Menulis. Saat itu, tema yang diambil adalah 'Bagaimana supaya bisa menerbitkan buku di Penerbit Mayor. Adapun pembicaranya adalah Shabira Ika, yand dimoderatori oleh kak Indah Tinumbia. Mbak Ika sendiri adalah seorang editor yang bekerja di salahsatu penerbit buku Mayor. Maka nggak heran banyak pengalaman di bidang editor.
Mengingat informasi yang diberikan oleh Mbak Ika ini penting, maka saya meminta izin kepada beliau untuk mempublikasikan materinya di sini. Nah, buat kamu-kamu yang penasaran, bisa langsung cekidot pemaparan dibawah ini ya.
===
Meskipun saat ini kesempatan untuk menerbitkan buku secara
mandiri sangat besar, mengupayakan karya kita dapat terbit di penerbit mayor
adalah tantangan tersendiri juga.
Sebelum masuk pada tips, saya akan berbagi sedikit kasus
yang sering saya temui ketika mereview naskah masuk. Semoga ini dapat diambil
pelajaran dalam mengirimkan naskah ke penerbit, ya.
1. Ada yang mengirimkan naskah hanya berupa satu cerpen
dengan jumlah halaman 2 halaman, atau naskah nonfiksi dengan halaman yang bisa
dihitung dengan jari (ini tidak akan mungkin diterbitkan, kecuali cerpennya
bagus banget, penulisnya memiliki pembaca setia, dan mau menambah materi
minimal menjadi sekitar 100 halaman word). Ingatlah bahwa penerbit menerbitkan
karya berupa buku, bukan artikel seperti di web.
2. Mengirimkan tulisan yang tidak sesuai dengan genre
penerbit. Misal: mengirimkan tulisan tentang otomotif ke penerbit Islami.
Sebagus apa pun naskah Anda, pasti akan ditolak hanya dengan membaca judulnya.
3. Mengirimkan naskah yang berantakan; baik berantakan
penampilannya maupun bahasanya. Spasi tidak beraturan, tanda baca dipakai
seenaknya. (Naskah seperti ini mungkin akan dibaca oleh Tim editor, tetapi
nantii…nanti kalau sudah tidak ada naskah lain yang lebih enak untuk dibaca dan
tidak ada pekerjaan lain. Ini masih lebih bagus karena bisa jadi hanya sekali
lihat dan membaca halaman pertama langsung ditolak.
4. Mengirimkan naskah dengan tema yang sudah pernah diterbitkan
oleh penerbit tersebut tanpa ada pembeda dan keunggulannya (kemungkinan Anda
akan mendapat email balasan dengan bunyi, “Kami sudah memiliki naskah sejenis
yang sudah terbit”).
5. Sasaran pembaca tulisan tidak jelas atau tidak sesuai.
Misal, tema materi untuk remaja tetapi gaya penyampaian untuk orang dewasa.
Katanya naskah anak, tetapi pengemasan materinya tidak cocok untuk anak-anak,
dll.
LALU, BAGAIMANA SUPAYA NASKAH TEMBUS PENERBIT?
Berikut beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh penulis
untuk memperbesar peluang naskahnya tembus penerbit.
1. Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang selera penerbit
incaran tersebut. Semakin naskah kita sesuai dengan penerbit tersebut, semakin
besar peluang naskah diterima.
Kemudian, bagaimana cara mencari tahunya?
Di era sekarang sangat mudah untuk mendapatkan informasi.
Termasuk informasi tentang penerbit. Ikuti media sosial penerbit-penerbit
tersebut.
Perhatikan jenis-jenis buku yang diterbitkan.
Jika perlu, belilah beberapa buku terbitan penerbit tersebut.
Baca dan amati isinya. Biasanya setiap penerbit memiliki pakem atau semacam
visi misi sendiri yang bisa jadi berbeda antara satu penerbit dengan penerbit
yang lain. Ini bisa kita ketahui dari buku-buku terbitannya.
Misal, ada penerbit khusus buku pelajaran. Ada penerbit
khusus buku islami. Ada penerbit khusus menerbitkan novel. Ada yang menerima
berbagai jenis buku. Ini harus benar-benar dipahami oleh penulis sehingga
naskah terkirim ke sasaran yang tepat.
Setelah mengumpulkan info, lalu mulai ke langkah kedua
2. Siapkan naskah terbaik.
Naskah terbaik itu yang bagaimana?
a. Tema up to date atau meskipun tema mainstream, pengemasan
unik. Unik di sini bisa disesuaikan dengan tren yang sedang digemari saat ini.
Misal, generasi milenial itu ternyata lebih suka informasi yang ada visualnya.
Oleh karena itu, kita mengemas naskah
ada perpaduan yang apik antara isi dengan visual.
b. Judul menarik (minimal menarik buat editor)
Misal, Mana yang lebih menarik dan membuat orang ingin
membacanya lebih dahulu? Judul buku ‘Panduan Pernikahan untuk Pasangan Suami
Istri’ atau ‘Psikologi Pernikahan’?
c. Sasaran pembaca jelas (rentang usia berapa, tingkat
pendidikannya, kehidupan sosialnya, dll.)
d. Outline cakep (outline ini untuk naskah nonfiksi bisa
juga sama dengan daftar isi).
e. Naskah lengkap
f. Sistematika penulisan oke (jelas pembeda dan pembagian
antara judul, subjudul, subsubjudul, dst.
g. Sinopsis ada
h. Portofolio terlampir
i. Kalimat tidak ‘acak-acakan’ (rapi, mengikuti aturan
penulisan dari PUEBI) sehingga pembaca mudah mencerna maksud penulis. Tanda
baca rapi. Penulis tidak boleh alergi dengan KBBI dan PUEBI (EYD) yaa
j. Penulis juga harus suka membaca karena otak ibarat teko,
jika tidak diisi, tidak akan bisa menuangkan sesuatu ke dalam gelas. Dengan
gemar membaca juga mengasah kemampuan kita membuat kalimat yang rapi dan bagus.
3. Penulis yang memiliki marketing plan (rencana pemasaran
bukunya) sangat disukai oleh penerbit. Apalagi jika bisa ikut menjual bukunya.
Sekarang eranya berbeda dengan dahulu. Penulis yang aktif
lebih disukai daripada penulis yang pasif.
4. Eksis dan berkomunitas
Zaman sekarang, editor dan penerbit suka penulis yang eksis.
Yang tergabung dalam komunitas dan tak segan-segan mempromosikan karya-karyanya
di media sosial. Mengapa? Karena ini sangat membantu promosi. Tak bisa dipungkiri
bahwa penerbit menerima naskah kita bukan dalam rangka sosial, tetapi pasti ada
unsur mencari profit karena menerbitkan buku ribuan eksemplar juga menggunakan
modal :-).
5. Jaga attitude
Naah, ini poin penting yang kadang terlupa. Penulis yang
baik selalu menjaga akhlak/kelakuan/attitudenya dengan baik di mana pun berada,
baik di dunia maya maupun dunia nyata.
Biasanya saya, ketika akan menerima naskah dari penulis yang
belum saya kenal, saya selalu mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang
penulis ini. Saya telusuri media sosialnya satu-satu. Naskah bagus, tetapi
attitude tidak baik, sangat bisa menyebabkan naskah ditolak.
6. Ikuti tren perbukuan, baik nasional maupun internasional.
Sempatkan untuk main ke toko buku-toko buku ataupun toko
buku online. Perhatikan buku-buku yang best seller. Lihat tema dan pengemasannya.
7. Tulis dan kirimkan naskah sebanyak-banyaknya.
Kalau tidak ditulis-tulis, siap-siap saja ide keren kita
ternyata sudah menjadi buku dan nampang di toko buku di seluruh Indonesia
dengan penulis yang berbeda. Sebab, bukan hanya kita yang memiliki ide yang
sama dan tak kalah keren.
Menurut saya, sesungguhnya, penulis dan pegiat literasi
adalah salah satu elemen penjaga moral bangsa. Oleh karena itu, semoga hanya
tulisan yang baik-baik yang kita hasilkan dan sebarkan sehingga berkontribusi
memperkuat karakter penerus bangsa.
Selamat berkarya
TANYA JAWAB
Pertanyaan Pertama,
Assalamu 'alaikum
Kak, maksud dari "Portofolio terlampir" itu gimana
ya?
JAWAB:
- Maksudnya, dalam pengiriman naskah disertakan juga
portofolio, Kak. Daftar judul karya, contoh karya, yang pernah diterbitkan jika
ada. Bisa juga CV. Untuk apa melampirkan CV/portofolio? Untuk memperkenalkan
diri kita.
PERTANYAAN 2
Selamat siang kak Indah Tinumbia.
Perkenalkan, nama saya : Dheny Muhammad Ismail. Saya adalah
tergabung di INDONESIA MENULIS. Saat ini saya sedang mengikuti materi dari kak
Shabira Ika yang berjudul "TIPS MENEMBUS PENERBIT (MAYOR)".
Saya ingin bertanya : "Mengapa kita (penulis) sangat
disarankan untuk bisa menembus penerbit mayor? Padahal, setahu saya royaltinya
terbilang tidak besar. Dan apakah jika tidak bisa menembus penerbit mayor itu
bisa dikatakan naskah buku kita (penulis) itu tidak bagus? Ya memang kalau
dipasarkan sendiri itu profit bisa lebih besar daripada harus ke penerbit mayor
(dalam tanda kutip, "PENJUALAN nya sama"). Dan banyak saya temui di
internet tulisan-tulisan penulis yang bagus (mungkin hanya bagus di saya saja)
yang bisa dijadikan karya buku itu tidak melulu mau tembus ke penerbit mayor.
Padahal tulisan mereka (penulis di internet) jika bisa dipasarkan dengan baik,
waow.. penghasilannya bisa besar.
JAWAB:
1. Sangat disarankan untuk terbit di penerbit mayor?
Sebenarnya ini dikembalikan kepada masing-masing orang. Yang
paling penting, sebelum memutuskan untuk memilih menerbitkan mandiri atau
mencoba memasukkan ke penerbit mayor sudah tahu kelebihan dan kekurangan
masing-masing pilihan ^^.
Sebab, dua-duanya memiliki tantangan masing-masing.
Misal:
- Menerbitkan buku mandiri berarti membutuhkan modal di
awal, mempersiapkan marketing sendiri, dll. Namun, jika berhasil, keuntungan
lebih besar.
- Menerbitkan di penerbit mayor, tidak memerlukan modal di
awal. Mendapat royalti. Namun, royalti tidak sebesar jika menerbitkan sendiri,
dll.
2. apakah jika tidak bisa menembus penerbit mayor itu bisa
dikatakan naskah buku kita (penulis) itu tidak bagus?
Belum tentu, Kak. Mungkin pemilihan penerbit belum sesuai
dengan tipe naskah kita. Mungkin sebenarnya naskah bagus, tetapi cara
penyajiannya belum maksimal.
Jika sudah siap menerbitkan buku secara mandiri, termasuk
promosi dan marketingnya sudah siap, sasaran pembeli juga sudah ada, kenapa
tidak menerbitkan buku sendiri? Secara pribadi saya juga mendukung yang
mengambil langkah seperti ini.
Dengan catatan, mohon untuk tetap menjaga kualitas buku,
baik dari sisi isi maupun pengemasan. Libatkan editor dan desainer untuk
mengolahnya karena kadang editor dapat menemukan hal-hal yang terlewat dari
penulis.
Sekarang, banyak penulis yang menerbitkan naskah sendiri
dengan berbagai kreativitas yang justru lebih bagus, baik dari sisi isi
(konten) maupun pengemasan daripada penerbit besar (terutama produk-produk buku
anak). Saya salut dan sangat mengapresiasi ini.
Intinya, mau memilih menerbitkan buku sendiri ataupun
melalui penerbit mayor, yang harus tetap dijaga adalah kualitas naskah. Isi
dapat dipertanggungjawabkan, menyebarkan kebaikan, dan dikemas dengan apik
juga. ^^
PERTANYAAN 3
Rekomendasi buku non fiksi untuk editor teh? langkah awal
untuk jadi editor itu apa harus jadi penulis juga? Tips supaya jadi editor yang
baik
Referensi Belajar editor yang baik di mana teh?
JAWAB:
1. Rekomendasi buku non fiksi untuk editor teh?
- Buku Pintar Penyuntingan Naskah (Pamusuk E.)
- Taktis Menyunting Buku (Bambang Trim)
dua buku ini bisa dijadikan bahan belajar, Kak.
2. langkah awal untuk jadi editor itu apa harus jadi penulis
juga?
- Langkah awal untuk jadi editor harus suka buku, Kak, dan
betah duduk. Hehehe
- Harus mau mendalami kembali aturan EYD/EBI
3. Apakah harus jadi
penulis juga?
Editor yang baik hendaknya bisa menulis juga karena jika
bisa menulis, kelenturan berbahasa tulisnya juga lebih terasah. Di samping itu,
dalam beberapa kasus, editor kadang juga bertindak me-rewrite naskah.
3. Tips supaya jadi editor yang baik (menurut saya)
- Tidak alergi untuk terus belajar
- Mengikuti perkembangan dunia perbukuan dan literasi
- Suka membaca
- Tidak malas (malas mengecek informasi/kebenaran naskah,
malas ‘mengobrak-abrik’ naskah supaya lebih maksimal)
4. Referensi Belajar editor yang baik di mana teh? Selain
belajar mandiri, bisa mengikuti pelatihan-pelatihan editing yang diadakan
berbagai Lembaga, Kak, baik yang diadakan oleh praktisi maupun akademisi.
PERTANYAAN 4
Assalamu'alaikum kak
indah, mau nitip pertanyaan untuk kak shabira :
1. Biasanya naskah yang masuk penerbit mayor tiap bulannya
ada berapa & jumlah yg diambil/diterima berapa?
2. Sebetulnya defenisi plagiat buku itu seperti apa? kok
belum lama ini ada penulis yg merasa karyanya dibajak (dalam hal ini konsep isi
bukunya) & buku yg dianggap plagiat itu justru menerima penghargaan di
islamic book award
3. Penerbit akan
mendahulukan mana antara naskah yang dikirim dalam bentuk soft file &
printout?
4. Seberapa besar pengaruh endorse dari tokoh terhadap
peluang diterimanya naskah?
Terimakasih kak.
Ditunggu jawabannya 😊🙏
JAWAB:
1. Puluhan hingga ratusan, Kak. Yang diterima bergantung
seberapa bnyk naskah yang berdasarkan review redaksi layak untuk diterbitkan,
Kak. Tidak ada patokan berapa persennya ^^
2. Plagiat :
- Menjiplak mentah-mentah karya orang lain dan membubuhkan
Namanya sebagai pencipta.
- Membayar tulisan karya orang lain, lalu mengakuinya
sebagai karya sendiri.
- Mencuri gagasan/ide orang lain lalu memublikasikan atas
nama sendiri.
- Menggunakan kata-kata yang diucapkan orang lain apa adanya
dan memublikasikan atas nama sendiri.
- Mengubah tulisan orang lain pada suatu bagian dengan
kata-kata sendiri, lalu memublikasikan atas nama sendiri.
- Mengopi tulisan orang lain (contoh dari internet), lalu
menggunakan dalam tulisan seakan-akan merupakan tulisan karya sendiri.
https://manistebu.com/2014/06/ini-yang-disebut-plagiat/
Beberapa poin tersebut tercantum dalam tulisan yang dibuat
oleh Pak Bambang Trim pada blognya. Silakan mengunjungi alamat tersebut di atas
untuk penjelasan lebih lengkap, ya Kak.
Untuk kasus konsep isi buku atau ide menurut saya pribadi
bisa jadi ada dua kemungkinan,
- Bisa jadi memang ada pembajakan (dibuktikan dengan
kesamaan tulisan)
- Bisa jadi memang memiliki ide yang sama, tetapi cara
menuangkannya berbeda. Hanya sama secara ide besarnya saja.
Dalam kasus seperti ini, harus dilihat lebih mendalam.
Dalam kasus nomor 2 ini misal dapat ditelusuri karya yang
manakah yang terlebih dahulu terbit? Ataukah penulis yang satunya memang tahu
ada buku tersebut? Atau hanya kebetulan memiliki ide yang sama.
3. Keduanya akan diperlakukan sama, Kak. Untuk efektivitas
dan penghematan kertas sekarang sudah banyak penerbit yang lebih menyarankan
pengiriman naskah melalui email.
4. Bergantung kualitas naskah, Kak. Endors sifatnya adalah
elemen tambahan.
PERTANYAAN 5
1. Kelengkapan naskah yang harus disiapkan sebelum dikirim
ke penerbit, apa saja ya mbak? (Selain naskah buku lengkap, sinopsis, profil
penulis dan portofolio)
2. Biasanya kalo naskah kita ditolak penerbit, nasib
naskahnya apakah dikembalikan/dimusnahkan atau diapakan ya mbak?
Terima kasih 🙏🙏
JAWABAN:
1. Poin-poin tersebut sudah cukup, Kak. Jika ada dapat
ditambahkan marketing plan.
2. Dimusnahkan, Kak. Jika ingin dikembalikan (misal dalam
bentuk print out) penulis harus menyediakan prangko untuk mengirimkan kembali
atau dapat diambil langsung.
PERTANYAAN 6
Kk jadi editor dmn aja?
JAWAB:
Sehari-hari saya editor di Gema Insani, Kak. Sambil
freelance dari beberapa penerbit lain.
PERTANYAAN 7
Mau tanya dalam menulis novel berp persen narasi berp persen
diaolog?
Aku baca novel mayor kebanyakan narasi dr pd dialog.
Sementara yg indi kebalikannya. Biasanya😁
JAWABAN:
Tidak ada patokan khusus, Kak. Yang penting seimbang untuk
membangun cerita. Salah satu elemen terlalu minim tidak bagus, terlalu
berlebihan juga tidak bagus.
PERTANYAAN 8
Lebih sulit mana edit naskah yang fiksi sama non fiksi?
JAWABAN:
Masing-masing memiliki kekhasan sendiri, Kak. Hehehe.
PERTANYAAN 9
Assalamu'alaikum
Mau tanya Mbak, apakah jika kita ingin menerbitkan buku
islami harus berlatarbelakang jurusan agama?
Maksudnya apakah itu jadi pertimbangan utama diterimanya naskah?
JAWABAN:
Tidak menjadi satu-satunya pertimbangan, Kak. Bergantung
jenis naskahnya. Islami populer ataukah jenis referensi. Untuk jenis referensi
biasanya akan lebih menjadi pertimbangan. Untuk islami populer yang terpenting
keseharian kita tidak berbeda dengan nilai-nilai/gagasan yang kita usung dalam
tulisan.
PERTANYAAN 10
Mbak Indah mau tanya, sy punya naskah liputan orang
Indonesia di Amerika hasil wawancara dg mereka. Suka dukanya dll. Sudah sy muat
di koran. Tp sy tulis dg gaya novel. Sudah saya kumpulkan dlm bentuk buku,
gimana caranya menembus penerbiy mayor? (Gatot Susanto)
JAWAB:
Coba dikirimkan saja, Kak. Ke beberapa penerbit yang
menerima/menerbitkan jenis tulisan yang sesuai dengan naskah Kakak.
PERTANYAAN 11
Kak mau tanya kpd teh ika, apakah setiap penerbit akan
memberi konfirmasi atas naskah2 yg kita
kirim jika gagal? Lalu bolehkah kita aktif bertanya kpd penerbit
letak.kesalahan yg membuat naskah tertolak? Terimakasih
JAWABAN:
1. Betul, Kak. Akan ada jawaban atas naskah diterima atau
tidak.
2. Lalu bolehkah kita aktif bertanya kpd penerbit letak
kesalahan yg membuat naskah tertolak? Boleh banget, Kak.
PERTANYAAN 12
Di nomor 2, poin b dituliskan bahawa disana, tulis judul
yang menarik minimal untuk menarik perhatian editor.
Pertanyaannya, apakah kita harus tahu dulu yang disebut unik
menurut selera editor dari penerbit itu seperti apa? Soalnya kan tiap orang
memiliki sudut pandang yang berbeda tentang keunikan.
JAWABAN:
Dapat dilihat secara umum saja, Kak. Keumuman pemilihan
judul pada buku-buku yang telah diterbitkan berbagai penerbit. Jika ingin lebih
spesifik, dapat memerhatikan judul-judul buku terbitan penerbit yang menjadi
incaran kita.
PERTANYAAN 13
Bismillah..mo tanya kak..klo qt sudah mmpelajari
"selera" penerbit. Trs qt sudah bikin tulisan, msalnya 100 halaman
gt. Langkah pertama kita masuk ke penerbit, ntar menemui siapa kak? Trs apa yg
kita lakukan kmudian setelah mmperkenalkan diri, kak? Terima kasih.
JAWABAN:
Kirimkan saja naskahnya ke email penerimaan naskah penerbit
yang menjadi incaran kita, Kak.
Jika datang langsung, bilang saja ingin memasukkan naskah,
apakah bisa bertemu orang dari redaksi?
PERTANYAAN 14
Maaf teh mau tanya penerbit yang khusus novel itu pnrbit apa
aja ya...
Dan untuk menulis novel langkah awal apa ya....
JAWABAN:
1. Gramedia grup, Gagasmedia, mizan grup, dan lain-lain.
Silakan lebih lengkap digoogling ya, Kak. Banyak informasi di internet ^^.
2. Mungkin Kakak-Kakak yang lain ada yang mau berbagi ilmu
dan pengalaman bagaimana langkah awal menulis novel? ^^
Setiap orang bisa saja jawabannya berbeda sepertinya.
Menurut saya, langkah awal bisa dimulai dari pemilihan tema,
riset tentang tema tersebut dan kebutuhan cerita, penentuan tokoh dan
karakternya, lalu mulai merancang garis besar cerita.
Silakan ya, Kakak-Kakak lain yang lebih berpengalaman dapat
berbagi tipsnya ^^
Pertanyaan :
Salam mba Indah. Menurut mba syabiha mengirim fortofolio itu
apa menuliskan karya kita juga? Apa
hanya judulnya saja? Terima kasih
Berarti kalau datang langsung ke penerbit, naskah kita
berbentuk fisik?
Jawab:
1. hanya judulnya saja cukup, Kak.
2. Boleh fisik. Boleh softfile. Karena biasanya redaksi
tetap butuh waktu untuk review. Kalau datang langsung perbedaannya bisa
menjelaskan naskah kita, kelebihannya secara langsung dan bs berdiskusi
langsung
No comments:
Post a Comment